Total Pastikan Siap Dalam Penggunaan Rupiah


Petugas bank menghitung uang pecahan dolar Amerika di Jakarta, Selasa (10/6). (Foto Antara/Puspa Perwitasari)
MerahPutih Bisnis - PT Total E&P Indonesie memastikan bahwa pihaknya siap untuk menerapkan penggunaan rupiah di dalam negeri. Meskipun diketahui, penggunaan rupiah bagi perusahaan asal Prancis tersebut sangatlah minim yakni sekitar 20 persen.
"Siap. Kita (penggunaan rupiah) dibawah 20 persen diatas 10 persen. Iya, kita juga punya motif kok untuk itu. Kalau rupiahnya lagi murah pasti oke lah," kata VP Corporate Communication HR and Finance Arividya Noviyanto di Jakarta, Selasa, (7/7).
Dia mengaku tidak ada masalah dengan kebijakan PBI tersebut jika memang itu bertujuan demi kebaikan ekonomi dalam negeri. Namun, menurutnya mengkonversikan penggunaan dolar ke rupiah tidak bisa dengan waktu yang singkat dan mudah dilakukan.
"Masalahnya cuma kategori 2 saja mungkin yah. Yang dikasih waktu cuma sampai 6 bulan. Kalau bisa sih jangan secepat itu, tapikan kita untungnya masih di mainstream kontrak-kontrak yang existing. Yang ekstra plain juga masih boleh, tapi kontrak-kontrak baru yang bisa dikonversi pasti akan dikonversi. Tapi saya yakin pemerintah dan BI dalam hal ini cukup feasibility. Dalam hal ini juga Total serius untuk berusaha memenuhi kategori 1, kategori 2. Tapi kategori 3 itu benar-benar enggak bisa dirubah," katanya.
Sementara ketika disinggung terkait apakah PBI ini akan berdampak pada Neraca Perdagangan Total? Dia hanya berharap pada sebuah keajaiban datang menghampiri Total.
"Mudah-mudahan enggak karena itu nature nya rupiah, sewa apartemen sewa rumah. Tapi kalau barang yang impor itu memang bisa jadi kalau dikonversikan otomatis si vendor naikin harga karena dia kan katakanlah hedging sendiri, nah itu yang lagi dievaluasi SKK Migas. SKK lagi melihat apakah ada possibility hedging, karena Itu kan secara PSC sebetulnya enggak. Emang robeknya disitu kalau komponen dirupiahkan. Kaya kita beli komputer ajak kan sekarang dinaikin itu rupiahnya. Jadi misal gini kalau kamu beli dolar atau iphone kan biasanya dolar nah ini dikonversi ke rupiah. Sekarang dia tulis rupiah itu pasti akan lebih mahal. Kenapa? Karena dia dijaga. Itu aja efeknya. Jadi memang makanya keputusan yang terakhir itu yah kita lihat cukup akomodatif walaupun kita sebetulnya berharap di exam karena secara cost, dolar, yah mereka menggunakan rate yang benar-benar sesuai dengan perhitungannya. Jadi kalau rupiah ada konversi dari kurs juga kan," pungkasnya.(rfd)
Baca Juga:
Pertamina Minta BI Tinjau Aturan Wajib Pakai Rupiah
Bambang Brodjonegoro: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Masih Lebih Baik dari Ringgit
Wajib Pakai Rupiah Hanya untuk Transaksi Domestik
Kewajiban Pakai Rupiah, BI: Perusahaan Tambang dan Migas Tidak akan Gulung Tikar
Wajib Transaksi Pakai Rupiah Mulai Berlaku Hari Ini
Bagikan
Berita Terkait
Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu

Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang

Langkah BI Stabilkan Rupiah di Tengah Ketegangan Aksi Demo

Pedagang Tolak Transaksi Uang Logam Rp 100 dan Rp 200 Bisa Dipidana, BI Sebut Hukumannya 1 Tahun Bui

Kebijakan Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melemah, Tarif Trump Bakal Dorong Inflasi

Rupiah Melemah Imbas Penerapan Tarif Produk Indonesia 32 Persen Oleh Trump

Rupiah Menguat Didukung Sentimen Gencatan Senjata Israel dan Iran, Tapi Bakal Sulit di Bawah Rp 16.200 Per Dolar Amerika

Panasnya Konflik Iran-Israel Ancam Kantong Rakyat Indonesia, Rupiah Bisa Babak Belur?

Pelemahan Rupiah Ditahan Keputusan BI Pertahankan Suku Bunga

Sri Mulyani Akui Rupiah Terkena Imbas Kebijakan Tarif Trump, Fundamental Diklaim Kuat
