Santri NU Dibekali Pengetahuan IT Untuk Perangi Propaganda Radikalisme


GP Ansor di Jakarta, Jumat (7/10). (Foto Ist)
Para santri Nahdlatul Ulama (NU) di seluruh Indonesia mendapat pendidikan teknologi informasi agar cerdas di dunia maya. Program pendidikan ini bertujuan untuk memerangi propaganda radikalisme dan terorisme di dunia cyber (internet).
“Sebenarnya tidak cukup hanya para santri yang harus cerdas di dunia cyber dalam memerangi radikal terorisme, tapi seluruh generasi muda, bahkan masyarakat Indonesia. Sebab, ancaman radikal terorisme tidak hanya kepada para santri, NU, atau umat Islam saja, tapi bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucap Khatib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Jakarta, dalam keterangannya, Rabu (12/10).
Menurut mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid ini, menghadapi ancaman radikal terorisme ini, seluruh komponen bangsa harus terlibat. Pasalnya, pergerakan kelompok radikal terorisme, terutama ISIS, sudah sangat massif, khususnya di dunia maya. Bahkan dari riset PBNU, mereka (kelompok radikal) sangat pintar memanfaatkan media sosial dan internet dalam melakukan propaganda.
Tak hanya materi yang bersifat ajaran agama secara komunitif, para teroris juga melakukan propaganda dari segala bidang seperti ekonomi, seni, budaya, politik, dan lain-lain. Malahan, mereka mampu membuat video dan film dengan standar Hollywood, dan melibatkan seniman, musikus, budayawan, politikus, dan lain-lain, dalam menjalankan propaganda.
Lantaran itu dibutuhkan kekuatan yang hadir di dunia cyber untuk melawan kelompok radikal terorisme. Santri NU telah terpanggil sejak lama karena ini adalah ancaman kepada negara, meski sumber dayanya masih terbatas terutama menyangkut pendanaan. Karena itu, harus ada dukungan signifikan dari pemerintah agar program pencerdasan santri dan generasi muda Indonesia di dunia cyber bisa berjalan baik.
“Sejak 2006, generasi muda NU sudah menyadari dan merasakan penetrasi gerakan ekstrim ini di media internet. Bahkan santri NU secara mandiri sebagai relawan melakukan upaya kontra narasi menghadapi kelompok radikal. Malah sampai hari ini, kami di PBNU tiap bulan mengumpulkan donasi untuk memberikan pulsa kepada santri relawan tersebut,” ungkap Yahya Staquf.
Yahya Staquf menjelaskan, PBNU juga telah bekerjasama dengan Universitas Vienna, Austria mendirikan program Vortex (Vienna Observatory For Applied Research Extremism and Terrorism). Di antara program utama yang dibangun adalah riset terhadap gerakan ekstrim di internet. Dari penelitian itu, secara global ditemukan bahwa ISIS mempunyai program di internet yang luar biasa.
Misalnya dari penelitian selama empat bulan, ditemukan ISIS menggunakan lebih dari 3,4 juta akun twitter dan melakuan posting lebih dari 3,3 juta. Setiap hari mereka juga memproduksi satu atau dua materi, termasuk video dan materi lain dokumen ajaran mereka yang di upload pada website lebih dari 1,8 juta.
Sementara itu, Bidang Kajian dan Hubungan Strategis PBNU Amrin menjelaskan pihaknya terus melakukan sosialisasi pentingnya berdakwah melalui sosial media. Salah satunya baru-baru ini, PBNU bersama Kementerian Agama (Kemanag) mengumpulkan kiai muda NU di Surabaya, Makassar, Medan, dan Tangerang terkait masalah itu.
“Selain sosialisasi berdakwah via sosial media, kami juga memberikan pemahaman bagaimana media bisa mempengaruhi masyarakat dengan memberikan pelatihan agar kiai muda itu bisa kreatif di dunia cyber,” ungkap Amrin.
PBNU juga melakukan pelatihan membuat aplikasi, web, video dan lain-lain di Yogyakarta. Menurut Amrin, sambutan generasi muda NU, utamanya santri, sangat luar biasa. Ke depan, kegiatan-kegiatan seperti akan lebih dimassalkan dan bisa menjangkau para santri yang berada cukup jauh di pelosok Indonesia.
“Kami juga membuat video ceramah ulama dan di upload youtube. Itu kami lakukan untuk meluruskan kelicikan kelompok radikal yang sering memotong dakwah ulama untuk melancarkan niat mereka,” jelas Amrin.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Gubernur Pramono Bantah Orang NU Dipermudah Masuk Kerja di BUMD

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

Konflik Palestina-Israel Terus Berlangsung: Pendekatan Non-State Actor Punya Perang Penting

20 Orang Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri di Gereja Suriah

Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda

Kim Jong-un Perintahkan Militer Korut Siaga Perang Total Sikapi Kebijakan AS
