KPAI: Keluarga Benteng Perlindungan Anak dari Radikalisme

Luhung SaptoLuhung Sapto - Selasa, 06 September 2016
KPAI: Keluarga Benteng Perlindungan Anak dari Radikalisme

Ketua KPAI Asrorun Ni’am Sholeh di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (3/5). (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Nasional –  Pendidikan anti-radikalisme kepada generasi muda lebih efektif diajarkan melalui hal nyata dan mengandung unsur kekinian. Keluarga dan pendidikan dasar adalah landasan serta benteng untuk mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan cinta damai.

“Keluarga adalah benteng perlindungan anak. Dalam keluarga terdapat mengajaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan cinta damai. Karena itu orang tua harus membekali anak soal ini sejak kecil, karena keluarga adalah dasar sekaligus benteng untuk hal-hal negatif termasuk radikalisme,” kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni’am Sholeh kepada media, Selasa (6/9).

Selain itu pendidikan juga penting untuk melawan faham-faham seperti itu. 

“KPAI akan secara khusus melakukan penanganan anak yang terpapar ideologi terorisme dengan pendekatan preventif dan reedukasi,” katanya. KPAI, menurut Asrorun, sangat menaruh perhatian pada penanganan anak-anak di bawah umur yang terpapar radikalisme dan terorisme.

“Penanganan anak yang terpapar ideologi terorisme tidak bisa hanya dilakukan dengan pendekatan keamanan semata, karena harus melalui pendekatan pendidikan. Kita menginginkan paparan radikal dan terorisme tidak masuk ke anak-anak dan tidak menjadi bibit-bibit baru untuk terorisme di masa depan,” ucap Asrorun.

Sementara itu penggiat perdamaian dan pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail mengatakan bahwa nilai-nilai tentang perdamaian dan cinta kasih sangat kena di hati anak-anak dan remaja melalui aksi-aksi nyata.

“Nilai-nilai luhur dan pendidikan kebangsaan bagi saya itu tidak ditanamkan lewat upacara atau jargon-jargon tapi dengan melakukan kerja-kerja pelayanan masyarakat misalnya siswa didorong terlibat aktif membersihkan sampah di sekitar lingkungan sekolah, atau keluarga mendorong mereka untuk mewakafkan waktu mereka untuk berbagi dengan anak-anak yang tidak lebih beruntung dari mereka. Atau membuat narasi alternatif perdamaian di media sosial. Saya tidak suka upacara tapi saya kira saya tidak lantas menjadi radikal bukan? People learn more from concrete experience. Itu intinya,” kata Noor Huda yang juga pembuat film dokumenter Jihad Selfie

Narasi alternatif di media sosial menurut Noor Huda, sangat penting untuk pengajaran soal nilai-nilai baik dan mengimbangi narasi radikal. 

“Dalam pola perekrutan baru ini, mereka hanya terhubung karena kesamaan imajinasi melalui Internet, terutama media sosial. Ini bukan berarti pelaku kekerasan hanya terpapar oleh media sosial, kemudian terlibat sebuah aksi. Dalam masyarakat Indonesia yang sangat komunal ini, pertemuan fisik dengan pelaku yang lain masih sangatlah diperlukan. Media sosial itu hanya mempercepat dan mempermudah proses radikalisasi pelaku,” kata Huda lagi.

Seperti halnya gerakan sosial-politik yang lain, kelompok kekerasan pun menggunakan Internet untuk penggalangan dana serta membangun loyalitas kelompok yang berawal dari pertemanan online menjadi brotherhood atau bahkan perjodohan. Media mereka pun lebih eye catching (memikat) dibandingkan dengan media yang diproduksi oleh negara. Secara berkala, laman-laman situs mereka pun diperbarui dengan berita-berita yang provokatif.

Kondisi ini menurut Noor Huda diperparah dengan rendahnya "melek digital" atau kemampuan membaca secara kritis informasi yang berseliweran di media digital. Maka, serangan amatiran terhadap pastor di Medan itu harus menjadi peringatan serius bahwa, untuk melawan radikalisasi pola baru ini tidak bisa hanya dilakukan sendiri oleh negara, tapi diperlukan juga kerja sama semua pihak. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menggalakkan "melek digital" di kalangan anak muda agar mereka tidak terus menjadi korban dari kampanye kebencian yang tumpah-ruah di ranah media sosial kita.

Sasaran empuk rekrutmen kaum radikal, menurut  Huda adalah para anak muda yang masih labil mencari jati diri dan individu yang termarginalkan secara sosial, politik, dan budaya. Marah terhadap realitas pedih kehidupan, mereka pun merelakan diri menjadi martir bagi sebuah kelompok yang mengusung jargon-jargon agama yang bombastis, seperti membangun peradaban baru di bawah naungan khilafah Islam. Mereka berprinsip "hidup mulia atau mati syahid".

“Sampai sekarang, masih sangat sedikit upaya secara sistematis untuk melakukan ‘narasi tandingan’ terhadap propaganda kelompok-kelompok ini. Hal ini terdengar basi, tapi itu adalah fakta penting yang perlu segera disikapi dalam jangka waktu dekat, mengingat sudah ada beberapa kasus beberapa anggota organisasi Islam moderat, seperti NU dan Muhammadiyah, yang loncat pagar dan bergabung dengan kelompok kekerasan,” katanya.

BACA JUGA:

  1. Cegah Radikalisme, Seluruh Komponen Bangsa Diminta Jaga Empat Pilar Kebangsaan
  2. Idul Adha Persatukan Umat dari Berbagai Perbedaan
  3. Kepala BNPT Temui Pengurus MUI Bahas Penanggulangan Terorisme
  4. Pancasila dan Kearifan Lokal Dinilai Efektif Cegah Terorisme
  5. Kepala BNPT Ajak 17 K/L Sinergi Tangani Terorisme

 

#Anak # Asrorun Niam Sholeh #KPAI #Radikalisme
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Indonesia
Keterlibatan Anak dalam Demonstrasi Berisiko dan Mengancam Keselamatan, KPAI Ingatkan Orang Tua
KPAI juga meminta guru dan pihak sekolah memberi edukasi mengenai demokrasi dan sosial politik yang tepat pada anak.
Frengky Aruan - Rabu, 03 September 2025
Keterlibatan Anak dalam Demonstrasi Berisiko dan Mengancam Keselamatan, KPAI Ingatkan Orang Tua
Indonesia
Dugaan Adanya Penggerakan Pelajar dalam Demonstrasi Berujung Ricuh, KPAI Melakukan Pendalaman
Penggerakan pelajar diduga melalui pesan broadcast melalui WhatsApp (WA) oleh para alumni, berdasarkan analisis KPAI.
Frengky Aruan - Selasa, 02 September 2025
Dugaan Adanya Penggerakan Pelajar dalam Demonstrasi Berujung Ricuh, KPAI Melakukan Pendalaman
Indonesia
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus
KPAI sudah tiba di Polda Metro Jaya sejak pagi tadi untuk mengawasi proses pemeriksaan terhadap ratusan anak yang diamankan karena terlibat unjuk rasa depan Gedung.
Wisnu Cipto - Selasa, 26 Agustus 2025
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus
Berita Foto
Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta
Anak-anak dengan penuh keceriaan mengikuti pawai karnaval HUT ke-80 Republik Indonesia di Kawasan Juraganan, Grogol Utara, Jakarta, Sabtu (23/8/2025).
Didik Setiawan - Sabtu, 23 Agustus 2025
Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta
Indonesia
Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang
Program pemerintah sebenarnya lengkap, tinggal bagaimana memastikan petugas lapangan benar-benar aktif
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang
Indonesia
Pemerintah Didesak Blokir Roblox, KPAI: Jika Mereka Terbukti Melanggar UU ITE
KPAI meminta pemerintah untuk memblokir game Roblox. Namun, hal itu berlaku jika mereka terbukti melanggar UU ITE.
Soffi Amira - Senin, 11 Agustus 2025
Pemerintah Didesak Blokir Roblox, KPAI: Jika Mereka Terbukti Melanggar UU ITE
Indonesia
Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie
Perubahan pola makan tidak cukup hanya dengan menyuruh anak, tapi harus dimulai dari kebiasaan seluruh keluarga.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 16 Juli 2025
Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie
Indonesia
Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma
Aksi pelecehan terjadi di dalam pesawat Citilink dengan nomor penerbangan QG 9669 rute Denpasar-Jakarta pada hari Senin (14/7) malam
Wisnu Cipto - Rabu, 16 Juli 2025
Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma
Indonesia
Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron
Aparat penegak hukum untuk bergerak cepat, tegas, dan transparan dalam mengusut tuntas kasus tersebut.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 14 Juli 2025
Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron
Indonesia
1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, tetapi, dalam proses pengasuhan, peran ayah seringkali terlupakan atau dianggap sekadar sebagai pencari nafkah.
Wisnu Cipto - Kamis, 10 Juli 2025
1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
Bagikan