Kepala BNPT Temui Pengurus MUI Bahas Penanggulangan Terorisme


Ketua MUI Ma'ruf Amin (kiri) dan Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di Kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/8). (Foto BNPT)
MerahPutih Nasional - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) di jalan Proklamasi No. 51 Menteng Jakarta, Senin (29/8). Kedatangan Suhardi untuk membicarakan masalah penanggulangan radikalisme dan terorisme yang berkembang di Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Kepala BNPT yang didampingi Deputi I BNPT bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI. Abdul Rahman Kadir, Direktur Pencegahan Brigjen Pol Hamidin dan Direktur Perlindungan Brigjen Pol Herwan Chaidir diterima oleh Ketua Umum MUI, DR (Hc) KH Ma’ruf Amin didampingi Sekjen MUI KH Anwar Abbas, Wasekjen MUI KH Amirsyah Tambunan dan jajaran pengurus MUI.
Suhardi mengatakan bahwa pihaknya dan sebagian masyarakat telah mengetahui bahwa pengaruh dan penyebaran paham radikalisme di Indonesia saat ini sudah sangat luar biasa. Apalagi penyebaran paham radikal itu berhubungan dengan konsep-konsep agama ataupun aqidah yang artinya ada suatu konsep semacam jihad ekstrim.
“Yang bisa meluruskan itu adalah para ulama. Jadi kita ingin bekerjasama dengan para ulama dimanapun berada.Karena jaringan para ulama ini ada mulai dari tingkat pusat sampai pelosok daerah atau desa. Jadi kita mohon bantuan kepada MUI ini untuk bisa menurunkan para dai-dainya atau ulama-ulamanya untuk membantu kita dalam memberikan pencerahan kepada orang-orang yang terpengaruh paham radikalisme termasuk kepada keluarga-keluarga,” ujar Suhardi.
Suhardi meminta ulama turun tangan memberikan pencerahan ataupun pemahaman agama yang benar kepada masyarakat mengenai hal itu.
“Ini karena kemampuan anggota kita juga terbatas terhadap pengetahuan agama tersebut,” ujar mantan Kabareskrim Mabes Polri dan Kapolda Jawa Barat ini.
Sementara itu Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin mengatakan bahwa terorisme bersumber dari radikalisme. Sedangkan radikalisme itu bersumber dari distorsi pemahaman.
“Oleh karena itu langkah yang ditempuh adalah memberikan pemahaman yang benar supaya tidak terjadi distorsi. Jadi kita akan melalui buku-buku, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi dan sebagainya. Jadi kita akan melakukan pencerahan bahwa radikalisme itu merupakan sesuatu hal yang keliru,” ucapnya.
Ketua MUI menyatakan upaya penanggulangan paham radikal terorisme itu bisa berjalan efektif karena dilakukan dari semua sektor dan aspek, baik dari aspek keadilan, aspek ekonomi dan sebagainya.
“Tetapi aspek yang paling pokok adalah aspek pemahaman. Yang lainnya itu hanya pemicu saja, tapi aspek pokoknya itu adalah dia punya pemahaman yang salah. Itu yang akan kita betulkan di masyarakat itu nantinya melalui berbagai cara baik melalui internet, buku-buku, tulisan, khotbah dan lainnya,” ujarnya.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

Serangan AS ke Iran Berpotensi Bangkitkan Sel Terorisme, Indonesia Mesti Waspada
