Pancasila dan Kearifan Lokal Dinilai Efektif Cegah Terorisme

Luhung SaptoLuhung Sapto - Rabu, 24 Agustus 2016
Pancasila dan Kearifan Lokal Dinilai Efektif Cegah Terorisme

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (Foto: kemenag.go.id)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Nasional - Pancasila dan UUD 1945 adalah temuan cerdas dari pendiri bangsa berdasar kondisi asli Indonesia. Pancasila dan nasionalisme Indonesia itu berpijak pada prinsip toleransi, satu nusa, satu bangsa, kebhinekaan dan berkepribadian timur yang paling efektif dalam membentengi bangsa Indonesia dari propaganda radikalisme dan terorisme.

“Nasionalisme Indonesia dan Pancasila bukan wadah kosong tanpa isi. Ada isinya yaitu prinsip toleransi, persatuan Indonesia, kebhinekaan dan berkepribadian timur,“ kata Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (24/8).

Menurutnya Pancasila merupakan temuan para founding fathers Indonesia yang tidak boleh dikesampingkan dan dibelokkan. “Pancasila dan UUD 45 adalah karya nasionalis-nasionalis Indonesia yang sadar bahwa Indonesia beraneka budaya dan menuntut orang untuk bertoleransi,” katanya.

Terbukti, meski jaman terus maju, nilai-nilai Pancasila dan UUD 45 tetap efektif untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme. Ia yakin bila masyarakat Indonesia mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45, otomatis paham-paham kekerasan akan sulit ‘mengganggu’ bangsa Indonesia.

Untuk itu, ia mengajak seluruh bangsa Indonesia kembali memahami Pancasila dan UUD 45 dengan segala kearifan lokal yang ada. Apalagi ancaman radikalisme dan terorisme sangat nyata akhir-akhir ini. “Aksi terorisme itu berawal dari penggerusan ideologi bangsa. Dengan memperkuat ideologi Pancasila, kita pasti bisa membendung bahkan mengusir terorisme dari Indonesia,” tegas Nasarudin.

Nasarudin menjelaskan, Pancasila dan UUD 1945 digali dari nilai-nilai Indonesia yang tidak menutup juga pengaruh dari luar. Yang diinginkan dari para pendiri bangsa adalah nasionalisme yang terbuka, menerima nilai-nilai luar yang tidak bertentangan dengan kondisi obyektif nilai-nilai lokal bangsa Indonesia yaitu nilai-nilai universal secara lokal,” kata Guru Besar UIN Syarif Hidayatulah ini.

Nasarudin menilai kita harus juga memperhatikan posisi budaya Indonesia semisal kepercayaan dan agama-agama yang punya andil terhadap terbentuknya Indonesia itu. Nasionalisme Indonesia itu bukan disatukan oleh batas-batas geografis semata tapi disatukan oleh state of mindwarga negaranya sendiri. Jika dilakuan survey tentang kualitas hidup dan pembangunan seperti apa yang kehendaki rakyat Indonesia, pasti sebagian tidak setuju jika semuanya diukur dengan faktor ekonomi semata. Mereka juga ingin diukur dengan kesejahteraan lahir batin yang menjadi cita-cita Pancasila.

Menurutnya, Indonesia mengandung sifat maritime culture yang terbuka. Filosofinya, Indonesia negara pantai. 

“Negara kita adalah kepulauan, dimana ada pantai di situ bebas perahu manapun yang parkir untuk mengambil air tawar. Stratifikasi sosial dalam maritime culture lebih terbuka ketimbang continental culture. Continental  culture itu berlapis-lapis kastanya. Semakin daratan sebuah negara maka makin berstratifikasi. Kalau kita di Indonesia, demokrasi itu tumbuh subur karena daerah pantai. Daerah pantai lebih terbuka menerima pendatang luar, tetapi sepanjang mau mengikuti kaidah-kaidah lokal. Kaidah-kaidah lokal kita itu tidak kaku. Silahkan anda masuk bergabung dengan kami, Hindu, Kristen, Budha, Islam masuk. Tapi harus menjadi Islam Indonesia, Budha Indonesia, Kristen Indnesia,” katanya. 

Nasaruddin mengungkapkan di Indonesia ada perkawinan antara Indonesia dengan nilai-nilai luar. Karena itu ia sangat menentang adanya sebutan Islam Arab, Syiah Iran, Islam Pakistan. Ia menegaskan ada proses peng-Indonesiaan. Itu syarat yang dikehendaki Pancasila.

BACA JUGA:

  1. Kepala BNPT Ajak 17 K/L Sinergi Tangani Terorisme
  2. BNPT dan Komnas HAM Tandatangani MoU Pencegahan Terorisme
  3. Ketua MPR: Radikalisme dan Terorisme Tak Ada Tempat di Indonesia
  4. Franz Magnis: Terorisme Harus Ditindak Tegas
  5. BNPT: Terorisme Musuh Bersama Semua Bangsa

 

#Pancasila #UUD 1945 #Radikalisme #Terorisme #Nasaruddin Umar
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Indonesia
BNPT Cari 8 Korban Bom Kepunton Solo, Biar Segera Dapat Kompensasi Negara
BNPT akan mencoba mencari korban sesulit apapun mengingat kejadiannya lebih dari 10 tahun.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 16 September 2025
BNPT Cari 8 Korban Bom Kepunton Solo, Biar Segera Dapat Kompensasi Negara
Indonesia
Menag Ingatkan Tidak Gampang Jadi Seorang Guru, Harus Suci di Langit dan Bumi
Guru tidak cukup hanya menguasai materi, tetapi juga harus mengalami proses perenungan mendalam atas apa yang diajarkan
Angga Yudha Pratama - Rabu, 03 September 2025
Menag Ingatkan Tidak Gampang Jadi Seorang Guru, Harus Suci di Langit dan Bumi
Lifestyle
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia
Isu makar kembali menjadi sorotan publik setelah Presiden RI Prabowo Subianto menyebut adanya indikasi tindakan hal tersebut dan terorisme
ImanK - Senin, 01 September 2025
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia
Indonesia
Ojol yang Tewas Dilindas Mobil Rantis Brimob Didoakan Wafat Sebagai Syuhada
Menag berharap tragedi ini bisa diselesaikan dan pihak yang bertanggung jawab diproses sesuai hukum
Angga Yudha Pratama - Jumat, 29 Agustus 2025
Ojol yang Tewas Dilindas Mobil Rantis Brimob Didoakan Wafat Sebagai Syuhada
Indonesia
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta
Pada tahun 2025, jumlah korban yang masih aktif dalam layanan LPSK tercatat sebanyak 30 terlindung per Agustus,
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta
Indonesia
PKB Minta Semua Pihak Wujudkan Pidato Prabowo Pasal 33 Benteng Ekonomi Nasional
Bukan hanya sebatas omongan, tetapi benar-benar diterapkan di lapangan demi kesejahteraan semua rakyat Indonesia.
Wisnu Cipto - Sabtu, 16 Agustus 2025
PKB Minta Semua Pihak Wujudkan Pidato Prabowo Pasal 33 Benteng Ekonomi Nasional
Indonesia
Menag Janji Laporan Kasus Intoleransi Segera Ditangani Kurang dari 24 Jam
Target Kemenag bukan hanya mengeliminasi, tetapi juga meniadakan potensi terjadinya konflik intoleransi
Wisnu Cipto - Rabu, 13 Agustus 2025
Menag Janji Laporan Kasus Intoleransi Segera Ditangani Kurang dari 24 Jam
Indonesia
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Densus 88 saat ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan keras (hard approach) dan pendekatan lunak (soft approach)
Angga Yudha Pratama - Jumat, 08 Agustus 2025
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Indonesia
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal
Seorang pegawai Kementerian Agama ditangkap Densus 88 atas dugaan keterlibatan jaringan terorisme.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 07 Agustus 2025
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal
Indonesia
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat
Memastikan kementeriannya mendukung langkah Densus 88 menangkap ASN yang diduga terlibat terorisme.
Dwi Astarini - Rabu, 06 Agustus 2025
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat
Bagikan