Kesalehan Sosial Redam Paham Radikalisme dan Terorisme


Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, DR Waryono Abdul Ghofur. (Foto Facebook Waryono Abdul Ghofur)
MerahPutih Nasional - Bulan Ramadan adalah bulan tepat untuk berbuat dan berlatih kebajikan sehingga berdampak meningkatnya kualitas pribadi seseorang. Kesalehan sosial perlu ditingkatkan untuk meredam dan membendung penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang kini marak, terutama melalui dunia maya.
“Sebenarnya kita harus sadar bahwa bagaimanapun masyarakat kita tidak homogen tapi heterogen, jadi kita harus sama-sama saling menghargai. Kesalehan dan etika sosial perlu kita tingkatkan dengan lebih peduli terhadap orang atau pihak lain,” kata Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, DR Waryono Abdul Ghofur kepada media, Rabu (15/6).
Menurutnya, saling menghargai itu harus terjadi antar umat beragama untuk memahami kondisi satu sama lain. Apalagi bangsa Indonesia tengah menghadapi ancaman global penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang mengancam keutuhan NKRI.
“Yang berpuasa harus menghargai yang tidak berpuasa dan yang tidak berpuasa juga harus menghargai yang berpuasa. Semua pihak harus memperhatikan hal itu. Toleransi inilah yang bisa menjadi senjata kita membendung upaya-upaya pihak tertentu yang ingin merusak persatuan dan kesatuan Indonesia,” katanya.
Lebih jauh Waryono mengatakan bahwa pada bulan Ramadan, semua umat muslim berlomba-lomba melakukan kebaikan. Ada semangat kebersamaan, yaitu orang bersama-sama ke masjid, mengaji, bersama-sama puasa dll. Tapi yang perlu diwaspadai adalah setelah bulan Ramadan, karena situasi bersama-sama itu tidak ada lagi.
“Ramadan adalah situasi yang membuat kita bersama-sama bersemangat melakukan ibadah. Di bulan Ramadhan kita berlatih dan bukan bertanding. Jangan lupa di luar bulan Ramadhan tantangannya jauh lebih besar,karena itulah saat pertandingan yang sesungguhnya. Apakah dia ikut arus (hal yang tidak baik) atau tidak,” katanya.
Karena ketika bertanding itulah, akan ketahuan siapa yang kalah siapa yang menang. Hasil pertandingan sebenarnya tergantung bagaimana dia berlatih. Karenanya, Ramadan adalah momentum latihan untuk perbaikan segalanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Guru Besar Kajian Islam (Islamic Studies) spesialis Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.DR. Asep Usman Ismail. Puasa di bulan Ramadan adalah bentuk pelatihan kaum muslim untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
“Pribadi yang baik itu akan berdampak pada kesalehan sosial. Dan kesalehan sosial akan membuat NKRI makin kuat,” katanya.
Menurutnya, ada beberapa hal unsur yang terkandung dalam menjalani puasa di bulan Ramadan. Pertama, puasa harusnya ada kepedulian terhadap sesama, ada disiplin, ada pengendalian diri. Kedua, kemampuan untuk pengawasan melekat dan jiwa yang sabar menunda kenikmatan sampai maghrib.
“Dengan begitu, orang tak akan jadi radikal atau menjadi koruptor, karena mereka tahu batasnya,” katanya.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

Serangan AS ke Iran Berpotensi Bangkitkan Sel Terorisme, Indonesia Mesti Waspada
