Waspadai Dimensi yang Bisa Memecah Belah Persatuan Bangsa

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Kamis, 17 November 2016
Waspadai Dimensi yang Bisa Memecah Belah Persatuan Bangsa

Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius (kiri) di kantor Kementan, Jakarta Selatan, Kamis (17/11). (Foto Dok BNPT)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Nasional - Masyarakat diminta mewaspadai berbagai dimensi yang bisa memecah belah persatuan bangsa. Dimensi tersebut merupakan efek berkembangnya globalisasi dan pembangunan bangsa.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H mengatakan semangat momentum Sumpah Pemuda 1928 lalu telah menyatukan seluruh keragaman yang ada di Indonesia, di mana keanekaragaman suku, budaya tersebut saat ini telah tercabik-cabik.

"Semangat toleransi dikatakan hampir menghilang dengan banyaknya kasus-kasus intoleransi di Indonesia. Ini yang menyebabkan nilai-nilai Pancasila itu menjadi tereduksi. Dengan mereduksinya nilai-nilai Pancasila tentu ada sesuatu yang salah telah terjadi di Indonesia. Kalau ini tidak dirawat, belum tentu ada jaminan akan ada Republik ini dalam beberapa tahun ke depan,” kata Suhardi melalui keterangan pers, di acara "Gerakan Revolusi Mental Kementerian Pertanian (Kementan) Wilayah Bebas Korupsi (WBK)" yang digelar Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementan di kantor Kementan, Jakarta Selatan, Kamis (17/11).

Berbagai dimensi yang harus diwaspadai muncul dari semua sektor, meliputi dimensi geografi, demografi, sumber daya alam, hingga sektor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Menurut mantan Kabareskrim Polri ini merupakan ancaman krusial bagi negara. Sasaran utama penyebaran paham ini ialah generasi muda Indonesia.

"Derasnya arus informasi di dunia maya ini berdampak pada pesatnya penyebaran paham radikalisme di Indonesia. Karena selama ini banyak sekali informasi radikal dari dunia maya yang mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk diantaranya anak-anak," ujarnya.

Dirinya juga menjelaskan bagaimana parahnya paham radikalisme dan terorisme masuk ke dalam ideologi-ideologi masyarakat terutama para generasi muda bangsa baik dari usia dini hingga dewasa. Untuk itu, berbagai pencegahan harus dilakukan agar menangkal masuknya ideologi yang menyimpang dari Pancasila. 

“Saat ini, paham terorisme dan radikalisme terus berkembang di Indonesia dan hal ini dinilai sangat berbahaya. Peran dari masyarakat tentu sangat kami butuhkan dalam menangkal paham tersebut masuk terlalu dalam ke warga negara Indonesia. Pemahaman konsep jihad, khilafah dan takfiri yang keliru yang selalu digembor-gemborkan kelompok radikal menjadi tantangan bagi kita semua,” tutur Kepala BNPT.

Suhardi mengutip survei yang dilakukan Harian Kompas tentang radikalisme di Jakarta. Dari 500 responden, ternyata 22 persen guru dan 21 persen murid menganggap bahwa Pancasila dianggap tidak relevan lagi. Intinya, radikalisme merupakan tantangan  yang begitu kerasnya bagi nasionalisme kita ke depan. 

"Kita menghadapi tantangan nasional, regional, dan global. Oleh sebab itu, sejak dini generasi muda harus mampu membentengi diri agar tidak terpapar unsur radikalisme, terutama  kalangan mahasiswa sangat berpotensi menjadi sasaran," kata jenderal polisi tiga bintang itu

Selain itu survei dari Wahid Foundation pada tahun 2016 ini juga melaporkan sekitar 72 persen masyarakat Indonesia menolak radikalisme. Selain itu, sekitar 7,7 persen menyatakan berpartisipasi dalam radikalisme, dan 0,4 persen menyatakan pernah terlibat dalam kegiatan radikalisme. Survei tersebut menyasar pada responden 150 juta masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Jika dikalkulasikan, maka nilai 7,7 persen tersebut setara dengan 11,5 juta jiwa. Sedangkan 0,4 persen setara dengan 600 ribu jiwa. (Luh)

BACA JUGA:

  1. Kasus Penistaan Agama, Ulama dan Tokoh Masyarakat Diminta Suarakan Kedamaian
  2. Tanggapi Bom Samarinda, Pengamat: Program Deradikalisasi BNPT Tidak Gagal
  3. Teladani Pahlawan Bendung Propaganda Terorisme
  4. Menumbuhkan Nilai-Nilai Kepahlawan Cegah Radikalisme dan Terorisme
  5. Aksi 4 November Rawan Disusupi Kelompok Radikal, Umat Islam Diminta Rapatkan Barisan
#Suhardi Alius #Terorisme #Radikalisme
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Indonesia
Menko Yusril Sebut Pengadilan Militer AS Akan Adili Hambali Bulan Depan
Yusril menyebut pemerintah tidak menetapkan target waktu penyelesaian, karena hal ini tidak termasuk prioritas yang harus segera dirampungkan.
Angga Yudha Pratama - Kamis, 09 Oktober 2025
Menko Yusril Sebut Pengadilan Militer AS Akan Adili Hambali Bulan Depan
Indonesia
BNPT Minta Ibu Lebih Berperan Tangkis Upaya Kelompok Radikal Rekrut Anak Muda Lewat Game Online
BNPT meminta para orang tua, khususnya para ibu, untuk lebih aktif mengawasi aktivitas digital anak-anak.
Wisnu Cipto - Kamis, 09 Oktober 2025
BNPT Minta Ibu Lebih Berperan Tangkis Upaya Kelompok Radikal Rekrut Anak Muda Lewat Game Online
Indonesia
BNPT Cari 8 Korban Bom Kepunton Solo, Biar Segera Dapat Kompensasi Negara
BNPT akan mencoba mencari korban sesulit apapun mengingat kejadiannya lebih dari 10 tahun.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 16 September 2025
BNPT Cari 8 Korban Bom Kepunton Solo, Biar Segera Dapat Kompensasi Negara
Lifestyle
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia
Isu makar kembali menjadi sorotan publik setelah Presiden RI Prabowo Subianto menyebut adanya indikasi tindakan hal tersebut dan terorisme
ImanK - Senin, 01 September 2025
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia
Indonesia
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta
Pada tahun 2025, jumlah korban yang masih aktif dalam layanan LPSK tercatat sebanyak 30 terlindung per Agustus,
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta
Indonesia
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Densus 88 saat ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan keras (hard approach) dan pendekatan lunak (soft approach)
Angga Yudha Pratama - Jumat, 08 Agustus 2025
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Indonesia
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal
Seorang pegawai Kementerian Agama ditangkap Densus 88 atas dugaan keterlibatan jaringan terorisme.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 07 Agustus 2025
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal
Indonesia
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat
Memastikan kementeriannya mendukung langkah Densus 88 menangkap ASN yang diduga terlibat terorisme.
Dwi Astarini - Rabu, 06 Agustus 2025
Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat
Indonesia
ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri
MZ ditangkap di sebuah warung kopi di Kota Banda Aceh, sedangkan ZA, ditangkap di sebuah tempat penjualan mobil bekas di kawasan Batoh, Kota Banda Aceh.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 05 Agustus 2025
ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri
Indonesia
Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap terduga pelaku terorisme berinisial Y di wilayah Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Frengky Aruan - Senin, 21 Juli 2025
Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor
Bagikan