Terorisme Bertentangan dengan Hakekat Idul Fitri


Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Waryono Abdul Ghofur (Foto Facebook Waryono Abdul Ghofur)
MerahPutih Nasional - Umat Islam harus bisa memaknai Idul Fitri dalam tindakan. Kekerasan adalah penyimpangan dan bertentangan dengan Islam.
“Aksi terorisme tidak sesuai dengan hakekat Idul Fitri apalagi jika mereka menggunakan simbol-simbol agama atau mengatasnamakan agama. Kekerasan bertentangan dengan makna Idul Fitri dan Islam itu sendiri. Idul Fitri itu kembali ke hakekat penciptaan kita sebagai manusia,” kata Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Waryono Abdul Ghofur kepada media, Rabu (13/7).
Dia menyinggung bom yang meledak menjelang Idul Fitri seperti bom bunuh diri di Mapolresta Solo. Kemudian bom bunuh diri di Masjid Nabawi, Madinah, juga bom bunuh diri yang menewaskan ratusan korban di sebuah pusat perbelanjaan di Baghdad, Irak, serta bom bunuh diri di Bandara Attaturk, Istanbul, Turki. Menurut Waryono, berbagai tindakan teror dan kekerasan, apalagi menimbulkan korban jiwa sangat tidak dengan makna Idul Fitri.
Menurutnya, dalam perspektif agama, makna Idul Fitri lebih universal lagi. “Dimulai dengan puasa, kemudian zakat fitrah yang merupakan symbol memberi. Semuanya bermuara pada hakekat manusia itu sendiri, bukan malah merusaknya,” katanya.
Dia menambahkan Idul Fitri dalam makna falsafah Jawa, ada 3 L. Pertama adalah Labur yaitu menghias diri, menutup berbagai perilaku buruk. Caranya adalah melakukan banyak kebajikan yang dapat menutup berbagai perilaku buruk.
Kedua adalah Lebur (melebur), yaitu menyatu dalam semesta, bagian dari masyarakat atau bisa dikatakan tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain.
”Karena itu, orang yang melakukan aksi terorisme antara lain dengan bom sebenarnya tidak bisa menyatu dengan semesta, karena dia membunuh sesama manusia,” ungkap Waryono.
Makna ketiga adalah Luber, yaitu berbagi. Dalam perspektifnya agama, berbagi menjelang Idul Fitri lebih luas lagi.
“Dimulai dengan puasa, kemudian zakat fitrah yang mengandung simbol bahwa kita harus selalu memberi. Agar kembali pada hakekat manusia itu sendiri,” pungkas Waryono Abdul Ghofur.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Bom Bunuh Diri Meledak di Pakistan Barat Daya, Tewaskan 13 Orang, Lukai 30 Lainnya

Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor
