Peran Tim Surya Paloh Bebaskan 10 Sandera Abu Sayyaf

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Senin, 02 Mei 2016
Peran Tim Surya Paloh Bebaskan 10 Sandera Abu Sayyaf

Menlu Retno Marsudi menyambut kedatangan 10 WNI yang disandera kelompok milisi FIlipina, di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/5) malam. (Foto: setkab.go.id)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Nasinal - Sepuluh warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina dibebaskan di Provinsi Sulu, Filipina, Minggu (1/5) siang. Pembebasan ini menarik perhatian dunia karena tidak menimbulkan korban jiwa, juga tidak sedikit pun pemerintah maupun perusahaan naungan ke-10 WNI ini mengucurkan uang tebusan.

Pembebasan 10 WNI dilakukan sendiri oleh kelompok Abu Sayyaf setelah proses panjang negosiasi berbagai pihak. Media Filipina inquirer.net pada awal pembebasan menyebut, pembebasan dilakuan oleh orang tak dikenal dengan menurunkan 10 WNI itu di depan rumah Gubernur Sulu. Kepolisian Sulu tidak merinci lebih lanjut siapa orang tidak dikenal itu dan bagaimana proses pelepasan sandera. Mereka begitu saja membebaskan 10 WNI.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo langsung melakukan konferensi pers di Jakarta pada hari yang sama. Jokowi mengatakan, banyak pihak terlibat dalam pembebasan 10 WNI ini.

"Terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, seluruh anak bangsa yang telah membantu upaya pembebasan ini, baik yang formal maupun informal," kata Jokowi.

Di sisi lain, Deputi Chairman Media Group Rerie L Moerdijat mengatakan, pembebasan sandera dilakukan atas kerja tim kemanusiaan Surya Paloh, sinergi gabungan jaringan pendidikan Yayasan Sukma (Sekolah Sukma Bangsa di Aceh), kelompok Media Group, dan Partai NasDem.

Proses pembebasan oleh tim kemanusiaan Surya Paloh ini dilakukan sejak 23 April, beberapa hari setelah terjadi penyanderaan 26 Maret. Di bawah koordinasi langsung pemerintah Republik Indonesia, negosiasi pembebasan sandera oleh Yayasan Sukma dilakukan melalui dialog langsung dengan pihak tokoh masyarkat, LSM, lembaga kemanusiaan daerah Sulu, Filipina yang memiliki akses langsung ke pihak Abu Sayyaf. Yayasan Sukma menggunakan pendekatan pendidikan. Yayasan Sukma jauh sebelumnya telah bekerja sama bidang pendidikan dengan pemerintah otonomi Moro Selatan.


10 WNI setelah dibebaskan kelompok Abu Sayyaf, di Filipina. (Foto: Biro Pers Setpres)


Setelah sandera diserahkan kepada tim kemanusiaan Surya Paloh di Pantai Parang, Filipina kemudian dibawa ke rumah Gubernur Sulu (Abdusakur) Toto Tan (II) setelah sebelumnya menunggu 4 jam. Ke-10 WNI di rumah gubernur selama 1 jam, sekaligus dilakukan verifikasi. Dari sana, langsung diterbangkan ke Zamboanga, Filipina menggunakan dua helikopter jenis UH 1 H.

Ke-10 WNI tiba Zamboanga sekira pukul 16.30 waktu setempat, Minggu (1/5). Mereka langsung menjalani verifikasi kembali dan juga pemeriksaan kesehatan di kantor konsulat. Kemudian, pemerintah Filipina menyerahkan secara resmi ke-10 WNI itu kepada pihak kedubes Indonesia di Malaysia dan perwailan NasDem Victor L Laiskodat.

Ke-10 WNI dipulangkan ke Tanah Air menggunakan pesawat jet bernama Victory News dari tim kemanusiaan Surya Paloh di bawah pimpinan Victor L Laiskodat, dan bersama pihak Kedutaan Besar Indonesia di Filipina Edi Mulya. Kemudian, diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri di Bandaera Halim, Jakarta. 


Presiden Jokowi dalam koferensi pers setelah pembebasan kesepuluh WNI oleh kelompok Abu Sayyaf. (Foto: Biro Pers Setpres)

Sementara itu, PT Brahma International, pemilik kapal tongkang Anand 12 dan kapal tunda Brahma 12 ber-ABK 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf, mengaku tidak mengeluarkan tebusan untuk mereka.

Sebelumnya, penyandera meminta uang tebusan Rp14 miliar untuk kebebasan ke-10 WNI itu. Seperti dikatakan Presiden Jokowi, pembebasan melibatkan banyak pihak anak bangsa baik formal maupun informal. Para penyandera membebaskan ke-10 WNI begitu saja, tanpa tebusan dan semua korban sandera tanpa terluka.

"Semuanya kami serahkan pada tim negosiator. Tidak ada penyerahan uang dari PT Brahma International kepada para penyandera," kata petugas bagian hukum dan relasi PT Brahma International Yan Arief.

Presiden Jokowi, secara khusus mengucapkan termima kasih kepada pemerintah Filipina. Menurutnya, tanpa kerja sama yang baik dengan pemerintah Filipina, pembebasan ke-10 WNI dari penyanderaan kelompok bersenjata tidak mungkin membuahkan hasil yang baik. Masih ada tugas besar pemerintah. Empat WNI lain masih disandera kelompok Abu Sayyaf. Keempat WNI itu ditawan di tempat berbeda dengan ke-10 WNI yang telah bebas, keempatnya adalah anak buah kapal (ABK) kapal TB Henry yang disandera bersama 13 WNA sejak 23 Maret lalu.


BACA JUGA:

  1. 10 WNI Dibebaskan, Jokowi Ucapkan Terima Kasih
  2. 10 WNI Dibebaskan Kelompok Abu Sayyaf
  3. Penyanderaan WNI, Jokowi: Pemerintah Akan Undang Panglima Filipina
  4. Pemerintah Tidak Akan Bayar Tebusan Kepada Penyandera 14 WNI
  5. 10 WNI Disandera, DPR Desak Pemerintah Tak Penuhi Permintaan Abu Sayyaf
#Milisi Abu Sayyaf #Penyanderaan WNI
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Indonesia
Polisi Susun Rencana Pembebasan Pekerja Tower BTS di Papua
KKB membacok tiga orang karyawan PT IBS dan sempat ada negosiasi yang dilakukan antara korban dengan anggota KKB.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 14 Mei 2023
Polisi Susun Rencana Pembebasan Pekerja Tower BTS di Papua
Bagikan