Peneliti LIPI: Anak Muda Desa Anggap Kerja di Pertanian Itu Kotor


Diskusi Film tentang Pertanian Media Center LIPI di Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (2/10). (Foto: MerahPutih/Rizky Kusumo)
MerahPutih Peristiwa - Regenerasi petani di daerah-daerah cukup mengkhawatirkan. Salah satu penyebab regenerasi petani rendah yaitu keengganan pemuda menjadi petani.
Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) YB Widodo mengatakan, sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang mayoritas ibu-ibu. Ibu-ibu itu berusia 40 tahunan. Mereka menanam bibit dini hari supaya untuk menghindarai udara panas. Atau waktu-waktu tertentu saat bekerja yang sulit diikuti oleh generasi muda.
"Nah, generasi pemuda-pemudi desa tidak bisa mengikuti (alur kerja petani tua). Kerja di pertanian itu kotor. Lebih baik di toko bisa pulang sorenya, atau membantu pedagang kecil," ungkap YB Widodo, setelah pemutaran film dokumenter Srono Urip: Modernisasi dan Krisis Regenerasi Petani di Pedesaan, di Media Center LIPI, Jakarta, Jum'at (2/10).
YB Widodo melanjutkan, masalah upah yang kecil bukan menjadi faktor utama generasi muda enggan bekerja di sektor pertanian.
"Tidak jauh berbeda. Pabrik tekstil itu dapat upah Rp60 ribu per hari. Kalau buruh tani itu Rp30 ribu per hari dengan makan dari pagi sampe siang. Enggak terlalu besar perbedaannya. Mereka (pemuda desa) memilih mencari aman karena bekerja di pertanian upahnya tidak tentu," tambah YB Widodo.
Sementara itu, peneliti dalam film dokumenter Srono Urip: Modernisasi dan Krisis Regenerasi Petani di Pedesaan, Gutomo Bayu Aji mengatakan, selain masalah lahan pertanian sebagai faktor penyebab menurunya regenerasi petani di pedesaan, faktor lain yaitu adanya kebijakan pemerintah yang memberikan keleluasaan kepada korporat menengah dan besar dalam pengelolaan lahan pertanian sawah.
"Pemerintah nantinya akan menyerahkan kepada korporasi menengah dan besar (pertanian). Kemudian lahan-lahan akan dikuasai oleh mereka. Hal ini juga faktor yang penting. Krisis sudah mulai mengancam. Dari survei sendiri angka penurunan petani muda di desa semakin drastis," kata Gutomo Bayu Aji. (rky)
Baca Juga
- Berikan Edukasi Kepada Petani Kopi
- September 2015, Peternak Bersorak, Petani dan Nelayan Gigit Jari
- Ribuan Petani Minta Jokowi Segera Jalankan Reformasi Agraria
- Jeritan Hati Petani Tomat yang Harga Jualnya Anjlok
- Heboh, Petani Tomat di Garut Ngambek Buang Hasil Panen ke Selokan
Bagikan
Berita Terkait
Mentan Ogah Kompromi ke Pelaku Praktik Curang Beras dan Pupuk, Sangat Rugikan Petani

Gula Rafinasi Bocor dan Dijual Bebas di Pasar dengan Harga Sangat Murah Bikin Petani Rugi

Kereta Khusus Pedagang dan Petani Segera Meluncur, Jam Operasional Sedang Dikaji

Kesejahteraan Petani Tidak Terpengaruh Penurunan Harga Beras Menurut Menteri Pertanian

Petani Tebu Menjerit, Puluhan Ribu Ton Gula Menumpuk di Gudang Nilai Capai Ratusan Miliar Rupiah

Dugaan Beras Oplosan, 212 Perusahaan Produsen Beras Premium Diperiksa Bareskrim

Komisi VI DPR Minta Kementan Tingkatkan Pengawasan Bantuan Alat Pertanian

Indonesia Berikan Bantuan Kemanusiaan 10.000 Ton Beras untuk Palestina

Indonesia Sediakan 20 Hektar Lahan Pertanian Buat Dikelola Bersama Dengan Palestina

Dari Lumbung Padi ke Teknologi Greenhouse: RI-Belanda Resmikan Era Baru Pertanian Berkelanjutan
