Pemicu Terorisme dan Radikalisme Bukan Faktor Ekonomi dan Kemiskinan

Seminar Nasional “Peran Dunia Pendidikan Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme” yang diadakan oleh FISIP Program Studi Kriminologi, Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta, di Kampus UBL Jakarta,
MerahPutih Nasional - Faktor ekonomi dan kemiskinan tidak selalu menjadi alasan utama munculnya aksi-aksi terorisme maupun gerakan radikalisme di manapun, termasuk di Indonesia. Aksi terorisme dan gerakan radikal lebih cenderung karena ideologi dan doktrin yang diyakini para pelakunya.
Ustaz Abdurahman Ayub menyebut, bahwa kemiskinan bukan penyebab bergabungnya seseorang dengan kelompok radikal.
“Saya ini bukan orang susah meskipun juga tidak kaya, orang tua saya dua-duanya bekerja, kakak saya pengusaha, tapi saya pernah masuk ke sana,” ungkapnya Seminar Nasional “Peran Dunia Pendidikan Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme” yang diadakan oleh FISIP Program Studi Kriminologi, Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta, di Kampus UBL Jakarta, Minggu (5/6), melalui siaran pers.
Abdurahman mengungkapkan pengalaman pribadinya merekrut anggota kelompok radikal. Menurutnya, kalangan muda paling mudah direkrut.
“Anak-anak SMA sampai perguruan tinggi. Semakin tinggi pendidikan makin sulit, tapi kalau yang sedang galau cukup beberapa menit,” ujarnya.
Dekan FISIP UBL Fahlesa Munabari,PhD. juga sependapat bahwa terorisme dan kelompok radikal bukan karena masalah ekonomi tetapi lebih dipengaruhi oleh idiologi dan doktrin.
“Memang ada beberapa tetapi bukan itu satu-satunya penyebabnya, Usamah Bin Ladin dari keluarga kaya dan merupakan orang kaya. Begitu juga Doktor Azhari,” tegasnya.
Sementara Pernyataan senada dilontarkan Kasubdit Penangkalan BNPT Kol. Inf. Ronny Asnawi. Ronny mengatakan anak muda paling rentan terhadap pengaruh radikalisme ini. Hampir sebagian besar yang terlibat aksi-aksi radikal adalah usia muda. Karena itu, yang terpenting saat ini adalah komitmen kebangsaan dan kesadaran yang baik bangsa Indonesia dapat menghindari ancaman aksi-aksi radikal.
“Lihat saja orang-orang yang terlibat dalam jaringan teroris peristiwa Thamrin, hampir semua dari anak-anak muda,” tandasnya.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Apa Itu Makar? Ini Penjelasan dan Sejarahnya di Dunia

785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Pengamat: Kemenag ‘Lalai’ dalam Tangkal Ideologi Radikal

Oknum ASN Ditangkap karena Terlibat Terorisme, Kementerian Agama janji Berikan Hukuman Berat

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

Cuma Modal KTP, Begini Cara Cek Dana Bansos PKH BPNT Juli 2025
