Pengamat: Benahi Isi Pelajaran Agama Agar Pelajar Tidak Radikal


Darmaningtyas (Foto Facebook Darmaningtyas)
MerahPutih Nasional - Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) perlu ditata ulang agar para pelajar paham soal kebhinekaan dan pentingnya damai dalam kehidupan. Di samping itu, pendidikan agama dan seleksi guru agama juga perlu dibenahi agar pelajar tidak bersikap radikal.
“Pendidikan agama di sekolah semestinya lebih menekankan pada dimensi sosialnya dan tidak hanya berfokus pada dimensi vertikal yang bersifat dogmatif," kata pemerhati dunia pendidikan, Darmaningtyas kepada awak media, Rabu (1/6).
Menurutnya, jika pendidikan agama ditekankan pada dimensi relasi sosial maka cenderung akan mengajarkan toleransi. Ini akan berpengaruh pada pelajar untuk lebih toleran terhadap sesama dan tidak bersikap radikal.
“Yang mendesak untuk dibenahi adalah sistem atau metode dan isi pelajaran agama di sekolah. Isi pelajaran agama itu penting, harus disusun oleh orang-orang yang mumpuni,” kata Darmaningtyas. Mumpuni yang dimaksud Darmaningtyas adalah yang punya wawasan kebangsaan tinggi, bukan orang-orang yang mengajarkan hal-hal bersifat dogmatif saja.
Selain itu, menurut Darmaningtyas, guru agama mengambil peran agar pelajar tidak menjadi intoleransi atau radikal. Pendidikan agama yang berada di punggung guru bagai pedang bermatadua. Satu sisi bisa menangkal radikalisme, di sisi lain justru bisa melahirkan radikalisme agama.
“Jangan sampai pendidikan agama yang salah bisa menjadikan seseorang menjadi radikal,” sambung Darmaningtyas.
Karena itu menurutnya, seleksi guru agama sangat penting. Karena aliran atau ideologi oleh guru agama betul-betul harus sesuai dengan ketentuan yang ada.
“Jangan mereka yang berideologi anti-Pancasila jadi guru agama, hanya karena sarjana agama," katanya.
Di sisi lain, guru besar Universitas Islam Negeri (UN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, menjelaskan bahwa fenomena intoleransi di kalangan pelajar karena ada kekosongan di beberapa fase soal citizenship.
“Ada kekosongan tentang kewarganegaraan, apalagi tentang Pancasila,” kata Prof Bambang.
Menurutnya, semua pihak harus menanamkan keberagaman yang damai, menggambarkan wawasan kebangsaan dan kebhinekaan kepada para pelajar. “Karena hal-hal positif itu harus ditanamkan sejak dini,” kata Prof. Bambang.
Guru besar senior ini mencontohkan soal Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
“Konsep-konsepnya sebenarnya baik, namun karena sangat indoktrinatif, P4 dihilangkan,” kata Prof Bambang. Padahal semestinya, harus tetap ada,hanya segi-segi negatifnya harus dihilangkan.
BACA JUGA:
- Waspadai Propaganda Radikalisme Melalui Anak-anak
- Keluarga dan Pendidikan Dasar, Pondasi Kuat Cegah Propaganda Radikal
- Solidaritas Kemanusiaan Harus Transparan Agar Tak Salah Sasaran
- Masyarakat Diminta Cermat Menyumbang #SaveAleppo
- Prof Murodi: Yang Ingin Mengganti Pancasila, Silakan Keluar dari NKRI
Bagikan
Berita Terkait
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda

Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen

Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi

Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror

Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif

Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos

ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024

BNPT Sebut Ada Potensi Munculnya Kelompok Radikal di Pemilu 2024

Perempuan Mencoba Terobos Istana Bukti Radikalisme Masih Ada
