Pengamat: Benahi Isi Pelajaran Agama Agar Pelajar Tidak Radikal

Luhung SaptoLuhung Sapto - Rabu, 01 Juni 2016
Pengamat: Benahi Isi Pelajaran Agama Agar Pelajar Tidak Radikal

Darmaningtyas (Foto Facebook Darmaningtyas)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Nasional - Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila  (P4) perlu ditata ulang agar para pelajar paham soal kebhinekaan dan pentingnya damai dalam kehidupan. Di samping itu, pendidikan agama dan seleksi guru agama juga perlu dibenahi agar pelajar tidak bersikap radikal. 

“Pendidikan agama di sekolah semestinya lebih menekankan pada dimensi sosialnya dan tidak hanya berfokus pada dimensi vertikal yang bersifat dogmatif," kata pemerhati dunia pendidikan, Darmaningtyas kepada awak media, Rabu (1/6).  

Menurutnya, jika pendidikan agama ditekankan pada dimensi relasi sosial maka cenderung akan mengajarkan toleransi. Ini akan berpengaruh pada pelajar untuk lebih toleran terhadap sesama dan tidak bersikap radikal.

“Yang mendesak untuk dibenahi adalah sistem atau metode dan isi pelajaran agama di sekolah. Isi pelajaran agama itu penting, harus disusun oleh orang-orang yang mumpuni,” kata Darmaningtyas. Mumpuni yang dimaksud Darmaningtyas adalah yang punya wawasan kebangsaan tinggi, bukan orang-orang yang mengajarkan hal-hal bersifat dogmatif saja.

Selain itu, menurut Darmaningtyas, guru agama mengambil peran agar pelajar tidak menjadi intoleransi atau radikal. Pendidikan agama yang berada di punggung guru bagai pedang bermatadua. Satu sisi bisa menangkal radikalisme, di sisi lain justru bisa melahirkan radikalisme agama. 

“Jangan sampai pendidikan agama yang salah bisa menjadikan seseorang menjadi radikal,” sambung Darmaningtyas.

Karena itu menurutnya, seleksi guru agama sangat penting. Karena aliran atau ideologi oleh guru agama betul-betul harus sesuai dengan ketentuan yang ada. 

“Jangan mereka yang berideologi anti-Pancasila jadi guru agama, hanya karena sarjana agama," katanya. 

Di sisi lain, guru besar Universitas Islam Negeri (UN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Bambang Pranowo, MA, menjelaskan bahwa fenomena intoleransi di kalangan pelajar karena ada kekosongan di beberapa fase soal citizenship.

“Ada kekosongan tentang kewarganegaraan, apalagi tentang Pancasila,” kata  Prof Bambang. 

Menurutnya, semua pihak harus menanamkan keberagaman yang damai, menggambarkan wawasan kebangsaan dan kebhinekaan kepada para pelajar. “Karena hal-hal positif itu harus ditanamkan sejak dini,” kata Prof. Bambang.

Guru besar senior ini mencontohkan  soal Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila  (P4). 

“Konsep-konsepnya sebenarnya baik, namun karena sangat indoktrinatif, P4 dihilangkan,” kata Prof Bambang. Padahal semestinya, harus tetap ada,hanya segi-segi negatifnya harus dihilangkan.

BACA JUGA:

  1. Waspadai Propaganda Radikalisme Melalui Anak-anak
  2. Keluarga dan Pendidikan Dasar, Pondasi Kuat Cegah Propaganda Radikal
  3. Solidaritas Kemanusiaan Harus Transparan Agar Tak Salah Sasaran
  4. Masyarakat Diminta Cermat Menyumbang #SaveAleppo
  5. Prof Murodi: Yang Ingin Mengganti Pancasila, Silakan Keluar dari NKRI
#Radikalisme #Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Indonesia
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda
Isi konten radikal remaja anggota ISIS di Gowa ditangkap. Remaja itu aktif menyebarkan propaganda melalui media sosial dan membahas aksi bom bunuh diri.
Soffi Amira - Minggu, 25 Mei 2025
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda
Indonesia
Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen
Menurut Nasarudin, budaya maritim terbiasa menghargai perbedaan.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 23 April 2025
Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen
Indonesia
Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi
Satgas Operasi Madago Raya melibatkan 253 personel termasuk anggota TNI/Polri.
Wisnu Cipto - Rabu, 02 Oktober 2024
Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi
Indonesia
Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror
Tahapan paparan paham radikal dimulai dari kegagalan menyikapi perbedaan hingga berpotensi menjadi radikalisme.
Dwi Astarini - Kamis, 25 Juli 2024
Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror
Indonesia
Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif
Zulfikar Sy - Jumat, 08 September 2023
Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif
Indonesia
Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho mengingatkan warga untuk menghindari radikalisasi di media sosial dengan menerapkan metode berpikir kritis.
Mula Akmal - Jumat, 04 Agustus 2023
Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos
Indonesia
ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024
ASN lingkungan Pemprov DKI Jakarta mendapat arahan khusus terkait pencegahan penyebaran paham radikalisme menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Zulfikar Sy - Senin, 06 Maret 2023
ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024
Indonesia
BNPT Sebut Ada Potensi Munculnya Kelompok Radikal di Pemilu 2024
Suhu perpolitikan tanah air mulai memanas jelang Pemilu 2024. Badan Nasional Penanggulangan terorisme (BNPT) mengingatkan seluruh elemen bangsa soal potensi peningkatan gerakan radikal menjelang Pemilu Serentak 2024.
Mula Akmal - Minggu, 20 November 2022
BNPT Sebut Ada Potensi Munculnya Kelompok Radikal di Pemilu 2024
Indonesia
Perempuan Mencoba Terobos Istana Bukti Radikalisme Masih Ada
Mahfud mengatakan tindakan tersebut membuktikan bahwa radikalisme masih ada di Indonesia.
Andika Pratama - Jumat, 28 Oktober 2022
Perempuan Mencoba Terobos Istana Bukti Radikalisme Masih Ada
Bagikan