Ketua Ikadi: Melawan Pemerintah Bukan Jihad Ataupun Syahid


Kelompok militan ISIS (Foto: screenshot presstv)
MerahPutih Nasional - Kata "Jihad" (berperang di jalan Allah) dan "Syahid" (mati di jalan Allah) sering disalahartikan. Dua kata ini menjadi propaganda paham radikalisme dan aksi terorisme di Indonesia.
Padahal, menurut Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail, di dalam Alquran dan Hadits disebutkan jihad dan syahid itu hanya terjadi kalau terjadi perang. Selain itu, bukan untuk melawan pemerintah, apalagi dengan melakukan teror bom dan kekerasan.
"Jihad dan syahid itu bukan dengan mengangkat senjata melawan pemerintahan yang sah dan melakukan pengrusakan, apalagi teror yang membuat orang takut. Jadi tidak ada hubungannya antara jihad dan syahid dengan aksi-aksi terorisme yang terjadi, baik dalam maupun luar negeri. Mereka tidak paham makna sebenarnya jihad dan syahid dan jelas tidak mengerti Islam. Kalau mereka mengerti, Islam itu lembut, indah, rahmatan lil alamin. Itulah inti ajaran Islam," jelas Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail di Jakarta, Selasa (29/3).
Satori melanjutkan, sejak dulu warisan Islam adalah kelembutan. Contohnya, Islam menyuruh umatnya untuk berdakwah secara hikmat, begitu juga dalam memberikan nasehat juga harus baik. Bahkan kalau perlu dialog, juga harus dilakukan dialog yang baik. Intinya, dalam Islam tidak ada namanya pengrusakan, apalagi teror dan kekerasan.
Menurutnya, dalam Islam berjihad itu bisa dengan berbagai macam cara, bisa menggunakan harta, tenaga, kekuatan, jiwa, dan lain-lain. Contohnya saat terjadi penjajahan Belanda dahulu. Karena Islam menentang berbagai bentuk penjajahan, maka waktu itu umat Islam berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Baik berjuang dengan alat ekonomi, budaya, dan mengangkat senjata. Dalam konteks ini, perjuangan itu jelas adalah jihad dan bila dalam perjuangan itu meninggal, Insya Allah syahid.
"Ketika kita sudah tidak dijajah secara fisik, maka perjuangan kita bukan angkat senjata. Tapi dengan memerdekaan negeri ini dari berbagai pengaruh asing, kemiskinan, sehingga bangsa Indonesia menjadi negara yang adil dan makmur sesuai UUD 45," tuturnya.
Pendapat senada diungkapkan Guru Besar Ilmu Sosiologi Agama UIN Syarief Hidayatullah, Bambang Pranowo. Menurutnya, jihad dan syahid di zaman modern ini, bukan dengan cara teror, apalagi memerangi bangsa sendiri.
"Kalau di Indonesia jelas tidak bisa diterapkan istilah jihad dan syahid karena negara kita tidak dalam perang. Jadi apa yang diusung para pelaku aksi terorisme seperti Bom Thamrin dan juga kelompok Santoso di Poso sana, jelas salah dalam menafsirkan jihad dan syahid," jelas Bambang Pranowo.
Menurutnya, kekeliruan dalam menafsirkan arti jihad dan syahid dikarenakan pemahaman agama Islam masih dangkal. Selama ini mereka terbutakan oleh berbagai macam propaganda radikalisme yang dinilai lebih menarik, jelas, tegas, dan memberi jawaban pada persoalan mereka.
"Mereka tahunya sederhana bahwa syahid itu mati dalam perang. Padahal tidak seperti itu. Dalam sebuah hadits disebutkan orang yang keluar rumah untuk menuntut ilmu terus meninggal dunia, juga termasuk syahid fii sabilillah dan memiliki derajat yang tinggi di mata Allah. Jadi syahid itu bukan hanya dengan berperang," imbuh Bambang.
Untuk itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berusaha memberikan pemahaman dan pengertian tentang jihad dan syahid. Utamanya, kepada generasi muda. Hal itu bisa dilakukan melalui para ulama, dunia pendidikan, dan juga penerbitan buku-buku.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Cuma Modal KTP, Begini Cara Cek Dana Bansos PKH BPNT Juli 2025

Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda

Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen

BNPT Pusat Kesiapsiagaan Nasional Buat Tanggulangi Ancaman Terorisme Secara Menyeluruh

Jamaah Islamiyah Deklarasi Kembali ke Pangkuan NKRI, Yusri Data Napi Buat Potong Masa Tahanan
BNPT Sampaikan Capaian Kinerja dan Global Terrorism Index Tahun 2024

BNPT Antisipasi Ancaman Terorisme saat Natal dan Tahun Baru 2025

Objek Wisata GWK Bali Resmi Kantongi Sertikat Keamanan BNPT

KAI Daop 6 Gandeng BNPT Cegah Aksi Terorisme di Kereta
