Jimly Asshiddiqie Yakin Benua Atlantis yang Hilang adalah Indonesia


Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie (MP Foto/Rizki Fitrianto)
MerahPutih Budaya - Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie percaya bahwa Indonesia adalah Benua Atlantis yang hilang. Keyakinan tersebut disampaikan olehnya setelah membaca buku "Atlantis The Lost Continent Finally Found" karya Profesor Prof. Arysio Nunes dos Santos, seorang ilmuwan asal Brazil.
"Jadi peradaban besar dalam sejarah umat manusia pernah hidup di sini. Dan saya yakin betul bahwa Indonesia adalah Atlantis," kata Jimly saat dijumpai Merahputih.com baru-baru ini.
Jimly yang juga mantan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mewakili utusan golongan pada tahun 1997-1998 menambahkan, pernyataan yang disampaikan arkeolog Dos Santos bukan sebatas bualan. Sebab Dos Santos bersama dengan sejumlah ilmuwan melakukan riset mendalam selama lebih dari 30 tahun.
Dahulu kala sambung Jimly, Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, hingga semenanjung Malaysia masih menjadi satu-kesatuan integral. Pulau-pulau tersebut menjadi terpisah karena adanya bencana alam yang maha hebat, mulai dari letusan gunung merapi hingga gelombang tsunami besar.
"Jadi ini dulu namanya Benua Maritim atau Sunda Island," papar Jimly.
Pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan pada 17 April 1956 melanjutkan peristiwa bencana alam itu terjadi sekitar 11.000 tahun silam. Bencana tersebut mengakibatkan pulau-pulau yang tadinya bersatu terpencar dan sebagian menghilang karena tenggelam.
Bagi Jimly temuan-temuan yang disampaikan Dos Santos harus dijadikan pijakan bagi generasi muda dan bangsa Indonesia sebagai motivasi untuk bangkit dan menjadi bangsa besar dan unggul. Untuk bisa tampil sebagai bangsa besar diperlukan komitmen dari generasi muda saat ini. Mental dan karakter bangsa Indonesia harus direvolusi.
"Jadi peradaban kita lebih tua dari Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kita punya sejarah panjang. Tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak jadi bangsa beser," beber Jimly.
Benua Atlantis yang Hilang adalah Indonesia
Pada tahun 2013 silam arkeolog asal Brasil dos Santos mempublikasikan temuan hasil penelitiannya selama 30 tahun lebih. Hasil penelitian itu dibukukan dalam sebuah buku berjudul Atlantis The Lost Continent Found. Dalam bukunya dos Santos menyebut benua Atlantis yang hilang berada di Indonesia.
Arkeolog ternama itu juga menyebut manusia tertua dalam sejarah peradaban manusia adalah Pithecantropus Erectus yang pernah hidup di Indonesia, tepatnya di pulau Jawa. Menurut Santos peradaban Atlantis tenggelam sekitar 11.600 tahun silam karena terjadi bencana letusan gunung berapi. Letusan gunung berapa yang maha dahsyat itu menyebabkan terjadinya gempa, banjir, dan gelombang tsunami besar.
Akibat bencana maha dahsyat tersebut, sebanyak 70 persen populasi makluk hidup termasuk di dalamnya manusia tewas. Sedangkan mereka yang selamat berpencar ke berbagai penjuru dunia untuk memulai kehidupan baru. Santos juga berpendapat, belasan ribu pulau yang berada di Indonesia adalah puncak gunung dataran tinggi benua atlantis yang dahulu tenggelam.
Pasca terjadinya bencana, sisa-sisa manusia yang dahulu tinggal di Benua Atlantis menyebar hingga kawasan Madagaskar, benua Afrika. Berdasarkan hasil riset ditemukan kemiripan genetik bangsa Austronesia tertua dengan gen yang dimiliki penduduk Indonesia. Bukan hanya itu dari segi bahasa juga ditemukan kemiripan antara penduduk Indonesia dengan rumpun penutur bahasa Austronesia.
Temuan Baru Soal Atlantis
Hingga kini misteri keberadaan benua Atlantis yang tenggelam belum juga terpecahkan. Ada banyak spekulasi dari keberadaan benua yang dipercaya memiliki peradaban unggul. Keberadaan benua Atlantis yang besarnya dua kali dari negara India pertama kali disamapaikan pemikir Yunani terkemuka Plato dalam karyanya "Timaues and Critias".
Dalam bukunya, Plato menyebut ciri-ciri dari benua Atlantis yaitu berupa dataran yang dikeliingi pegunungan indah dan besar yang rata dan halus. Plato juga menyebut kehidupan di benua tersebut masyarakatnya sudah makmur, alamnya indah, banyak sungai dan padang rumput.
Sejumlah arkeolog terkemuka menyebut benua Atlantis yang hilang berada di Indonesia. Selain Dos Santo, ilmuwan lain yang yakin benua Atlantis berada di Indonesia adalah Stephen Oppenheimer yang menyebut benua Atlantis berada di kawasan Asia Tenggara. Dalam bukunya "Eden in The East" ia menyebut benua Atlantis yang hilang berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia di dalamnya.
Ilmuwan lain yang menyebut Benua Atlantis berada di Indonesia adalah Dhani Irwanto, seorang pakar hidrologi asal Indonesia. Setelah melakukan riset selama lima tahun ia menyimpulkan lokasi Benua Atlantis berada di Indonesia tepatnya di Kalimantan bagian Selatan dan Laut Jawa. Hasil penelitian itu dibukukan dalam sebuah buku berjudul "The Lost City in Jawa Sea" yang diterbitkan dalam edisi bahsa Inggris.
Dalam melakukan penelitian Dhani tetap berpijak pada cerita filsuf Yunani kuno, Plato. Petunjuk yang disampaikan Plato dijadikan kompas bagi Dhani untuk melakukan riset. Dhani mengutip keterangan Plato yang menyebut Benua Atlantis adalah dataran indah, besar, halus di kelilingi sungai dan pegunungan.
Benua hilang tersebut juga digambarkan berbentuk persegi dan lonjong dengan panjang sekitar 555 kilometer dan lebar 370 kilometer. Posisinya menghadap ke selatan dan terlindung pada bagian utaranya.
Berbekal gamaran Plato ia menyebut, benua Atlantis dikelilingi padang rumput, sungai, tanahnya subur dan rakyatnya hidup makmur. Saluran air yang dimaksud Plato adalah sungai-sungai yang berasa dari pegunungan Muller Schaner dan Meratus.
Sesuai dengan hasil temuan lapangan yang menggunakan pendekatan iklim, tata letak daratan, hidrolika sungai, mitologi, adat istiadat, struktur sosial, kondisi geografi menurut Dhani, Atlantis memang posisinya berada di Indonesia.
"Tepanya di Kalimantan bagian selatan dan Laut Jawa," katanya beberapa waktu silam saat memaparkan temuan risetnya.
Masih kata Dhani Atlantis sendiri posisinya berada di atas pulau Bawean. Pulau Bawean sendiri masuk dalam Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau tersebut kemudian tenggalam akibat gempa bumi dan banjir. Namun demikian, Plato tidak menggunakan istilah tsunami lantaran istilah tersebut belum populer pada saat itu.
Plato sambung Dhani menyebut Atlantis berada di sebuah selat yang memiliki pelabuhan. Struktur pulau Bawean terdiri dari 85 persen batuan beku yang terbentuk di masa Paleogen dan Neogen melalui proses tektonik.
"Bawean dan Atlantis memiliki lingkungan formasi geologi dan kegiatan tektonik sama," tandasnya.
BACA JUGA:
- Jimly Asshiddiqie: Ikan Patin Jadi Makanan Favorit Saya
- Jimly Asshiddiqie: Prostitusi Harus Dibasmi, tapi Tak Akan Pernah Habis
- DKPP Wacanakan Konsep Peradilan Khusus dan Peradilan Etik
- Ini Proyeksi DKPP Tahun 2016
- DKPP: Penegakan Hukum di Indonesia Tak Bisa Diandalkan
Bagikan
Bahaudin Marcopolo
Berita Terkait
DKPP Ingatkan Potensi PSU Berulang seperti di Pilkada 2024, Minta Integritas Penyelenggara Diperketat

Hentikan Penghitungan Suara Sepihak, Anggota Bawaslu Jaktim Diperiksa DKPP

DKPP Pecat Anggota KPU Lombok Timur Zainul Muttaqin, Masih Terdaftar Kader PDIP

DKPP Diminta Segera Tindaklanjuti Laporan Sengketa Pilkada Hingga Pileg

Evaluasi secara Tertutup, Komisi II DPR Akui Potensi Pergantian Anggota DKPP

Dugaan Pelanggaran Pemilu Barito Utara, KPU Dinilai Langgar Aturan

DKPP: KPU Kab Sukabumi Terbukti Bersalah Tidak Akomodir Aduan Ribka Tjiptaning
