Tukang Becak, Tangguh Cari Muatan untuk Cari Makan

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Senin, 27 September 2021
Tukang Becak, Tangguh Cari Muatan untuk Cari Makan
Tukang becak hampir tertelan zaman. (Foto: Unsplash/Hobi industri)

PAKAIANNYA terlihat lusuh. Postur tubuhnya biasa saja, tidak kekar, apalagi berotot. Terkadang usia mereka juga sudah sepuh. Namun, lihat betisnya, berurat dan terlihat amat kencang. Meskipun keadaannya seperti itu, ia masih kuat menggunakan moda transportasi dengan kayuh yang digerakkan menggunakan kaki.

Tukang becak, begitu sebutannya di negeri aing. Fisiknya amat kuat mengantar penumpang, bahkan barang berat sekalipun menggunakan tunggangannya itu. Orang Jakarta mungkin Jarang melihatnya, karena larangan operasional becak sudah diatur sesuai Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Keberadaan becak tapi tetap ada di tempat wisata Jakarta seperti Kawasan Kota Tua, Ancol, dan TMII.

Baca Juga:

Mbok Jamu Gendong, Tangguh Mewariskan Ramuan Warisan Leluhur

Dahulu becak salah satu transportasi yang sering sekali digunakan oleh orang banyak. Awal mula kedatangan becak di Indonesia diawali dengan beroperasinya transportasi umum tersebut di Batavia. Dilansir Historia.id, menurut Lea Jellinek dalam bukunya yang berjudul Seperti Roda Berputar, becak didatangkan dari Singapura dan Hong Kong pada 1930-an. Namun karena adanya perkembangan zaman yang semakin maju, becak hampir terlupakan.

Sekarang becak harus bersaing keras dengan moda transportasi online yang kian menjamur. Masyarakat zaman now lebih memilih moda transportasi yang mudah dipanggil lewat layar ponsel seperti taksi dan ojek online. Keduanya juga lebih cepat mengantar penumpang.

Terkadang tukang becak sudah sepuh. (Foto: Unsplash/Mark Chaves)

Namun, kalau di kota-kota selain Jakarta seperti Tangerang, becak masih beroperasi untuk mengantar penumpang. Misalnya mengantar penumpang ke pasar beserta seabrek belanjaannya pergi-pulang.

Dalam menjalankan profesinya, mereka amat tangguh karena mampu menghadapi berbagai macam tantangan. Seberapa berat bobot penumpang, beserta barang bawaannya, mereka tetap sanggup mengantar sampai tujuan, itulah yang membuat betis mereka kencang.

Baca Juga:

Ketangguhan Mimin Media Sosial Tak Kenal Waktu Kerja

Berbagai medan di jalan selama mengantar penumpang juga mampu mereka atasi. Ketika bertemu tanjakan, mereka tetap bisa melewatinya. Mereka rela turun dari pelana untuk mendorong becak agar penumpang bisa melintasi tanjakan dengan selamat.

Penumpang sudah sampai tujuan, rintangan tukang becak belum berakhir. Penumpang terkadang agak kesulitan untuk turun dari becak karena tinggi. Alhasil, tukang becak akan membuat becak menungging, menahannya untuk sesaat demi memudahkan penumpang untuk turun.

Tukang becak amat tangguh. (Foto: Unsplash/Afif Kusuma)

Tukang becak juga tahan terhadap segala cuaca. Hujan dan panasnya matahari tidak membuat mereka berhenti mengayuh becak. Mereka juga lebih mementingkan penumpang ketimbang dirinya. Penumpang becak difasilitasi dengan penutup agar tidak kepanasan dan kehujanan. Sedangkan tukang becak, hanya melindungi dirinya dari terik panas matahari dengan topi dan jas hujan ketika hujan turun.

Tidak jarang juga tukang becak pergi pagi dan pulang pagi untuk mendapatkan sesuap nasi demi menghidupi anak dan istrinya. Terkadang mereka juga sampai bermalam di pangkalan karena belum dapat penumpang sama sekali atau setoran ke istri belum cukup. Sering juga Tukang becak menahan lapar sambil mengayuh beratnya beban becak. Tukang becak benar-benar tangguh untuk membuat dapur tetap ngebul. (jhn)

Baca Juga:

Agen Travel Independen Bali Tangguh Walau Sepi Wisatawan

#September Jagoan Tangguh Negeri Aing
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan