Mbok Jamu Gendong, Tangguh Mewariskan Ramuan Warisan Leluhur

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Sabtu, 25 September 2021
Mbok Jamu Gendong, Tangguh Mewariskan Ramuan Warisan Leluhur
Jamu gendong budaya khas Indonesia. (Foto: Instagram/@martinwestlakephotography)

SIAPA tahan pakai kebaya di tengah siang bolong. Yang pakai kaus kutang saja bisa kegerahan, itu pun di dalam kamar menggunakan kipas. Nah, apalagi yang pakai kebaya, keringat pasti mengucur deras di bawah paparan terik matahari.

Tapi, perempuan ini malah nyaman berpakaian seperti itu siang-siang, bahkan seharian dari pagi sampai sore. Mereka ialah perempuan yang berprofesi sebagai mbok penjual jamu gendong. Dengan mengenakan kebaya dan jarik, ia mengitari jalanan ibu kota tanpa terlihat lelah sedikitpun. Beberapa dari mereka juga sudah ada yang berusia tidak muda.

Baca Juga:

Ketangguhan Mimin Media Sosial Tak Kenal Waktu Kerja

Penjual jamu gendong juga sudah mempersiapkan ramuan jamu andalannya sejak pagi buta. Saban hari mereka mengupas, memarut, menumbuk rempah-rempah hingga memasukkan hasil rebusan jamu ke dalam botol kaca di pagi hari. Teknik pembuatan jamunya masih sangat tradisional, karena masih meyakini warisan leluhur ini.

Jamu gendong masih bertahan di tengah era kekinian. Sekarang, kedai jamu modern menjamur di mana-mana. Bahkan, jamunya dikemas dengan amat menarik seperti kopi-kopi gula aren zaman now.

Namun, mbok penjual jamu gendong tetap bertahan dengan konsep tradisional pada jamu-jamunya. Mereka juga konsisten dengan kebaya sebagai identitas mereka selama berjualan. Ketangguhan Mbo Jamu Gendong pokoknya terbukti dengan empat hal ini, antara lain:

1. Jagoan perempuan yang tak lelah menjajakan ramuan warisan leluhur

Jamu adalah obat herbal warisan leluhur. (Foto: Instagram/@jogjaseni)

Jamu gendong merupakan jamu hasil produksi rumahan. Jamu ini dijajakan dengan memasukkannya ke dalam botol-botol dan disusun rapi di dalam bakul. Setelah itu penjual jamu akan menggendong bakul yang berisi jamu. Makanya dikenal dengan jamu gendong.

Penjual jamu gendong ini mayoritas perempuan. Hal ini dikarenakan zaman dahulu, pria lebih diperlukan dalam bidang pertanian. Sehingga, hal ini jugalah yang menjadikan tradisi ini masih kental dengan budaya leluhur.

Nyatanya, menggendong ini memiliki arti tersendiri. Sama halnya seperti seorang ibu yang menggendong anaknya. Bakul jamu layaknya anak (rezeki) yang harus dibawa dengan telaten dan lembut.


2. Saban hari pergi ke pemukiman warga

Saban hari mengunjungi pemukiman warga dari pagi hingga sore hari. (Foto: Instagram/@ayomjavavillage)


Jamu-jamu yang sudah selesai diproduksi ini, biasanya digendong dan dijualkan ke tempat pemukiman warga. Terkadang mereka meneriakkan "jamu, jamu," untuk memberikan sinyal kepada warga mengenai keberadaannya.

Mbok jamu tidak hanya memiliki target pelanggan orang dewasa. Terkadang, ada juga ibu-ibu yang beli jamu untuk anaknya. Jamu tertentu memang aman dikonsumsi anak kecil dan memberikan banyak manfaat. Contohnya ialah jamu kunyit asam (menjaga imun anak), jamu temulawak (menambah nafsu makan), dan beras kencur (obat batuk).

Baca Juga:

Agen Travel Independen Bali Tangguh Walau Sepi Wisatawan


3. Tetap berjuang di tengah ramainya pedagang jamu kemasan di media sosial

Mereka tetap berjuang meski banyak pesaing di media daring. (Foto: Instagram/@ayomjavavillage


Maraknya penggunaan media sosial membuat beberapa aspek budaya lama atau tradisional menjadi perlahan luntur. Saat ini banyak orang yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan produk mereka, salah satunya jamu. Meskipun produk yang dijual sama, tapi estetika dan nilai budayanya menjadi berkurang.

Mbok jamu tidak tergerus oleh zaman. Kamu masih bisa menemukannya di beberapa tempat, seperti di sepanjang jalan maupun di pasar. Sesekali mereka juga pasti lewat di depan rumah kamu.


4. Mampu berjalan jauh membawa beban yang cukup berat

Berjalan sambil memikul beban di pundak. (Foto: Instagram/@hendik__)

Dilan mungkin keberatan menahan beban rindu kepada Milea. Namun, bagi Mbok jamu jangankan rindu, beban bakul yang pasti melebihi rindu Dilan kepada Milea sanggup ia gendong.

Ketangguhan penjual jamu gendong yang satu ini paling perlu diapresiasi. Berat dalam bakul jamu itu sekitar 25 kg dan mereka harus menggendongnya sambil berjalan kaki. Belum lagi jarak tempuhnya juga amat jauh. Entah apa rahasia dari kekuatan fisik mereka itu, yang pasti mereka betul-betul sanggup melakukan hal ini. (cil)

Baca Juga:

Abang Bakso Tangguh, Beralih Profesi Jadi Tukang Bangunan demi Keluarga

#September Jagoan Tangguh Negeri Aing #Jamu
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan