Pelajaran Penting Minta Maaf Berujung Materai Rp10.000

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Minggu, 09 Mei 2021
Pelajaran Penting Minta Maaf Berujung Materai Rp10.000
Minta maaf di Indonesia cukup berujung di materai 10.000. (Pixabay-Nasierjamal)

INGAT kasus prank Youtuber Ferdian Paleka? Di bulan puasa tahun lalu Ferdian mengunggah video prank memberi bekal sahur kepada transpuan di jalanan. Bukan berisi sembako atau nasi beserta lauk sebagaimana lumrahnya bantuan bekal, Ferdian justru memberi sampah kepada para transpuan jalanan di tengah kesulitan hidup saat pandemi.

Alih-alih ingin melucu, aksi Ferdian justru berujung mendapat banyak kecaman. Guyonannya sangat tidak lucu. Prank Ferdian justru melukai rasa kemanusiaan paling dasar. Tindakannya justru merendahkan kaum selama ini termarjinalkan.

Baca juga:

Cara Baru Menyindir Lewat Embel-Embel Minta Maaf "Sekedar Mengingatkan"

Rumitnya hidup, kerap membuat seseorang selalu berbuat salah di dunia maupun di media sosial. Butuh sebuah upaya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan sudah terlanjur dilakukan. Salah satunya melakukan klarifikasi dan meminta maaf, ditambah materia Rp10.000.

Di Indonesia, kejadian ini kerap dijumpai di media sosial. Kebanyakan hanya berkedok meningkatkan eksistensi dirinya, dengan membuat kesalahan kemudian memancing publik bereaksi keras. Namun, tidak usah khawatir, di negeri indah ini, apa pun masalah ditimbulkan di dunia maya, cukup dengan klarifikasi dan permintaan maaf dengan kesepakatan materai Rp10.000 semua akan beres. Bak meminum obat mujarab, semua masalah berujung hilang begitu saja.

Di 'negeri aing', kebanyakan kasus penghinaan dan konten prank kerap berujung karifikasi dan minta maaf ditambah materai Rp10.000, dan akhirnya tersangka dibebaskan. Alasan pasti sering kamu dengar seperti, “Ya namanya juga manusia, tak luput dari kesalahan.” Klasik banget enggak sih.

maaf
Kedua pria pembuat konten prank bingkisan sembako berakibat fatal. (YouTube RICKY DWIASEP OFFICIAL)

Ada lagi alasan cukup familiar untuk orang-orang berhati damai. “Jika bisa diselesaikan dengan cara damai, kenapa harus bertengkar.” Selain itu ada juga orang bilang, “Memang sudah tempatnya manusia berbuat salah”.

Jika dengan alasan klasik tersebut sudah biasa membuat seseorang bebas dari kesalahannya. Lantas, bagaimana dengan kondisi korban sudah terlanjur dirugikan. Mungkin saja dalam hati kecilnya, mereka tidak terima perdamaian dan memilih untuk kasusnya harus berjalan sesuai hukum berlaku.

Baca juga:

Minta Maaf Kepada Sahabat Lewat Deep Talk, Kenapa Enggak!

Salah satu contohnya jika kamu ingat, tentang kasus Ferdian Paleka membuat prank sembako diberikan pada sekelompok transpuan, tetapi isinya malah sampah. Konten ini pun mendapat kecaman dari pengguna media sosial dan berakhir fatal menjadi laporan polisi mengenai konten tidak manusiawi.

maaf
Pemuda di bekasi menjadi duta masker protokol kesehatan setelah kasusnya viral melarang jamaah masjid memakai masker. (YouTube Yusuf Bachtiar)

Alasan pembuatan konten ini tidak lain hanya untuk mencari eksistensi dan followers semata. Beberapa hari setelah kontennya viral, Ferdian tertangkap beserta temannya. Mereka lantas secara terbuka menyampaikan permintaan maaf kepada korban.

Pelajaran lain bisa diambil dari kasus baru-baru ini terjadi, seorang pria di Bekasi dijadikan duta masker setelah videonya mengenai adu mulut melarang jamaah masjid menggunakan masker. Setelah video tersebut viral, ia segera membuat video klarifikasi dan minta maaf serta sepakat berdamai dengan jamaah tersebut di atas perjanjian materai Rp10.000.

maaf
Ilustrasi pria meminta maaf. (Foto: pixabay/ITECHirfan)



Tidak tahu mengapa, kesalahan seseorang cukup fatal dan membuat warga geram, justru dijadikan seorang duta atas kesalahannya. Mungkin maksudnya agar jadi pelajaran untuk membuat pelaku jera dan tidak mengulangi hal sama.

Akan tetapi jika siklus ini terus terjadi, sehingga nanti semua kesalahan seseorang akan menjadi duta pada akhirnya. Misalkan setelah menghina lalu viral, membuat surat permintaan maaf di atas materia Rp10.000, lalu menyampaikan maaf secara terbuka, kemudian dijadikan duta.

Begitu saja terus siklusnya sampai warga negara jadi duta semua. Modalnya juga murah meriah, cukup beli materai Rp10.000. (*)

Baca juga:

Makna Baper Berubah Toksik Saat Nihil Permintaan Maaf

#Mei Negeri Aing Maaf-maafan
Bagikan
Bagikan