Jurus Ampuh Si Buta Dari Gua Hantu


Barda bertarung melawan Mata Malaikat. (Foto: Si Buta Dari Gua Hantu, Ganes TH)
BANGKAI lebah terbelah dua berjatuhan terus-menerus sampai memenuhi sungai hingga hilir namun tak jua tebasannya bisa mengena sekali tiga. Ia coba lagi, berkali-kali, bersilat menggila sampai rubuh kehabisan tenaga, dan hasilnya masih satu tebasan satu lebah.
Di tengah keputusasaannya, ia memejamkan mata, berserah, lantas gemuruh suara air terjun di dekatnya lamat-lamat menjauh, seketika hening, lalu bisa menangkap dengun lebah. "Tsaaaaap!". Tiga ekor lebah tumbang dengan tubuh terbelah.
Baca juga:
"Ya. Mempergunakan telinga lebih sempurna daripada mata," kata Barda Mandrawata setelah berhasil memecahkan jurus membedakan suara Golok Mata Malaikat pada Si Buta Dari Gua Hantu gubahan Ganes TH. Ia baru sadar kehebatan ilmu seterunya, Mata Malaikat, dengan mengenyahkan pandangan lantaran buta sehingga telinga menjadi lebih sensitif membeda letak suara, jenis, dan bentuk serta gerak-gerik lawan.
MEMBEDAKAN SUARA

Setelah sekira tiga tahun menyepi di air terjun 'Gua Hantu', Barda akhirnya bisa memecahkan rahasia jurus pamungkas sebagai ilmu pamungkas mengalahkan Mata Malaikat. Ia setia mengikuti nasihat terakhir ayahnya sesaat sebelum meregang nyawa.
Di dalam pangkuan Barda, ayahnya nan tersengal lantaran darah membuncah dari perut dan mulut akibat serangan Mata Malaikat memberi petunjuk tentang rahasia jurus andalan lawannya terletak pada kemampuan membedakan suara.
"Hanya orang butalah dapat menguasai ilmu itu. Sebelum engkau dapat memecahkan rahasia ilmu tersebut, janganlah berusaha, me.., la.., wannya," kata ayahnya terbata-bata lalu hilang nyawa.
Ayahnya, Sakti Paksi Indrawatara, calon istrinya, Marni Dewianti, juga saudara sepergurannya di Elang Putih, semua mati di tangan Mata Malaikat.
Ia mati-matian mempelajari jurus tersebut untuk menuntut balas kematian orang-orang terkasihnya.
GOLOK MATA MALAIKAT

Begitu sadar kunci jurus Golok Mata Malaikat terletak pada kemampuan membedakan suara, Barda rela menanggalkan semua penglihatan fisik.
"Aku sudah tahu arti daripada ilmu membedakan suara," gumam Barda dalam hati sembari mendekatkan mata bilah golok persis di depan matanya.
Tak lama, "Traaangg!". Golok penuh darah tersebut jatuh, menggeletak di tanah. Barda mengerang kesakitan. Matanya banjir darah bercampur air mata.
Baca juga:
"Barda sengaja membutakan matanya agar pendengarannya semakin tajam," kata Goklas Teguh Sujiwo atau karib disapa Oyasujiwo, Senior Editor Bumilangit Comic kepada Merahputih.com.
Pendengaran, lanjutnya, menjadi kunci penting agar cermat menentukan posisi, gerakan, hingga tempo terbaik melakukan tebasan tepat kepada lawan bahkan tiga sekali pun runtuh dalam sekali tebas.
TIGA SEKALI TEBAS

Pemainan golok sejatinya telah dipelajari Barda sedari kecil di perguruan Elang Putih. Sebagai pewaris tunggal perguruan pimpinan ayahnya, ia semakin mahir menguasai ilmu Golok Elang Putih nan mengutamakan kecepatan.
Namun, keahlian Golok Elang Putih Barda Mandrawata, terutama pada film Si Buta Dari Gua Hantu (1970), tak bisa menandingi ilmu Golok Mata Malaikat.
Ia lantas berlatih keras hingga akhirnya dapat memecahkan rahasia jurus sakti bahkan memutuskan buta persis seperti Mata Malaikat.
Jika sebelumnya di air terjun Barda mampu menebas tiga lebah sekaligus, bagaimana dengan lawan-lawannya?
Ketika kali pertama bertemu anak buah Mata Malaikat kehalian permainan goloknya terbukti lebih cepat dari serangan Cadasankala. Tiga lawan lainnya pun bercerai tubuh dengan sekali sabetan golok Barda Mandrawata Si Buta Dari Gua Hantu.
Jurus golok Barda baru beroleh nama ketika Bumilangit Comic membuat kreasi cerita Si Buta Dari Gua Hantu Volume 1-3. Jurus tersebut bahkan berhasil membuat takluk Mata Malaikat sehingga dendamnya terbalas.
Meski begitu, setelah berhasil mengalahkan Mata Malaikat, Barda dikagetkan dengan serangan cepat benda serupa meteor. Serangan Pakujagat atau gada besar berantai tersebut bahkan kecepatannya dua kali suara.
Barda terdesak di tepi jurang. Tak menunggu lana, Lugai alias Sapujagat langsung memuntahkan Pakujagat. "Selamat jalan Anak Monyet!," teriak Lugai begitu mengirim Barda ke dasar jurang.
MERINGANKAN TUBUH

Barda terjatuh tepat di bibir gua berpenghuni ular raksasa. Ia berhasil merebah ular tersebut dengan bongkah stalktit nan kelak dijadikan tongkat.
Tak kalah mengejutkan, ia berjumpa tubuh petapa penjaga gua berpakaian lusuh dan rapuh. "Orang ini sudah lama mati. Tapi aneh tubuhnya masih sesegar ini," katanya keanehan.
Saat mencari jalan, Barda meraba dinding gua kemudian menemukan guratan aksara dan pahatan berpanel-panel gerakan manusia sedang berlatih jurus.
Barda lantas mempelajari jurus di pahatan dinding secara seksama. Ia sadar jurus tersebut milik sang petapa. Maka, setelah beroleh ilmu, Barda lantas mengebumikan petapa.
Barda belajar tentang cara menguasai pusat angin di dasar gua dan memecahkan hukum ruang dan waktu sehingga dapat menguasai melesatnya sebuah batu dengan kecepatan tinggi.
Ilmu meringankan tubuh tersebut kemudian tampak ketika Barda melompat dari satu puncuk candi, pindah pucuk candi lain pada Misteri di Borobudur (1967).
Di dalam pengembaraannya, Si Buta Dari Gua Hantu acap menyerap jurus baru dari lawannya, seperti ilmu leak hitam empunya I Nyoman Putu Oka nan bisa menggempur tembok dalam sekali pukul (Banjir Darah di Pantai Sanur, 1968).
Dengan segala jurus dan senjatanya petualangan Barda di beberapa daerah Nusantara tak ada tujuan akhir selain mengamalkan untaian pesan di batu bergurat dekat petapa. "Kebatilan dan kejahatan mungkin dapat menang, tapi pasti tak dapat menguasai," sua tulisan di batu.
ELANG PUTIH MENYERANG

Dalam perjalanan melindungi Damar dalam komik ‘Si Buta dari Gua Hantu Vol 3 Rajamandala’ tiba-tiba muncul seorang penunggang berjubah putih lengkap dengan tudung menutup wajahnya. “Anak muda kaukah yang bernama Damar?”.
“Benar!” jawab anak bersama Si Buta.
Tanpa banyak cakap, si penunggang kuda, Mandala, menyerang. Pada serangan pertama tongkat granit Si Buta mangenai kepala lawannya. Mandala bergeming.
“Kepalamu tidak hancur kena tongkatku.., dan detak jantungmu terdengar aneh sepertinya kau bukan manusia biasa” ucap Si Buta terkejut dengan hasil serangannya.
Seperti seekor ular suka menunggu lawan mendekat, Si Buta mengeluarkan kuda-kuda kuat menunggu serangan dari Mandala. “Jeli juga kau siluman, tapi asal kau tahu saja, di darahku mengalir ilmu aliran elang putih, untuk menghabisi mangsanya, elang tak pernah menunggu,” ungkap Si Buta.
Pertarungan berlangsung sengit. Si Buta hampir kehabisan tenaga namun dihentikan Damar atas dasar kesalahpahaman. (Far)
Baca juga: