JAJAN makanan ringan jadi kebiasaan anak-anak, dimanapun dan kapanpun. Meskipun tengah pelesiran dan orangtuanya membawa makanan, tetap saja mereka minta jajan.
Apalagi bila jajan itu sangat dikenal seperti yang dijual di sekolah. Jajanan SD di Negeri Aing sudah tersohor rasanya yang nikmat dan harganya yang sangat bersahabat dengan kantong.
Baca Juga:
Namun, dibalik kelezatan dan nikmatnya jajanan itu, ada beberapa yang dinilai tidak sehat. Seperti mengandung formalin, boraks atau pewarna tekstil dan sejenisnya.
Para orang tua siswa melarang anak-anaknya tidak jajan sembarangan. Meski demikian, tak sedikit orang yang cuek dan tetap membeli jajanan tersebut.
Salah satunya Ayu, mahasiswi asal Tangerang yang sangat hobi membeli jajan SD.
"Sempet kan dulu banyak isu jajan SD enggak bersih lah, bikin sakit perut lah, pake formalin atau boraks lah, saosnya dari sisa sampah sayur dan buah lah. Tapi gue sih dari dulu sampai sekarang cuek-cuek aja, buat gue yang penting rasanya enak enak enak," kata Ayu.

Lebih lanjut Ayu menambahkan "Jajanan SD buat gue sih enak parah dan bikin ketagihan banget. Apalagi telor gulung, telor dadar yang kecil bulet-bulet itu sama lidi-lidian pedas,".
Sayangnya di saat pandemi ini, Ayu merasa kesulitan untuk mencarinya. Karena seluruh sekolah masih memberlakukan belajar online.
"Pandemi COVID-19 bikin gue sulit nyari jajanan SD. Biasanya ada di SD deket rumah gue, tapi sekarang SD kan belom buka masih pada belajar online. Ya semoga pandemi cepet kelar deh, biar gue bisa nikmatin jajanan SD lagi," lanjutnya.
Baca Juga:

Dilansir dari laman alodokter, tak sedikit jajanan SD didapati mengandung boraks, formalin, rhodamin B dan pewarna mentanil yellow.
Boraks atau sodium tetraborate tampak seperti bubuk putih atau menyerupai garam yang tak memiliki rasa. Biasanya boraks digunakan untuk detergen, pestisida, pupuk dan sejumlah obat-obatan.
Tapi boraks kerap disalahgunakan oleh padagang licik sebagai pengawet makanan dan membantu daging menjadi empuk. Padahal boraks merupakan zat yang berisiko menimbulkan gangguan kesehatan.
Masuknya borak ke dalam tubuh bisa memicu sejumlah gejala. Seperti demam, mual hingga muntah. Paparan boraks pada kulit dan mata bisa memicu iritasi kulit dan mata merah. Dalam dosis tinggi, boraks bahkan bisa menyebabkan keracunan, koma hingga kematian.
Zat berbahaya lainnya yang digunakan oknum pedagang curang yakni formalin. Zat tersebut bersifat karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker. Formalin tidak berwarna dan beraroma kuat.
Zat tersebut tergolong sangat beracun bila dikonsumsi dalam dosis tinggi. Pemakaian formalin apda makanan di Indonesia, yakni pada mi instan, ikan asin, tahu, dan ayam.
Sementara itu, untuk jajanan anak sekolah yang mengandung formalin, akan berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Formalin pada dosis rendah di udara dapat mengiritasi mata sehingga menyebabkan mata berair, sakit kepala, rasa terbakar atau perih pada tenggorokan, kesulitan bernapas, hingga memicu serangan asma.
Ada penelitian yang menyebutkan, paparan formalin bisa menyebabkan gangguan organ reproduksi pada wanita. Pada ibu hamil, zat tersebut juga bisa menyebabkan cacat janin, bahkan kematian janin di dalam kandungan.
Formalin dalam dosis tinggi bisa menyebabkan iritasi saluran cerna dan pernapasan, koma, kerusakan ginjal, hingga kematian.
Zat berbahaya selanjutnya yang digunakan oknum pedagang 'curang' yakni Rhodamin, yang merupakan zat pewarna kimia untuk kertas, tekstil, kayu, sabun dan emas. Bila dikonsumsi, zat tersebut bisa menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
Zat berbahaya lainnya Metanil Yellow yang bisa menimbulkan dampak bagi kesehatan, apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi. Gejalanya mual, muntah, diare, sakit perut, iritasi kulit dan mata, serta penurunan tekanan darah.
Zat tersebut pun berpotensi memicu kanker. Bahkan bila dikonsumsi dalam jangka panjang, metanil yellow bisa menyebabkan kanker kandung kemih. (Ryn)
Baca Juga: