Kesehatan Mental

Atasi Burnout dengan Membuat Skala Prioritas

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Sabtu, 28 Januari 2023
Atasi Burnout dengan Membuat Skala Prioritas

Webinar 'Burnout Do Everything but not Everything' yang digelar Merahputih.com. (Foto: Tangkapan Layar)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SETIAP hari, pasti ada saja tantangan dan kesulitan yang kerap kita hadapi. Entah itu kerjaan di kantor, skripsi yang belum selesai, ujian di sekolah, sampai pasangan yang kerap ngambekan terus menerus. Akibatnya, kita jadi burnout dan bingung ingin memprioritaskan yang mana.

Clinical Pscyhologist di Ibunda.id, Anggi Mayangsari, M.Psi, mengatakan, burnout adalah sindrom psikologis yang muncul sebagai respons berkepanjangan terhadap stresor emosional dan interpersonal.

Menurutnya, ciri-ciri burnout adalah kelelahan yang berlebihan, sering menghindari pekerjaan, bekerja kurang efektif dan efisien, serta kurangnya dorongan untuk mencapai target optimal.

"Skala prioritas benar-benar membantu kita untuk menjalankan kegiatan sehari-hari dengan lebih tenang, hemat waktu, dan teratur. Kita juga perlu memiliki tujuan agar prioritas semakin mendekatkan diri untuk mencapai tujuan tersebut," kata Anggi, dalam webinar Burnout: Do Everything, but not Anything yang digelar Merahputih.com, Sabtu (28/1).

Digital Creator sekaligus Mental Health Advocate, Devina Otaria, menjelaskan bahwa burnout terjadi ketika seseorang lama kelamaan bosan melakukan sesuatu yang disukai. Mereka kerap jenuh karena tidak ada motivasi dan tidak ada perubahan dalam kegiatan tersebut.

Baca juga:

Ketahui 4 Tahapan Quarter Life Crisis

Atasi Burnout dengan Membuat Skala Prioritas
Mulai buat skala prioritas. (Foto: Unsplash/Lilartsy)

"Aku juga pernah burnout, contoh misalnya lagi UTS tapi ada pekerjaan juga. Jadi aku harus pintar membagi waktu," kata Devina.

"Pas aku cari tahu, aku sadar, sebenarnya yang membuat ini terjadi ketika aku multitasking, karena pada dasarnya manusia tidak bisa multitasking. Kita perlu memprioritaskan yang utama terlebih dahulu. Nah makanya ketika dua aspek dijadikan satu dan bersamaan, muncul burnout," lanjutnya.

Sebagai seorang mahasiswa, Devina tentu memprioritaskan pendidikannya terlebih dahulu ketimbang pekerjaan. Devina melanjutkan, usia 20-an awal, merupakan masa transisi yang sulit dan tidak mudah. Mengingat sebelumnya kita mungkin sering bergantung dengan orang tua, kini harus lebih mandiri dan belajar menjadi lebih dewasa.

"Kita harus merasakan hal yang berbeda dalam hidup, karena itu yang justru mengajarkan kita sesuatu, membentuk karakter, dan bikin kita lebih dewasa," kata Devina.

Devina menjabarkan, dalam membuat prioritas, tentukan terlebih dahulu mana yang lebih penting atau mendekati deadline.

Baca juga:

Bagaimana Mengetahui Kamu Sedang Burnout atau Malas?

Atasi Burnout dengan Membuat Skala Prioritas
Mencari support system. (Foto: Unsplash/Helena Lopes)


"Tapi kalau misalnya ada sesuatu yang bisa kita lakukan nanti, kita jabarin itu di bawah," pungkasnya.

Devina juga mengingatkan pentingnya istirahat ketika sedang burnout. Istirahat memberikan kita waktu untuk rehat sejenak dan menenangkan pikiran sebelum kembali melanjutkan aktivitas.

"Yang paling penting juga aku enggak menolak perasaan burnout. Karena kalau kita menolak, kita hanya menunda. Kalau sudah merasa tenang, baru buat skala prioritas," lanjutnya.

Tidak hanya membuat skala prioritas, Anggi juga memberikan tips bagaimana cara mengatasi burnout. Pertama, cobalah menerapkan hidup work life balance agar tidak semata-mata bekerja terus menerus.

"Lalu, kenali kondisi terlebih dahulu. Apa yang dirasakan saat ini? Apa yang dibutuhkan. Kalau sudah fokus pada hal yang bisa kita kendalikan daripada memikirkan dampak atau skenario buruk," kata Anggi.

Yang tidak kalah penting adalah menerapkan growth mindset, menanamkan pola pikir bahwa apapun yang terjadi ada pembelajaran yang bisa membuatmu lebih baik.

"Terakhir, mencari support system itu juga penting. Keluarga, teman, atau pacar, agar kita bisa merasakan aura positif dari lingkungan sekitar," tutupnya. (and)

Baca juga:

Sebelum Burnout makin Parah, Ayo Bertindak

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.

Berita Terkait

Fun
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Merawat diri tidak lagi sekadar urusan penampilan fisik, tetapi juga menjadi sarana penting untuk menjaga kesehatan mental dan keseimbangan emosional.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Bagikan