SEHARI sebelum Nyepi pada Rabu (22/3), banyak anak muda mengarak ogoh-ogoh di jalanan berbagai desa di Bali. Mereka mengarak sambil menggoyang-goyangkannya. Ogoh-ogoh merupakan patung yang memiliki mata melotot dan wajah nan seram.
Ogoh-ogoh menjadi satu bentuk kreasi yang merepresentasikan Bhuta Kala. Dalam kepercayaan umat Hindu, Bhuta Kala adalah sebutan bagi sosok makhluk jahat yang harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Oleh sebab itu, pada akhir acara, patung ogoh-ogoh yang diarak sambil menari tadi akan dibakar.
Nah, semangat dan makna dalam tradisi ini juga dimanfaatkan oleh Sasa. Produsen makanan asal Indonesia ini baru saja berpartisipasi dalam parade ogoh-ogoh 2023. Hal ini disampaikannya dalam rilis terbaru yang diterima oleh Merahputih.com, Kamis (23/3).
Baca juga:

Dalam parade tersebut, Sasa menghadirkan dua figur ogoh-ogoh. Salah satunya figur raksasa yang bernama Garuda Suwarnakaya. Namun, di akhir parade hanya satu ogoh-ogoh saja yang dibakar. Sementara Garuda Suwarnakaya tetap berdiri kokoh.
Ini ternyata punya makna sendiri, loh. Ogoh-ogoh yang dibakar melambangkan ketakutan dan keraguan dalam memasak. Garuda Suwarnakaya melambangkan pahlawan yang berhasil mengalahkan rasa takut itu.
Melalui parade ogoh-ogoh ini, Sasa ingin mengajak masyarakat Tanah Air untuk berani melawan rasa takut mereka dan mulai berani memasak. Ini selaras dengan kampanyenya yang bertemakan #BurnYourFear.
"Sebuah kehormatan bagi kami untuk turut memeriahkan Parade Ogoh-Ogoh tahun ini di Bali... Tujuannya adalah merangkul khalayak luas, agar bersama-sama membakar keraguan dan ketakutan dalam memasak," ungkap Head of Digital Marketing Communications Sasa Nanda Rahmanu.
Baca juga:
Jelang Hari Raya Nyepi, Ogoh-ogoh Hadir di Jalanan Desa Blahbatuh

Dalam kreasi ogoh-ogoh ini, Sasa berkolaborasi dengan seorang seniman asal Bali, yaitu Kedux Garage. Seniman tersebut menyebut bahwa ia merasa senang karena berkesempatan bisa mengangkat budaya Bali melalui sebuah kreativitas.
Ia bersama pihak Sasa merancang Garuda Suwarnakaya. Patung berbentuk burung Garuda berwarna emas itu melambangkan simbol semangat dan pengusiran rasa ragu dalam mengelola bahan masakan. Banyak orang mengalami rasa ragu ini.
"Tema KhaGeswara Suwarnakaya merupakan penggambaran yang tepat untuk kolaborasi ini," ungkap Kedux Garage mengenai filosofi di balik kemenangan Garuda Suwarnakaya 'melawan' ogoh-ogoh.
Tradisi ogoh-ogoh sendiri merupakan bagian dari upacara pengerupukan. Ini merupakan upacara dan tradisi masyarakat Hindu di Bali yang dilaksanakan sehari menjelang Nyepi. Kegiatan ini memiliki makna untuk membersihkan alam dan simbol pemurnian diri. (mcl)
Baca juga: