SEBUAH studi terbaru yang diterbitkan di PLOS ONE mengungkapkan beberapa alasan mengapa perundungan daring atau cyberbullying di kalangan dewasa muda begitu lazim. Studi ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang berkontribusi terhadap perilaku daring yang merendahkan dan merugikan orang lain: impulsif, mengejar popularitas online, dan empati terbatas.
“Kami berharap harga diri rendah dan rasa malu daring (mengatakan atau melakukan hal-hal daring yang biasanya tidak kamu katakan atau lakukan selama interaksi tatap muka) akan dikoneksikan dengan perilaku antisosial daring,” kata dosen senior di bidang komunikasi dan media Felipe Soares dari London College of Communication, University of the Arts London.
Penulis utama dari makalah tersebut menambahkan, “Selain dua faktor tersebut, kami juga memperkirakan bahwa motivasi lain untuk agresi dunia maya akan memainkan peran penting, terutama kemarahan dan balas dendam.”
Baca juga:

Namun, bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan perundungan daring dengan faktor-faktor seperti harga diri yang rendah, anonimitas yang dirasakan dalam dunia daring, kemarahan, dan keinginan untuk membalas dendam, studi Soares yang melibatkan 359 orang dewasa muda Kanada mengungkapkan motivasi yang berbeda untuk perundungan daring, yang terutama didorong oleh apa peneliti telah sebut sebagai bentuk 'rekreasi' dan 'hadiah'.
“Rekreasi berkaitan dengan tindakan antisosial yang impulsif, sedangkan hadiah berkaitan dengan tindakan yang lebih diperhitungkan dan direncanakan yang dapat berkembang seiring waktu,” kata Soares seperti diberitakan Psychology Today, Rabu (21/6).
"Individu muda yang mengambil bagian dalam perilaku antisosial secara daring mungkin didorong oleh keinginan untuk bersenang-senang dan mengejar emosi positif atau status sosial di antara teman sebayanya," ujarnya
Studi ini juga menemukan alasan lain mengapa perundungan daring begitu umum di kalangan dewasa muda, yaitu kurangnya empati.
Baca juga:

Berdasarkan tanggapan para peserta, para peneliti berpendapat bahwa orang dewasa muda yang terlibat dalam perilaku antisosial secara daring seringkali tidak dapat berempati dengan emosi orang lain, terutama korbannya.
“Apa yang dimaksud dengan asosiasi ini adalah bahwa pelaku mungkin terlibat dalam perilaku antisosial daring karena mereka tidak sepenuhnya memahami perasaan target mereka,” jelas Soares.
Temuan penelitian ini memberikan wawasan berharga yang dapat menginformasikan dan memandu pembuat kebijakan, pemerintah, orangtua, perusahaan media sosial, dan profesional kesehatan mental dalam upaya berkelanjutan mereka untuk mendorong lingkungan daring yang inklusif dan mendukung bagi semua individu. (aru)
Baca juga: