SALAH satu isu yang jadi perhatian para orangtua yakni perundungan. Para orangtua selalu khawatir anak mereka menjadi pelaku atau bahkan korban perisakan.
Kita mungkin tahu pola didik untuk menghindari anak jadi pelaku perundungan, tapi bagaimana dengan pola didik yang bisa mengantisipasi anak jadi korban pelecahan dan perundungan? Dalam buku Enlightening Parenting, ada sejumlah tahapan yang perlu dilakukan orangtua untuk mengantisipasi tindak kekerasan terjadi pada anak.
BACA JUGA:
Sering Titipkan Anak ke Nenek, Perhatikan Konsep Grandparenting yang Tepat
Langkah pertama, ajarkan bagian tubuh anak dan bagaimana adab yang tepat dalam memperlakukan bagian tubuh tersebut. Kita bisa mengajarkan mulai dari adab menyentuh, membersihkan, meminta izin untuk menyentuh, dan semacamnya.

Selanjutnya, hormati anakmu sendiri. Anak yang terbiasa dihargai dan dihormati lebih aware dengan disrespectful behavior. Sebaliknya, anak yang terbiasa jadi objek kekerasan di rumah juga akan jadi objek kekerasan dan pelecehan di luar rumah. Untuk itu, pastikan untuk selalu memerperlakukan anak dengan rasa hormat. Jangan mendekap tubuhnya terlalu keras, mencium bertubi-tubi meski anak sudah menolak. Jika anak tertawa setelah menolak bukan berarti mereka senang dengan perlakuan tersebut. Itu bisa jadi merupakan cara anak menertawakan ketidaberdayaannya yang justru menjadi awal mula munculnya tindak kekerasan. Selain itu, hindari segala bentuk body shaming, meledek atau melabeli anak.
Baca juga:
Stimulasi anak dengan bermain peran (role play) juga bisa mengantisipasi anak jadi korban pelecehan. Role play bisa menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri anak serta memupuk sikap asertif. Jika anak tumbuh jadi anak yang percaya diri, tidak ada ruang di dirinya untuk menerima segala bentuk pelecehan.
Langkah berikutnya ialah dengan memenuhi tangki cinta anak dan tidak pernah mengabaikan emosinya. Anak yang biasa dikritik saat mengekspresikan emosinya akan sulit mengungkapkan perasaannya. Saat ada tindak pelecehan, ia pun akan bingung bagaimana cara untuk mengungkapkannya karena takut akan dihakimi.

Mengajarkan anak tentu tidak bisa dilakukan sendiri. Oleh karena itu, libatkan ayah dalam pola pengasuhan. Ribuan penelitian membuktikan anak yang memiliki ayah yang mencintai dan mau berinteraksi langsung dengan mereka punya kondisi psikis yang stabil dan bisa memproteksi diri dari segala bentuk pelecehan. Itu disebabkan ayah akan mengajarkan anaknya untuk berpikir logis. Namun, jika ayah hanya 'ada' tanpa terlibat dalam pengasuhan, efeknya akan jauh lebih buruk daripada ketidakhadiran ayah.
Sementara itu, psikolog keluarga, Okina Fitriani mengatakan yang tidak kalah penting ialah ajarkan anak adab bergaul. Spektrum adab luas meliputi bagaimana adab berinteraksi lawan jenis, tentang aurat dan aturannya, mengetuk pintu rumah dan meminta izin, menghindari bersentuhan dengan lawan jenis, dan sebagainya.
Jika segala daya dan upaya sudah dilakukan, berdoalah. Anak tidak berada di bawah pengawasan kita 24 jam. Apalagi orang tua yang bekerja. Apabila segala upaya sudah diterapkan pada anak, berdoalah.(Avia)
Baca juga: