Wayang Kulit Tionghoa-Jawa Koleksi Budaya Tionghoa di Nusantara
Wayang Kulit Tionghoa-Jawa jadi penanda kohesi budaya Tionghoa di Nusantara (Foto:MP/Yohanes Abimanyu)
MerahPutih Budaya - Wayang kulit Tionghoa-Jawa merupakan salah satu produk kebudayaan antara budaya Tionghoa dan Jawa di bidang seni pertunjukan wayang. Penciptanya adalah Gan Thwan Sing pada tahun 1925 di Yogyakarta.
Pengelola Museum Hakka Indonesia Sukirin mengatakan bahwa saat ini hanya ada dua set wayang kulit Tionghoa-Jawa yan adai di dunia, yakni Koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakara dan Koleksi Dr. Waler Angst (Uberlingen-Jerman).
"Pada 23 November 2012 Gan Thwan Sing mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Kementerian Pariwisata dan Republik Indonesia. Usahanya merupakan salah satu kontribusi masyarakat Tionghoa dalam bidang seni pertunjukkan di Indonesia," tutur Sukirin saat ditemui di museum Hakka Indonesia, Jumat (22/1).
Sukirin menambahkan bahwa Gan Thwan Sin merupakan seniman Yogyakara yang tinggal di Jatinom, Klaten pada tahun 1895.

"Lakon wayang kulit Tionghoa-Jawa ini mengisahkan cerita Sie Jin Kwin Ceng Tang dan Sie Teng San Ceng See. Tokoh-tokoh wayang kulit Tionghoa-Jawa salah satu koleksi museum Sonobudoyo bagian dari cerita Sien Jin Kwi Ceng Tang, sedangkan koleksi Dr. Walter Angst (Uberlingen-Jerman) adalah tokoh-tokoh wayang Sie Teng San Ceng See," terangnya.
Menurut Sukirin, buku lakon ini diawali dengan lokasi adegan (misalnya kejadian di khayangan). Kemudian dilanjutkan dengan nama-nama tokoh wayang, dan diakhiri dengan uraian kisahnya.
"Dalam pelaksanaannya, baik janturan, suluk maupun kandha, seluruhnya menggunakan idiom-idiom pedalangan Jawa," jelasnya.
Sejak wafatnya, lanjutnya, seni pertunjukan wayang kulit Cina-Jawa tidak lagi dikenal orang. Putra satu-satunya, Gani Lukito , mengaku tidak memiliki kemampuan mendalang seperti ayahnya. 14 Istri dari Gani Lukito, yaitu Lie Kwie Nio , mengatakan bahwa suaminya lebih senang bermain musik biola ketimbang mendalang.
"Dalang wayang Potehi dari Semarang, Thio Tiong Gie mengatakan bahwa dia tidak pernah melihat atau mendengar pertunjukan wayang tersebut. Peninggalan seni dan budaya bernilai tinggi ini masih dapat disaksikan di Yogyakarta (satu set wayang kulit), Berlin (Jerman, teks lakon wayang) dan Affenberg-Salem (Jerman, satu set wayang). Ketiga tempat ini menjadi monumen bagi kelangsungan sebuah tradisi kesenian wayang," tuturnya.(abi)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Dalang Kondang Anom Suroto Tutup Usia Karena Sakit Jantung, Pemakaman di Klaten Pukul 16.00
KLB Keracunan Massal Makanan Pentas Wayang Kulit, Ratusan Orang Jadi Korban
20 Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili pada 29 Januari 2025
Termasuk Event 10 Besar Terbaik Indonesia, Cap Go Meh di Singkawang Digelar 12 Februari
Mengenal Makna Dalam Tradisi Imlek 'Yu Sheng'
Rekomendasi Tempat untuk Rayakan Imlek di Dubai
Menilik Nian Gao "Hoki" Kue Keranjang Tradisi Perayaan Tahun Baru Imlek Simbol Kemakmuran
Sambut Tahun Baru Imlek 2025, Hennessy Rilis Kolaborasi Artistik Bersama Shuting Qiu
Yu Sheng, Menu Paling Autentik saat Perayaan Imlek
Pesta Kembang Api Selama 30 Menit Siap Meriahkan Puncak Imlek 2576 di Solo, 5.000 Lampion Dipasang di Jalan