"Srono Urip" Dokumenter Realita Kehidupan Pemuda Desa


Seorang petani membajak sawah untuk persiapan penanaman padi di Pasuruan, Jawa
MerahPutih Film-Tiga desa Karesidenan Surakarta, yaitu Sragen, Klaten, dan Sukoharjo merupakan lumbung padi pada masa jayanya. Namun, masuknya modernisasi membuat pertanian di daerah tersebut mengalami krisis. Terutama dalam aspek regenerasi para petani desa.
Hal ini terlihat dari beberapa aspek yaitu keluarga, sekolah, masalah lahan hingga non-pertanian. Memperlihatkan bahwa para pemuda-pemuda desa/anak petani. Mulai "asing" dengan pekerjaan orang tua mereka.
Kondisi ini diperlihatkan dalam film dokumenter Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berjudul "Srono Urip: Modernisasi dan Krisis Regenerasi Petani di Pedesaan." Sebuah hasil penelitian dari riset di beberapa daerah yang merupakan lumbung padi nasional. "Srono Urip" yang berarti sarana hidup. Sangat identik dengan pertanian terutama bagi masyarakat Jawa. Namun, setelah melihat film dokumenter ini. Kita akan sadar bahwa arus modernisasi memudarkan hal tersebut.
Pada babak pertama kita akan langsung miris. Melihat sebuah keluarga yaitu dialog antara ayah dan anak. Seorang petani dari daerah Sidowayah, Klaten. Tidak mau sang anak mengikuti jejaknya sebagai seorang petani.
Kemudian, pada babak kedua kita akan mengetahui bahwa di sekolah pedesaan. Tidak ada anak-anak yang bercita-cita menjadi petani. Beberapa dari mereka malah memilih menjadi pemain sepak bola.
Pada bagian ketiga dan keempat lebih banyak dialog yang ditampilkan. Namun, kita jadi sadar bahwa kekurangan lahan pertanian, jaminan hidup dan modernisasi. Membuat para pemuda desa memilih alih profesi ke bidang strategis. Seperti pedagang, perkantoran ataupun buruh industri.
LIPI berhasil mengemas ke empat faktor tersebut secara padat. Walau kejadian sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Tapi mengemasnya dalam sebuah film. Akan menjadi sebuah penelitian berharga untuk mengenal masyarakat pedesaan.
Walau dikemas dengan versi dokumenter (15 menit). Film ini bisa menggambarkan realita kehidupan pemuda desa. Terutama keputusan mereka tidak mau bekerja sebagai petani, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan juga perjuangan para petani. Menampilkan sebuah ironi di negeri agraris. (Rky)
Baca Juga:
- Peneliti LIPI: Anak Muda Desa Anggap Kerja di Pertanian Itu Kotor
- Paket Kebijakan Ekonomi Tahap III Masih Digodok
- Paket Kebijakan Ekonomi tahap III : Jokowi Siap Turunkan Harga Solar
- Rieke Diah Pitaloka: Paket Ekonomi Jokowi Abaikan Persoalan Ketenagakerjaan
- Darmin Nasution Sebut Deflasi Bukan Tanda Ekonomi Membaik
Bagikan
Berita Terkait
Kereta Khusus Pedagang dan Petani Segera Meluncur, Jam Operasional Sedang Dikaji

Kesejahteraan Petani Tidak Terpengaruh Penurunan Harga Beras Menurut Menteri Pertanian

Petani Tebu Menjerit, Puluhan Ribu Ton Gula Menumpuk di Gudang Nilai Capai Ratusan Miliar Rupiah

Program 'Abraham' Nusantara TV Sabet Penghargaan Bergengsi APRA 2025 dengan Kisah Anak-Anak Korban Kebakaran yang Bikin Haru

Gandeng James Cameron, Billie Eilish Buat Film Dokumenter 3D Konser Tur 'Bring Her Hit Me Hard And Soft'

Dugaan Beras Oplosan, 212 Perusahaan Produsen Beras Premium Diperiksa Bareskrim

Komisi VI DPR Minta Kementan Tingkatkan Pengawasan Bantuan Alat Pertanian

Indonesia Berikan Bantuan Kemanusiaan 10.000 Ton Beras untuk Palestina

Indonesia Sediakan 20 Hektar Lahan Pertanian Buat Dikelola Bersama Dengan Palestina

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta
