Pergeseran Budaya Panjang Mulud Masyarakat Serang
MerahPutih Budaya - Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Kota dan Kabupaten Serang merayakan dengan Tradisi Panjang Mulud. Mereka melakukan pawai mengenakan atribut yang beragam.
Mereka juga menunjukkan ciri khasnya masing-masing kampung, dari seni tari, pencak silat dan musik terbang gede atau rudat.
Tidak hanya itu, digotongnya berbagai macam hiasan berupa masjid, menara Banten, ikan bandeng yang menjadi makanan khas di Kota Serang, perahu, serta macam lainnya yang menunjukkan ciri khas Serang.
Biasanya, hiasan yang disebut "Panjang" akan diisi dengan bahan makanan. Hal itu sengaja dilakukan, karena kegiatan ngeropok (mengambil berkat Panjang Mulud) digelar dilokasi yang disepakati para tetua kampung.
Entah sejak kapan berlangsung, ada yang berbeda dengan kebiasaan masyarakat Kota dan Kabupaten Serang dalam merayakan Maulud 1437 yang masuk pada akhir tahun 2016 ini.
Dahulu, orang Serang beramai-ramai di masing-masing kampung akan membuat hiasan "Panjang" secara mandiri, ada kebersamaan dimana masyarakat kampung berkumpul, membuat hiasan dalam keriangan dan masing-masing menyumbangkan sejumlah uang dan bahan makanan untuk mengisi "Panjang".
"Sekarang masyarakat lebih berfikir praktis," kata Inggi salah seorang warga Kota Serang, Jumat (16/12).
Jika dahulu orang-orang Serang membuat "Panjang," secara mandiri di kampung masing-masing, kini mereka lebih banyak yang membeli "Panjang" yang sudah jadi. Nampaknya kehidupan masyarakat modern yang waktunya lebih banyak tersita di tempat kerja menjadi penyebabnya.(Ctr)
BACA JUGA: