Perekonomian Indonesia dan Asia Timur Diprediksi Melemah


Jajaran gedung bertingkat menjelang matahari terbit terlihat dari kawasan Jakarta Selatan, Jakarta, Sabtu (4/7). (Foto Antara/M Agung Rajasa)
MerahPutih Bisnis - Bank Dunia memangkas tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Asia Timur - Pasifik untuk 2015 dan 2016. Hal ini dikarenakan harga-harga komoditas turun tajam.
Mengutip Reuters, Senin (5/10), Bank Dunia menyatakan pemangkasan asumsi pertumbuhan ekonomi ini diselimuti oleh risiko perlambatan tajam pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan kemungkinan dampak kenaikan suku bunga Amerika Serikat nanti.
Dalam paparan 'East Asia Pacific Economic Update', Bank Dunia mengungkapkan negara-negara produsen komoditas, seperti Indonesia, Malaysia, dan Mongolia akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, serta pendapatan negara yang melemah pada tahun ini. Hal ini sebagai akibat turunnya harga komoditas global.
Di sisi lain, negara-negara importir komoditas akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil, bahkan tumbuh. Contohnya Vietnam, diperkirakan ekonominya tumbuh 6,2 persen pada 2015 dan 6,3 persen pada 2016.
Perekonomian Tiongkok akan tumbuh 7 persen pada tahun 2016 sedangkan negara berkembang lain di kawasan Asia Timur hanya akan tumbuh 4,6 persen.
“Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia Timur melemah, karena ekonomi Tiongkok, berupaya mendapatkan keseimbangan dan kemungkinan normalisasi kebijakan suku bunga Amerika Serikat,” kata Sudhir Shetty, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik melalui teleconference dari Singapura.
Namun, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Axel Van Trotsenburg mengatakan pertumbuhan negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik tetap solid.
Para pembuat kebijakan diharapkan tetap fokus pada reformasi struktural dengan pembangunan yang berkelanjutan dan jangka panjang dan inklusif.
"Reformasi yang diperlukan termasuk perbaikan pada keuangan, ketenagakerjaan dan pasar produk, seperti halnya perbaikan transparansi dan akuntanbilitas," ujarnya di kantor Bank Dunia, Gedung BEI, Jakarta.
Menurutnya, kebijakan tersebut dapat menyakinkan investor dan pasar sehingga membantu mempertahankan pertumbuhan yang dapat mempercepat pengentasan kemiskinan.
Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 ini akan mencapai 4,7 persen. Prediksi ini lebih rendah dari sebelumnya yaitu tumbuh 5,2 persen. Sedangkan untuk tahun 2016, Bank Dunia kembali merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,3 persen dari sebelumnya tumbuh 5,5 persen.
Peningkatan ekonomi Indonesia pada tahun depan tidak lepas dari paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mulai menunjukan dampak positif di masyarakat. Selain itu, belanja infrastruktur pemerintah maupun swasta meningkat.
"Pertumbuhan ekonomi tahun depan dipengaruhi naiknya investasi pemerintah dan swasta. Konsumsi domestik juga mempengaruhi reborn. Ada juga paket kebijakan ekonomi yang fokus untuk mendorong investasi dan ekspor," ungkap ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop. (Luh)
Baca Juga:
- BI Koreksi Bank Dunia Terkait Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
- Pertumbuhan Ekonomi RI 2016 5,4 Persen
- Rupiah Tertekan Seiring Pertumbuhan Ekonomi Amerika
- Ekonomi Tiongkok Simbol Lemahnya Ekonomi Global
- Gubernur BI: Proyeksi Ekonomi 2015, Diprediksi 5,4-5,8 Persen
Bagikan
Berita Terkait
Alasan BPS Belum Adopsi Penghitungan Jumlah Penduduk Miskin Ala Bank Dunia

Data Kemiskinan Warga Indonesia Mengacu BPS Bukan Data Bank Dunia

Beda Jumlah Angka Kemiskinan di Indonesia Versi BPS dan Bank Dunia, Ini Jawabannya!

Pemimpin Keuangan G7 Soroti Tarif Trump Bikin Naiknya Ketidakpastian Ekonomi Global

Duh, Indonesia Nomor 4 Negara Berpenduduk Miskin Dunia, Mencapai 60,3 Persen

Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%

Jumlah Orang Miskin Versi Bank Dunia Naik, Indonesia Tetap Pakai Ukuran USD 3,65 bukan USD 6,85 Per Hari

Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen

Penurunan PMI Manufaktur Dampak Kebijakan Proteksionis Global

Bank Dunia Sebut Penciptaan Lapangan Kerja Kelas Menengah di Indonesia Tertinggal
