Rupiah Tertekan Seiring Pertumbuhan Ekonomi Amerika


Petugas memperbarui data nilai tukar valuta asing di kantor cabang Bank Mandiri Bintaro Jaya, Jakarta, Selasa (10/6). (Foto Antara/Puspa Perwitasari)
MerahPutih, Keuangan-Laporan the Fed menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat meski bergerak lambat. Pagi ini dolar AS dibuka kembali menguat terhadap rupiah.
"Dolar AS kembali terapresiasi terhadap rupiah seiring dengan rilis data pekerja Amerika Serikat versi ADP (Automatic Data Processing) yang memberi harapan akan terjadinya kenaikan suku bunga the Fed di bulan September ini," kata Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong di Jakarta, Kamis (3/9) seperti dikutip Antara.
Saat ini, dia menjelaskan, investor sedang menantikan data penggajian non-pertanian (Non-Farm Payrolls/NFP) Amerika Serikat yang sedianya akan dirilis Jumat (4/9) untuk melihat kondisi terkini pasar tenaga kerja negara itu.
"Proyeksi data NFP akan ada kenaikan, begitu juga dengan tingkat pengangguran Amerika Serikat yang diperkirakan turun. Jika proyeksi itu benar maka akan menandai berita positif terhadap Amerika Serikat yang mendukung penguatan dolarnya. Tapi jika dirilis sebaliknya maka tekanan turun terhadap dolar AS dapat terjadi," katanya.
Di sisi lain, ia menjelaskan, sebagian investor juga masih dibayangi kebimbangan menyusul data sektor manufaktur yang menurun.
Situasi itu membuat kenaikan tingkat suku bunga the Federal Reserve belum terlalu jelas kapan atau jadi tidaknya tahun ini.
"Ketidakpastian membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah menjadi kurang menarik," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan tekanan rupiah diperkirakan sedikit mereda seiring dengan semakin aktifnya intervensi Bank Indonesia di pasar valas domestik. "Intervensi BI itu akan membuat tekanan terhadap rupiah berpeluang sedikit mereda," katanya. (Luh)
Baca Juga:
IHSG Bergerak Positif Dipengaruhi Sentimen Luar Negeri
Emas Antam Stagnan di Posisi Rp560.000 per Gram
Bagikan
Berita Terkait
Menilik Nilai Tukar Rupiah Hampir Rp 16.500 Per Dollar AS

Rupiah Melemah, Utang Luar Negeri Meningkat

Rupiah dan IHSG Kompak Melemah
