Pengamat: Penguatan Rupiah Rentan


Ilustrasi Uang Rupiah (Antara)
MerahPutih Keuangan - Rupiah menguat tajam dalam tiga hari terakhir, bahkan memimpin penguatan mata uang di Asia. Tapi, ini bisa hanya sementara.
Pengamat ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Agus Tony Poputra, mengatakan penguatan rupiah pada awal minggu ini merupakan berita baik namun masih rentan.
"Ini disebabkan penguatan tersebut berasal dari faktor-faktor yang berefek sementara terhadap penguatan rupiah," kata Agus di Manado, Kamis (8/10) seperti dikutip Antara.
Pertama, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat belum sesuai dengan harapan. "Dampak kondisi ini sangat sementara terhadap penguatan rupiah sebab bila ekonomi Amerika Serikat kemudian tumbuh sesuai harapan maka rupiah bisa saja tertekan kembali," ujarnya.
Kedua, sentimen positif pasar terhadap rencana Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III. Bergulirnya tiga paket kebijakan berturut-turut baik untuk menguatkan rupiah dan telah terbukti.
"Namun, jika pemerintah terlalu jor-joran dalam merilis paket kebijakan ekonomi untuk mengendalikan rupiah maka ke depan Indonesia akan kehabisan peluru bila menghadapi situasi serupa dan dapat memberikan efek terbalik jika paket-paket tersebut tidak jalan," sambung Agus.
Ketiga, intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar spot valas cenderung merupakan tindakan reaktif, bukannya preventif.
"Ini membuat Bank Indonesia terpaksa mengeluarkan cadangan devisa ekstra untuk menahan laju pelemahan rupiah bila pasar valas bergejolak. Akibatnya cadangan devisa Bank Indonesia dapat tergerus lebih jauh," jelasnya.
Pada dasarnya pengendalian rupiah yang efektif adalah kebijakan preventif, baik pada sisi penawaran dan permintaan di pasar valas. Saat ini, Indonesia mengalami penurunan penawaran valas terutama US dollar sebagai akibat penurunan ekspor dan semakin banyak dana hasil ekspor yang ditahan di luar negeri. Di sisi permintaan, tekanan pembelian US dollar masih besar, baik untuk transaksi impor, pembayaran utang luar negeri, maupun spekulasi.
Kurs rupiah pagi ini dibuka berada di posisi Rp13.850 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg pukul 9.25 WIB, rupiah berada di posisi Rp13.919 per dolar AS melemah dibandingkan sebelumnya Rp14.064 per dolar AS. (Luh)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Utang Luar Negeri Pemerintah Meningkat 6,7 Persen, Begini Peruntukannya

Cadangan Devisa RI Turun Rp 33 T, BI Jamin Masih Aman Buat Bayar Utang Luar Negeri 6 Bulan

Inflasi Diklaim Terkendali, Rupiah Menguat

Pemerintah AS Bakal Shutdown, Rupiah Diproyeksi Menguat

BI Pangkas Suku Bunga, Perbankan Diminta Lebih Giat Salurkan Kredit untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Masih Dalam Tren Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Dunia Masih Akan Rendah

Suku Bunga Acuan Kembali Dipangkas 25 Basis Poin, Ekonomi Masih Melemah

Enam Bank Himbara Dapat Kucuran Dana Rp 200 Triliun, Menkeu Minta Jangan Dibelikan SRBI atau SBN

Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu
