Pengamat: Pemerintah Tidak Serius Tangani Dampak El Nino


Sejumlah warga bermain bola di tambak yang mengalami kekeringan di Galesong Selatan, Takalar, Sulawesi Selatan, Selasa (11/8). ANTARA FOTO/Yusran Uccang
MerahPutih Keuangan - Ketua Perhimpunam Ekonomi Pertanian Indonesia, Bustanul Arifin, menilai bahwa Pemerintah tidak serius dalam menangani fenomena kemarau yang berkepanjangan atau el-nino. Hal tersebut melihat besaran stok beras Bulog saat ini yang hanya mencapai 1,7 juta ton. Mengingat untuk tahun ini, Pemerintah juga akan memberikan beras raskin ke-13 dan ke-14.
"Sebetulnya 1,7 juta ton itu saya kira tidak cukup, idealnya overall satu tahun itu 2,7 juta ton, sekarang kalau dibawah 2 juta ton apalagi sudah terpakai. Apalagi ingat ada raskin di bulan 13 dan 14 dalam kebijakan ekonomi," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Selasa, (22/9).
Seperti diketahui, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Produksi beras Angka Tetap (ATAP) BPS 2014 sebanyak 70,85 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan dalam Angka Ramalan I (ARAM-1) 2015, Indonesia akan meraih peningkatan produksi beras menjadi 75,55 juta ton GKG.
Melihat data tersebut, Bustanul mengaku ragu dengan data yang dikeluarkan oleh BPS itu. Bahkan Bustanul menilai, bahwa metode perhitungan yang digunakan oleh BPS salah. Sehingga membuat datanya kurang akurat
"Kalau saya dari awal memang meragukan dengan surplus itu. Karena menurut saya ada permasalahan di metode perhitungan," katanya.
Dia mengatakan ketidakakuratan data yang dimiliki oleh Pemerintah, memberikan resiko yang tinggi bagi masyarakat. Pasalnya dapat menyebabkan kelangkaan beras dan menyebabkan naiknya harga beras.
"Yang terjadi jika dampak kekeringan ini memang betul-betul nyata. Kalau ramalan kedua tidak seperti yang diramalkan mungkin impor. Tapi bahayanya kalau kita tidak antisipasi stok yang baik saya khawatir dengan lonjakan harga pada bulan Novemner dan Desember. Pada saat paceklik pada saat kita memang defisit dibawah," katanya.
Oleh sebab itu, dia meminta Pemerintah untuk benar-benar mencermati berapa sebenarnya kebutuhan beras dalam negeri.
"Karena kalau Pemerintah salah, artinya kita ada kesalahan besar selama ini. Yakni kesalahan estimasi, keasalahan perencanaan, kesalahan perhitungan dan terlalu menganggap enteng dahsyatnya dampak el nino," tandasnya. (rfd)
Baca Juga:
- Jokowi Gelar Rapat Dampak El Nino Terhadap Pangan
- Antisipasi Dampak El Nino, Pemerintah Tambah Kuota Beras Sejahtera
- Bangka Belitung dari Negeri Laskar Pelangi menuju Tanah Para Mafia
- Soal Rating, Presiden Jokowi: Konten Siaran Seyogyanya Bersifat Mendidik
- Presiden Jokowi Minta Lembaga Penyiaran Tidak Kejar Rating
Bagikan
Rendy Nugroho
Berita Terkait
Prakiraan Cuaca Indonesia 10–14 Agustus 2025: Hujan Masih Mengintai di Tengah Musim Kemarau

Puncak Kemarau, Satuan Tugas Desk Penanganan Karhutla Siaga Hingga Agustus

Alasan Suhu di Bali Terasa Kering dan Dingin Sampai Agustus 2025

Curah Hujan Tinggi Sampai 200 Milimeter Berpotensi Terjadi di Tengah Musim Kemarau Ini

Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu

Gubernur Pramono Anung Pastikan Kesiapan Menghadapi Musim Kemarau yang Mundur dan Lebih Pendek

Hari Ini Jakarta Diguyur Hujan Deras Meski Memasuki Musim Kemarau

BPBD DKI Jakarta Perkuat Mitigasi Bencana dan Koordinasi Wilayah Jelang Musim Kemarau

Peralihan Musim Jabodetabek Masih Diguyur Hujan Lebat Meski Musim Kemarau

Fakta Musim Kemarau 2025, Diperkirakan Terjadi Pada Juni hingga Agustus
