Pengamat: Kilang Pertamina Dioperasikan, Impor Minyak Mentah Bertambah
Ilustrasi Kilang Minyak Pertamina (RU IV Cilacap)
MerahPutih Bisnis - PT Pertamina (Persero) akhirnya resmi mengoperasikan kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), Tuban, Jawa Timur dan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Kilang Cilacap pada akhir tahun 2015 lalu.
Menanggapi hal itu, Pengamat Kebijakan Energi, Yusri Usman, menilai dioperasikannya kedua kilang tersebut justru akan menambah beban Pertamina untuk mengimpor minyak mentah (crude) sekira 20-30 persen. Alasannya, minyak mentah didalam negeri sangat terbatas.
"Impor crude (minyak mentah) kita akan makin besar. Karena bahan baku kita sangat terbatas, sedangkan kebutuhan minyak kita semakin meningkat," tutur Yusri di sela-sela acara diskusi publik bertema 'Carut Marut Tata Kelola Migas dan Sumber Daya Mineral di Indonesia', yang digelar di Warung Komando, Jakarta, Sabtu, (23/1).
Diakuinya konsumsi BBM dalam negeri yang mencapai 1,5 juta barel per hari tak sebanding dengan produksinya yang hanya 800.000 barel per hari. Untuk itu, pemerintah harus menutupi kekurangannya dengan cara mengimpor BBM sekira 700.000 barel per hari.
"Memang saat ini karena kilang sudah kembali beroperasi, artinya pemerintah akan mengurangi impor BBM tapi impor crude justru bertambah. Jadi kesimpulannya beroperasinya kilang tersebut membuat kita bisa mengurangi impor BBM tapi juga menambah impor crude. Jadi jangan terkecoh dengan apa yang dikatakan oleh pemerintah," tegasnya.
Sebagai informasi, Kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, yang akhirnya kembali beroperasi sejak dibangun pada 1995 lalu, dapat menghasilkan Premium sekitar 61 ribu barel per hari.
Sedangkan proyek RFCC akan menambah kapasitas pengolahan Kilang Cilacap dari 350 ribu barel per hari (bph) menjadi 412 ribu bph.
Diyakini, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Indonesia tidak akan lagi mengimpor BBM di masa depan. Saat ini saja, dengan beroperasinya RFCC Kilang Cilacap dan Kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) mampu menekan impor BBM hingga 30 persen.
"Kami optimistis Indonesia dapat terbebas sama sekali dari impor BBM," ujar Jusuf Kalla, saat peresmian November 2015 silam.
Selain proyek RFCC yang sudah selesai. Pertamina juga kini sedang mengerjakan proyek lain yaitu Proyek Langit Biru Cilacap. Jika proyek ini selesai, maka Kilang Unit IV Cilacap akan menghasilkan gasoline RON 92 (Pertamax). Dengan demikian, impor HOMC juga dapat ditekan secara signifikan. (rfd)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Etanol 10 Persen di BBM Diwajibkan Mulai 2027
Bahlil Dikecam Karena 'Memaksa' SPBU Swasta Beli BBM Pertamina, Pengamat Nilai Ada Kekacauan Logika Tata Kelola Energi
Warga Berebut BBM dari Truk Tangki Terguling, 30 Orang Tewas 40 Luka-Luka
Nasib E10 Tergantung Tebu dan Pabrik Gula, Begini Peringatan Profesor ITB
Pakar Otomotif ITB Jelaskan Higroskopis Beda Jauh dari Korosif, Jamin E10 Ramah Mesin
BBM E10 Rusak Mesin? Guru Besar UB Bongkar Mitos yang Bikin Rugi
BBM 'Hijau' Bikin Was-Was, Kementerian ESDM 'Paksa' Industri Otomotif Uji Ketahanan E10
Bye-Bye Knocking! BBM E10 Bikin Mobil Modern Senyum, Mesin Tua Auto Menangis
Guru Besar ITB Sebut Campuran 10 Persen Etanol Langkah Visoner Optimalkan Bahan Naku Lokal Indonesia
BBM Baru Bikin Was-Was! DPR Tegaskan Mesin Mobil di Indonesia Belum Ramah Etanol 10 Persen