Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Jaga Surplus Neraca Perdagangan

Adinda NurrizkiAdinda Nurrizki - Kamis, 15 Oktober 2015
Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Jaga Surplus Neraca Perdagangan

NTARA FOTO/Yudhi Mahatma

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Keuangan - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan Paket kebijakan ekonomi tahap I pada Rabu (9/9), kebijakan ekonomi tahap II pada Selasa (29/9), dan kebijakan ekonomi tahap III pada Rabu (7/10).

Beberapa pihak mungkin menilai ketiga paket kebijakan tersebut belum berpengaruh secara signifikan. Namun Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo membantahnya.

Menurut Sasmito paket kebijakan ekonomi Jokowi dapat menjaga surplus neraca perdagangan RI. Hal tersebut terlihat ketika Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan RI mengalami surplus US$ 1,02 miliar pada September 2015.

"Yah saya kira yang berdampak surplus juga terjaga terus," tuturnya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/10).

Berdasarkan data BPS meski September 2015 neraca perdagangan RI mengalami surplus. Namun ekspor dan impor RI mengalami penurunan.

Ekspor Indonesia mencapai US$ 12,5 miliar pada September 2015 atau turun 1,55 persen dibandingkan Agustus 2015 US$ 12,70 miliar. Demikian pula dibanding September 2014 menurun 17,98 persen. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-September 2015 mencapai US$ 115,1 miliar atau menurun 13,29 persen dibanding periode yang sama tahun 2014.

Sedangkan Impor Indonesia mencapai US$ 11,51 miliar pada September 2015 atau turun 7,16 persen apabila dibandingkan Agustus 2015 mencapai US$ 12,27 miliar‎. Demikian pula dibanding September 2014 turun 25,95 persen. Secara kumulatif, nilai impor Januari-September 2015 mencapai US$ 107,94 miliar atau turun 19,67 persen dibanding periode yang sama tahun 2014.

Meski demikian, Sasmito beralasan bahwa sulitnya pertumbuhan ekspor itu disebabkan oleh harga komoditas ekspor yang mengalami penurunan. Bahkan katanya penurunannya mencapai hingga 10-20 persen, tergantung jenis komoditasnya.

"Itukan mengubah 2014 itu memang susah karena faktor harga. Karena secara rata-rata 10-20 persen harga komoditas ekspor itu turun bahkan nikel turun 45 persen harganya, kemudian CPO juga turun 25 persen harganya," pungkasnya. (rfd)

 

BACA JUGA:

  1. Tolak Kebijakan Ekonomi Jilid IV, 2000 Buruh Demo
  2. Hari Ini, Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV Diumumkan
  3. Sarungan, Menteri Darmin Susun Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi-JK
  4. Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Hambat Penerimaan Pajak
#Neraca Perdagangan #Pertumbuhan Ekonomi Indonesia #Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi-JK
Bagikan
Ditulis Oleh

Adinda Nurrizki

Berita Terkait

Indonesia
Rencana Pembebasan Tarif Bea Masuk Produk AS: Berpotensi Timbulkan Efek Mengerikan
Rencana soal pembebasan tarif bea masuk produk AS ke Indonesia, berpotensi menimbulkan efek mengerikan. Salah satunya adalah ancaman PHK di dalam negeri.
Soffi Amira - Sabtu, 19 Juli 2025
Rencana Pembebasan Tarif Bea Masuk Produk AS: Berpotensi Timbulkan Efek Mengerikan
Indonesia
Produk Kecantikan Rambut Indonesia Tembus Pasar Italia, Surplus Dagang Diharapkan Terus Naik
Sepanjang Januari–Mei 2025, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap Italia mencapai USD 488,9 juta.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 13 Juli 2025
Produk Kecantikan Rambut Indonesia Tembus Pasar Italia, Surplus Dagang Diharapkan Terus Naik
Indonesia
Neraca Perdagangan Mei 2025 Surplus USD 4,30 Miliar
Terutama didorong oleh meningkatnya surplus nonmigas.
Dwi Astarini - Kamis, 03 Juli 2025
Neraca Perdagangan Mei 2025 Surplus USD 4,30 Miliar
Indonesia
Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%
BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 21 Mei 2025
Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%
Indonesia
Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen
Permata Institute for Economic Research (PIER) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen
Dunia
Donald Trump Paksa TSMC Bangun Pabrik di AS, Ancam Kenakan Pajak hingga 100 Persen
Presiden AS, Donald Trump, meminta TSMC membangun pabrik di negaranya. Ia juga mengancam akan mengenakan pajak hingga 100 persen.
Soffi Amira - Rabu, 09 April 2025
Donald Trump Paksa TSMC Bangun Pabrik di AS, Ancam Kenakan Pajak hingga 100 Persen
Indonesia
Prabowo Minta Kuota Impor Tak Diskriminatif, Anggap Hanya Untungkan Perusahaan Besar
Presiden RI, Prabowo Subianto, meminta kuota impor tak diskriminatif. Sebab, hal itu hanya bisa menguntungkan perusahaan besar.
Soffi Amira - Selasa, 08 April 2025
Prabowo Minta Kuota Impor Tak Diskriminatif, Anggap Hanya Untungkan Perusahaan Besar
Berita Foto
Bank Indonesia Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 Capai Target
Suasana kesibukan kota Jakarta saat malam hari di Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (10/3/2025).
Didik Setiawan - Senin, 10 Maret 2025
Bank Indonesia Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 Capai Target
Indonesia
Berdagang Dengan China, Indonesia Selalu Defisit
Defisit perdagangan dengan beberapa negara di antaranya adalah Brasil USD 0,34 miliar, Australia sebesar USD 0,32 miliar dan Tiongkok USD 0,28 miliar.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 16 Desember 2024
Berdagang Dengan China, Indonesia Selalu Defisit
Indonesia
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Menipis
Komoditas penyumbang surplusnya adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesorisnya (rajutan) dan alas kaki.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 15 Oktober 2024
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Menipis
Bagikan