Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Jaga Surplus Neraca Perdagangan


NTARA FOTO/Yudhi Mahatma
MerahPutih Keuangan - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan Paket kebijakan ekonomi tahap I pada Rabu (9/9), kebijakan ekonomi tahap II pada Selasa (29/9), dan kebijakan ekonomi tahap III pada Rabu (7/10).
Beberapa pihak mungkin menilai ketiga paket kebijakan tersebut belum berpengaruh secara signifikan. Namun Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo membantahnya.
Menurut Sasmito paket kebijakan ekonomi Jokowi dapat menjaga surplus neraca perdagangan RI. Hal tersebut terlihat ketika Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan RI mengalami surplus US$ 1,02 miliar pada September 2015.
"Yah saya kira yang berdampak surplus juga terjaga terus," tuturnya di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/10).
Berdasarkan data BPS meski September 2015 neraca perdagangan RI mengalami surplus. Namun ekspor dan impor RI mengalami penurunan.
Ekspor Indonesia mencapai US$ 12,5 miliar pada September 2015 atau turun 1,55 persen dibandingkan Agustus 2015 US$ 12,70 miliar. Demikian pula dibanding September 2014 menurun 17,98 persen. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-September 2015 mencapai US$ 115,1 miliar atau menurun 13,29 persen dibanding periode yang sama tahun 2014.
Sedangkan Impor Indonesia mencapai US$ 11,51 miliar pada September 2015 atau turun 7,16 persen apabila dibandingkan Agustus 2015 mencapai US$ 12,27 miliar. Demikian pula dibanding September 2014 turun 25,95 persen. Secara kumulatif, nilai impor Januari-September 2015 mencapai US$ 107,94 miliar atau turun 19,67 persen dibanding periode yang sama tahun 2014.
Meski demikian, Sasmito beralasan bahwa sulitnya pertumbuhan ekspor itu disebabkan oleh harga komoditas ekspor yang mengalami penurunan. Bahkan katanya penurunannya mencapai hingga 10-20 persen, tergantung jenis komoditasnya.
"Itukan mengubah 2014 itu memang susah karena faktor harga. Karena secara rata-rata 10-20 persen harga komoditas ekspor itu turun bahkan nikel turun 45 persen harganya, kemudian CPO juga turun 25 persen harganya," pungkasnya. (rfd)
BACA JUGA:
Bagikan
Adinda Nurrizki
Berita Terkait
Rencana Pembebasan Tarif Bea Masuk Produk AS: Berpotensi Timbulkan Efek Mengerikan

Produk Kecantikan Rambut Indonesia Tembus Pasar Italia, Surplus Dagang Diharapkan Terus Naik

Neraca Perdagangan Mei 2025 Surplus USD 4,30 Miliar

Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%

Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen

Donald Trump Paksa TSMC Bangun Pabrik di AS, Ancam Kenakan Pajak hingga 100 Persen

Prabowo Minta Kuota Impor Tak Diskriminatif, Anggap Hanya Untungkan Perusahaan Besar

Bank Indonesia Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 Capai Target

Berdagang Dengan China, Indonesia Selalu Defisit

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Kian Menipis
