Mengenal Moehammad Jasin, Polisi Pertama Penyandang Gelar Pahlawan Nasional


Ilustrasi Pasuka Brimob (Antara Foto/Yusran Ucaang)
MerahPutih Peristiwa - Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Moehammad Jasin adalah polisi pertama yang berhasil meraih dan menyandang gelar pahlawan nasional. Gelar Pahlawan nasional disematkan kepada Bapak Brimob Polri berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2015 tanggal 4 November 2015.
Anak sulung Komjen Pol (Purn) Moehammad Jasin, Rubyanti Jasin mengaku sudah lama berjuang agar ayahnya bisa mendapatkan gelar pahlawan nasional.
"Kami sudah lama berjuang dan akhirnya bisa terlaksana," katanya baru-baru ini di komplek Istana Negara usai mengikuti acara pemberian gelar pahlawan nasional yang diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo baru-baru ini.
Di sudut lain Ridwan Zachrie salah satu cucu Komjen Pol (Purn) Moehammad Jasin menjelaskan bahwa kakeknya adalah polisi pertama yang menyandang gelar pahlawan nasional.
Ia membeberkan sepak terjang perjuangan kakeknya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya dalam pertempuran pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya.
"Beliau aktif dalam pertempuran di Surabaya," katanya di tempat yang sama.
Ridwan melanjutkan meski tidak ada keturunan kakeknya yang menjadi polisi, namun hingga kini semangat pahlawan yang ditularkan kakeknya masih mendarah daging dan tetap menyala.
Komjen Pol (Purn) Moehammad Jasin lahir di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara pada tanggal 9 Juni 1920 dan meninggal pada tanggal 3 Mei tahun 2012 dalam usia 92 tahun. Dari hasil pernikahannya dengan Siti Aliyah Kessing ia dianugerahi empat orang anak yaitu Rubyanti Jasin, Djuahar Jasin, Djuanda Jasin dan Djuwaitar Jasin.
Dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan di Surabaya pada tahun 1945 ia bersama dengan 250 anggota pasukan polisi Istimewa secara resmi menyatakan diri bergabung dengan Polisi Republik Indonesia (PRI). Deklarasi itu dilakukan olehnya pada tanggal 21 Agustus tahun 1945.
Setahun kemudian Perdana Menteri Sutan Sjahrir, tepatnya pada tanggal 14 November 1946 membentuk Mobile Brigade (Mobrig) sebagai pengganti Polisi Istimewa. Tanggal 14 November itulah yang dijadikan sebagai hari kelahiran korps Brimob. Selanjutnya pada tahun 1961 satuan Mobrig dirubah namanya menjadi Brigade Mobil (Brimob).
Saat terjadi pertempuran di Surabaya Jasin memiliki peran penting. Ia menyatakan bahwa pasukan polisi istimewa sudah dimiliterisasi karena itu tidak ada alasan untuk tidak berperang melawan tentara Belanda yang membonceng sekutu.
Selain itu Jasin juga berperan dalam merebut senjata rampasan milik Jepang. Saat itu Jepang hanya mau memberikan senjatanya kepada polisi. Begitu senjata diterima, Jasin bersama dengan pasukannya langsung mendistribusikan senjata-senjata tersebut kepada pejuang kemerdekaan.
Ikut Tumpas PKI Madiun
Sekitar tahun 1945 hingga 1949 banyak anggota polisi yang turut gerilya menghadapi agresi militer Belanda dan juga gerakan pengacau keamanan, tidak terkecuali Jasin.
Sepak terjang Jasin sebagai prajurit tempur tidak perlu diragukan lagi. Pada saat Belanda melakukan agresi militer kedua pada tahun 1947, ia bersama dengan pasukannya dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga bergerilya di bawah kaki gunung wilis. Bukan hanya itu ia juga dipercaya menjadi Komandan Sektor Timur Madiun.
Pada tanggal 1 Agustus 1947 Mobile Brigade (Mobrig) dilebur dalam satuan militer. Praktis sejak saat itu Moehammad Jasin bersama dengan Inspektur Polisi II Imam Bachri bahu-membahu melawan agresi militer Belanda dan gerakan separatis, termasuk pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Saat terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun yang dipelopori Muso dan mantan Perdana Menteri Amir Sjarifuddin, Jasin bersama dengan pasukan TNI juga terlibat dalam gerakan menumpas gerakan separatis tersebut.
Tidak butuh waktu lami bagi TNI dan satuan Brimob untuk menumpas tuntas pemberontakan PKI di Madiun. Mereka hanya butuh waktu dua minggu untuk menumpas dan menangkap semua pentolan PKI.
Untuk menumpas PKI Panglima Besar Jenderal Sudirman mengirim pasukan Siliwangi dan Brimob. Pasukan siliwangi dibagi menjadi dua tim. Tim pertama dipimpin oleh Letnan Kolonel Sadikin yang bertugas merebut Madiun dan tim kedua dipimpin oleh Letnan Kolonel Koesno Oetomo yang menjadi bertugas merebut daerah Purwodadi, Blora, Pati dan Kudus.
Moehammad Jasin bersama dengan Inspektur Polisi II Imam Bachri masuk dalam tim pertama, dengan tugas menumpas PKI disarangnya. Bersama dengan 4 kompi (satu kompi berkekuatan 100 orang) ia bergerak maju dan menumpas pemberontakan PKI.
Begitu Madiun dikuasai pemerintah republik Indonesia, ia bersama dengan pasukannya melanjutkan operasi pembersihan sisa-sisa PKI di bagian Blitar Selatan. Operasi ini dikenal dengan nama Operasi Trisula. Ia bersama dengan pasukannya sukses mendulang kemenangan.
Selanjutnya kompi-kompi tempur Brimob ditugasi menumpas pasukan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung pada tahun 1949-1950. Untuk menghadapi mereka sebanyak 4 kompi pasukan Brimob dikirim.
Bersama dengan TNI satuan tempur Brimob juga berhasil memadamkan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Letnan Kolonel Kartosuwiryo, kemudian di Sulawesi Selatan pimpinan Letnan Kolonel Kahar Muzakar dan di Aceh yang dipimpin Daud Beureuh.
Pasukan Brimob bersama TNI juga berhasil memadamkan pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera pada tahun 1958. Dalam operasi Mandala di Irian Jaya, pasukan Brimob bersama dengan TNI juga turun tangan. Sekitar 2.400 personel Polri dikirimkan dalam 4 batalyon.
BACA JUGA:
- Gelar Pahlawan Nasional untuk Moehammad Jasin
- Moehammad Jasin, Bapak Brimob Peraih Gelar Pahlawan Nasional
- Brimob Salat di Medan Tempur Tuai Pujian Netizen
- Dua Anggota Brimob Gugur Di Papua, Kompolnas Prihatin
- Panglima TNI: Tanpa Resolusi Jihad Tidak Ada Hari Pahlawan
Bagikan
Bahaudin Marcopolo
Berita Terkait
Kondisi Terkini di Sekitar Mako Brimob Kwitang: Lalu Lintas Lancar, Aparat TNI dan Brimob Masih Siaga

Viral Anggota Bais Ditangkap Brimob Saat Demo Rusuh, Wakil Panglima TNI: Harusnya Tidak Menyebarkan, Kan Intelijen

Dansat Brimob Polda Metro Jaya Dihujani Botol Air Mineral di Depan Markasnya

Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD

Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya

Wamensos Sebut Keputusan Gelar Pahlawan Soeharto Ada di Istana

Hari Buruh 2025: Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Intip Profilnya

Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto

Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!
