Kisah Tan Joe Hok Mendapat Gelar "Pembunuh Raksasa"


Tan Joe Hok, legenda hidup bulu tangkis Indonesia di kediamannya, Jumat (22/1). (MerahPutih/Rizky Fitrianto)
MerahPutih Raket - Mantan pemain bulu tangkis Tan Joe Hok yang bertubuh seukuran rata-rata orang Asia mendapat julukan "The Giant Killer" (Pembunuh Raksasa). Bagaimana asal mulanya ia memperoleh julukan tersebut?
"Saya mendapatkan julukan tersebut karena berhasil mengalahkan semua pemain terbaik sehingga Indonesia berhasil memboyong Piala Thomas untuk pertama kalinya," jelas Tan di kediamannya, Jakarta Selatan, Jumat (22/1).
Tan merupakan satu-satunya anggota tim inti Piala Thomas di tahun 1958 yang masih tersisa. Rekan-rekannya saat itu adalah Ferry Sonneville, Tan King Gwan, Njoo Kim Bie, Lie Poo Djian, Olich Solichin, dan Eddy Yusuf. Mereka dijuluki "The Magnificent Seven". Tan Joe Hok lahir di Bandung, Jawa Barat, 11 Agustus 1937.
Pada tahun 1957 Indonesia ikut babak penyisihan Piala Thomas menghadapi Selandia Baru dan Australia. Tan sukses menyapu bersih seluruh partai dengan kemenangan meyakinan di sektor tunggal. Hingga akhirnya tim Thomas Merah Putih melangkah ke challenge round berhadapan dengan Malaya (kini Malaysia) yang dimainkan di Singapura, yang saat itu masih menjadi bagian dari Malaya. Indonesia menang 6-3 atas Malaya.
Sumber: Majalah Pantjawarna
Perjalanan Tan dari babak penyisihan hingga akhirnya membantu tim Merah Putih memboyong Piala Thomas ke Indonesia sungguh luar biasa. Ia tidak pernah kalah satu kali pun sebagai pemain tunggal.
"Padahal waktu itu saya hanya orang dari kampung sementara lawan-lawan saya adalah pemain yang sudah terkenal," katanya mengenang. Salah satu pemain unggulan saat itu adalah Finn Kobbero asal Denmark. Tan mengempaskan Kobbero dalam pertarungan tiga gim yang berkesudahan 1-15, 15-12, dan 15-10.
Prestasi itu mengantarkannya ke puncak perbulutangkisan dunia. Ia dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia dan mendapat liputan eksklusif sebanyak dua halaman dari majalah berbahasa Inggris Sports Illustrated. Ia menjadi atlet Indonesia pertama yang tampil di majalah olahraga tersebut.
BACA JUGA:
- Patung Lilin Rudy Hartono di Museum Madame Tussauds
- Semangat dan Disiplin Tinggi Alasan Rudy Hartono Juarai All England
- Susi Susanti: Diskriminasi Itu Sekarang Sudah Tidak Ada
- Susi Susanti Antusias Nantikan Realisasi Dana Kesejahteraan Mantan Atlet
- PB PBSI Diminta Perhatikan Asupan Nutrisi Atlet
Bagikan
Berita Terkait
Dominasi Indonesia di Ganda Putra All England Terhenti

Indonesia Pastikan Satu Tiket Final All England 2025, Ganda Putra Masih Kuat

Rehan/Gloria Terhenti di Perempat Final All England 2025, Indonesia Sisakan 3 Wakil

Leo/Bagas ke Perempat Final All England 2025 Setelah Kalahkan Fikri/Daniel

Bertemu Wakil Malaysia, Jojo Tak Mau Jumawa dengan Status Juara Bertahan All England

Siapkan 15 Atlet untuk All England 2025, PBSI Berharap Tradisi Gelar Berlanjut

Jonatan Christie Bangga Berada di Tim Piala Thomas, Berharap Raih Juara pada 2026

Hasil Final Piala Thomas 2024: Bagas/Fikri Kalah, Indonesia Runner-up

Final Piala Thomas 2024: Jonatan Christie Menang, Beri Poin untuk Indonesia

Fajar/Rian Kalah, Indonesia Tertinggal 0-2 di Final Piala Thomas 2024
