Susi Susanti: Diskriminasi Itu Sekarang Sudah Tidak Ada


Alan Budikusuma dan Susi Susanti, Jumat, (15/1). (MerahPutih/Rizki Fitrianto)
MerahPutih Olahraga - Tahun baru Imlek merupakan perayaan penting bagi orang Tionghoa (China). Penanggalan Tahun Baru Tionghoa atau Imlek, akan memasuki tahun 2567 pada tanggal 8 Februari 2016 mendatang dan berjalan hingga 27 Januari 2017.?
Kesempatan tersebut, tengah dinantikan keluarga mantan atlet bulu tangkis, Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma.
"Diskriminasi itu, sekarang sudah tidak ada. Sebab sekarang, sudah maju, terbuka dan lebih baik," ujar Susi Susanti, peraih medali emas (tunggal putri) di Olimpiade Barcelona 1992 dan perunggu di Olimpiade Atlanta (1996) kepada merahputih.com saat ditemui di kantornya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (15/1) petang.
Ditanya soal diskriminasi yang dimaksud, sosok kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 11 Februari 1971 tersebut, tidak segan menceritakan pengalamannya. Menurutnya, kini tidak lagi terkendala dalam merayakan Imlek. Sebab dahulu, hal tersebut harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Hal tersebut, tidak lepas dari rezim orde baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, yang melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek. Hal tersebut, berlangsung selama tahun 1968-1999.
Masyarakat baru mendapatkan kebebasan pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian, ditindaklanjuti dengan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (berlaku bagi mereka yang merayakan).
Lalu pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputi, mulai tahun 2003.
"Sekalipun saya sebagai keturunan Tionghoa, namun saya lahir di Indonesia dan sudah menjadi warga negara Indonesia. Kakek buyut, papi, mami saya pun demikian. Tapi saya sangat sedih ketika dahulu berjuang untuk Indonesia, tapi kesulitan yang justru saya dapatkan. Misalnya urus paspor pun sulit dan persyaratannya banyak, hingga setebal setengah meter (50 centimeter)," tutur pemilik nama lengkap Lucia Francisca Susi Susanti tersebut.
"Namun dalam perkembangan, kini kami tidak perlu lagi mengalami kesulitan. Kalau dikatakan, Indonesia, kini sudah menjadi satu," imbuh peraih penghargaan Hall of Frame dari Badminton World Federatian pada 2004 tersebut.
Sebagai catatan, Susi dan Alan merupakan peraih medali emas pertama Indonesia di Olimpiade. Prestasi Alan di pentas Olimpiade, yakni memperoleh medali emas pada tunggal putra di Barcelona, Spanyol, 1992.
Ketika itu, keduanya yang masih berpacaran, mendapatkan julukan pengantin Olimpiade dari media-media asing. Lalu predikat tersebut melekat dan dipercaya menjadi pembawa obor Olimpiade Athena 2004. (esa)
BACA JUGA:
Bagikan
Rendy Nugroho
Berita Terkait
Gaya dan Performa Menyatu! Intip Jersey Kolaborasi MILLS x Merah Putih Media yang Bikin Tim Makin Kompak

Jojo Terhenti di 16 Besar, Indonesia Tidak Mempunyai Wakil di Sektor Tunggal Putra China Open 2025

18 Negara akan Berlaga di Kejuaraan WONDR Badminton Asia Junior Championships 2025

Gregoria Siap Bertarung di Japan Open 2025 Setelah Absen 3 Bulan,

Badminton Lover Sambut Gelaran Bulu Tangkis Indonesia Open 2025 di Istora Senayan Jakarta

Apriyani/Febi Pastikan Tiket Semifinal BWF World Tour Super 500 Malaysia Masters 2025

Lima Wakil Merah Putih Melaju ke Perempat Final Super 500 Malaysia Masters 2025

9 Wakil Indonesia Hadapi Babak 16 Besar Malaysia Masters 2025 Dengan Lawan Unggulan China dan Jepang

Korea Selatan Hentikan Perjuangan Indonesia di Semifinal Piala Sudirman 2025

Komisi III DPR Terima Masukan Pemred Media Massa terkait Larangan Liputan Sidang
