Ketoprak Mataram Pentaskan "Kamandaka Adu Jago"


Ilustrasi pentas "Kamandaka Adu Jago" (Foto: Screenshoot Youtube)
MerahPutih Budaya - Kelompok Ketoprak Mataram sudah tak asing lagi di dunia panggung teater DI Yogyakarta. Rabu (2/3) malam, di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Ketoprak Mataram mementaskan legenda yang tak asing pula bagi masyarakat Banyumas dan masyarakat Sunda, "Kamandaka Adu Jago."
Pentas yang dimulai pukul 20.00 WIB ini dihadiri ratusan penonton. Sajian ketoprak dari legenda rakyat ini pun disajikan dengan bahasa Jawa dan bergaya lelucon. Selama dua jam manggung, para penonton tertawa lepas setiap aksi lucu yang dipentaskan Ketoprak Mataram.
Sosok perempuan cantik parasnya memasuki panggung. Ia merupakan tokoh Dewi Ciptoroso. Ia bersama seorang laki-laki gagah. Keduanya berada di taman Kadipaten Pasih Luhur. Begitulah peristiwa awal pementasan "Kamandaka Adu Jago".
Cerita berlanjut, hubungan antara Kamandaka dan Dewi Ciptoroso yang dilarang oleh ayah angkat Kamandaka, Patih Reksono. Patih Reksono diperintah pemimpin Kadipaten Pasih Luhur, Adipati Kandandoho, untuk menangkap Kamandaka. Dewi Ciptoroso sedih mengetahui pria yang ia cintai, Kamandaka, harus diburu.
Dalam pengejaran, Kamandaka berhasil ditangkap. Namun, karena kesaktiannya, Kamandaka berhasil lolos dari dekapan prajurit. Setelah dicari-cari tempat pelarian Kamankaga, para prajurit mengira Kamandaka berada di sebuah sungai kecil. Dengan sigap, seluruh prajurit menusukkan tombaknya ke dasar sungai. Mereka semua mengira Kamandaga tewas dengan tancapan tombak.
Sesungguhnya Kamandaka berhasil kabur. Ia mampu berenang ke tempat nan jauh dengan kesaktiannya. Saat keluar dari sungai, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang kemudian menjadi sahabatnya. Kamandaka pun tinggal di rumah sahabatnya itu, hingga keduanya menjadi penyabung ayam terkenal di desa sahabatnya itu.
Semua ayam jago dikalahkan oleh ayam milik Kamandaka. Suatu waktu, arena penyabungan ayam pun menjadi cara untuk membunuh Kamandaka setelah seluruh penghuni Kadipaten Pasih Luhur tahu bahwa seorang laki-laki hebat dengan ayam jagonya adalah sosok Kamankaga.
Dalam siasat itu, Adipati Kandandoho menugasi Silihwarni. Akhirnya keduanya bertarung sengit. Keduanya saling adu kekuatan. Dalam pertempuran itu, Kamandaka berteriak menyebut "Pajajaran". Silihwarni lantas bertanya, mengapa Kamandaka menyebut-nyebut Pajajaran.
Kamandaka lantas menjelaskan, bahwa dirinya sesungguhnya putra raja Pajajaran, bernama asli Banyak Citro. Ia mengaku melepaskan segala hal yang berbau Pajajaran selama pengembaraannya ke daerah timur Pajajaran. Silihwarni kaget, dan menyatakan bahwa sosok yang tengah bicara di hadapannya adalah saudara kandungnya. Silihwarni mengaku bernama asli Banyak Ngampar, yang sengaja keluar dari Pajajaran untuk mencari Banyak Citro.
Mengetahui sosok yang ia lawan adalah kakaknya sendiri, Silihwarni menyiasati perintah dari Kadipaten Pasih Luhur. Ia membawa hati dan darah anjing untuk dipersembahkan ke pimpinan kadipaten. Hal itu untuk menunjukkan bahwa Kamandaka seolah-olah telah mati di tangannya sendiri. (fre)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Kisruh Royalti Lagu, Pelaku Usaha dan Seniman Desak DPRD Solo Bubarkan LMKN

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan

Seniman Tato Korea Selatan Perjuangan Revisi Tattooist Act, Janjikan Praktik Sesuai Standar Kesehatan dan Keamanan

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

ara contemporary Hadirkan Galeri Seni Beriskan 17 Seniman Asia Tenggarra

Deretan Film yang Pernah Dibintangi Titiek Puspa: Dari Komedi, Drama, hingga Musikal

Kepergian Titiek Puspa, Jokowi: Indonesia Kehilangan Tokoh Inspiratif

Asal Usul Nama Titiek Puspa: dari Menyamarkan Identitas hingga Jadi Ikon Industri Hiburan Indonesia

Perjalanan Hidup Penuh Dedikasi Titiek Puspa di Industri Hiburan Tanah Air
