George Junus Aditjondro, Penulis Buku Membongkar Gurita Cikeas Meninggal


George Junus Aditjondro. (Foto screenshot Youtube)
MerahPutih Nasional - Kabar mengejutkan diterima redaksi merahputih.com pada Sabtu (10/12) pagi yang menyebut aktivis dan sosiolog George Junus Aditjondro meninggal dunia dalam usia 70 tahun. George Junus Aditjondro dikabarkan meninggal dunia pada Sabtu pagi di Palu, Sulawesi Tengah pada pukul 5:45 WITA.
RIP DR George Junus Aditjondro (27/5/1946 - 10/12/2016) penulis buku #CuritaCikeas, tadi pg Sabtu, pkl 05.45 WITA di Palu
— Yan widjaya (@yan_widjaya) 10 Desember 2016
Kabar kepergian George Junus Aditjondro meramaikan lini masa media sosial Twitter. Lukas Galih menulis ungkapan duka cita atas meninggalnya George Junus Aditjondro.
RIP George Junus Aditjondro. Selamat jalan, Pakde! pic.twitter.com/vWOQWP6m6K
— Lukas Galih (@Lukas_Galih) 10 Desember 2016
Sementara akun Romo Jost Kokoh (@RomoJostKokoh) menyebutkan kepergian George Junus Aditjondro bersamaan dengan peringatan HAM.
RIP
— Romo Jost Kokoh (@RomoJostKokoh) 10 Desember 2016
GJA - DR George Junus Aditjondro
Sabtu 10 Des 2016, persis peringatan hari "HAM"
pukul 04.45 WIB atau 05.45 WITA
@ Palu, Sulawesi Tengah
Ulin Yusron juga menulis ungkapan duka cita melalui Twitter.
Berita lelayu. Telah meninggal dunia DR. George Junus Aditjondro pagi ini sekitar pk 5.45 WITA di Palu. Selamat jalan Mas GJA ????
— Ulin Yusron (@ulinyusron) 10 Desember 2016
Salah satu menteri Presiden Jokowi mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya George Junus Aditjondro. Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri (@hanifdhakiri) menyebut George Junus Aditjondro adalah guru politiknya ketika menempuh kuliah di Salatiga, Jawa Tengah.
Duka mendalam wafatnya seorang tokoh reformasi. Guru&mentor politik sy semasa mahasiswa di Salatiga: George Junus Aditjondro. Rest in peace.
— MHD (@hanifdhakiri) 10 Desember 2016
George Junus Aditjondro dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah pada 27 Mei 1946. Nama George Junus Aditjondro dikenal lewat kritik terhadap pemerintahan Orde Baru yang korup. Akibatnya, George Junus Aditjondro harus 'mengungsi' ke Australia kurun 1995 hingga 2002.
Dia membongkar harta keluarga Cendana hingga dicekal pada Maret 1998 oleh rezim Soeharto. Kemudian, Membongkar George Junus Aditjondro kembali menelurkan karya yang menghebohkan.
Ia mengeluarkan buku berjudul "Gurita Cikeas, Di Balik Skandal Century, terbitan Galangpress, Yogyakarta tahun 2010" di saat Susilo Bambang Yudhoyono masih berkuasa. Buku ini menyinggung nama Susilo Bambang Yudhoyono dalam skandal Bank Century.
Andreas Harsono, jurnalis dan peneliti Human Right Watch (HRW) Indonesia, yang juga menjadi rekan dan mantan murid George Junus Aditjondro, mengatakan dirinya mendapat kabar meninggalnya George Junus Aditjondro dari salah seorang asistennya.
"Meninggal pagi ini waktu Palu. Dia dua hari lalu bangun pagi muntah lantas di bawa ke rumah sakit di Palu dan hari ini meninggal. George memang sudah kena stroke cukup lama, dia masuk rumah sakit di Yogyakarta dan sempat koma," kata Andreas Harsono seperti dilansir Antara News.
Andreas mengatakan kepergian George sangat mengejutkan karena mereka masih saling melakukan kontak pada Jumat (9/12) kemarin untuk membicarakan acara seminar yang akan dihadiri Andreas pada pertengahan bulan ini.
"Terakhir kontak kemarin, dia susah ngomong jadi bicara lewat asisten yang meminta saya datang ke Palu pada tanggal 19 Desember," katanya.
"Dia memang tidak ngomong langsung, bisa bicara tapi agak sulit, jadi bicara lewat Ferry (asistennya), intinya dia senang saya mau datang seminar. Saya juga tak menyangka dia meninggal hari ini," ujar Andreas.
Andreas mengutarakan bahwa Indonesia akan kehilangan seorang tokoh cendekiawan yang rajin menulis tentang Indonesia. Menurut Andreas, George juga sosok kritis dan berani karena mengritik pemerintahan Soeharto dan menulis buku tentang korupsi berjudul Membongkar Gurita Cikeas.
"Dia cendekiawan dan penulis yang rajin. Dia aktivis yang mendirikan lebih dari 20 organisasi di seluruh Indonesia dari Pulau Jawa hingga Papua," ucapnya.
"Dia seorang intelektual yang istimewa, karena sedikit bahkan tidak sampai lima jari kita bisa menghitung intelektual Indonesia yang pernah menulis berbagai macam daerah di Indonesia. Kebanyakan intelektual kita menulis tentangf Pulau Jawa, tidak nasional," pungkas Andreas.
BACA JUGA:
- Sengkarut Kasus Reklamasi, Ratna Sarumpaet: Hukum Dibarter itu Bahaya
- Kuasa Hukum Nelayan Jakarta Meminta Reklamasi Dihentikan
- Reklamasi Pulau di Teluk Jakarta Berjalan Tanpa Sosialisasi
- Reklamasi Pulau G, Nelayan: Merusak Lingkungan
- Lanjutan Sidang Reklamasi Pulau F, I, dan K, Hadirkan Saksi Penggugat
Bagikan
Berita Terkait
Diplomat Zetro Tewas Ditembak di Peru, DPR Duga Ada Keterlibatan Geng Kriminal Internasional

Berpulangnya Brent Hinds dan Warisan Keindahan Cadas Khas Mastodon

Mengenang Nobuo Yamada, Vokalis Legendaris di Balik Lagu Saint Seiya

Goh Cheng Liang Meninggal Dunia, Simak Kiprah Binis Bos Nippon Paint Berharta Ratusan Triliun

Beri Penghormatan Terakhir untuk Kwik Kian Gie, Prabowo: Tokoh Luar Biasa, Beliau Banyak Beri Nasihat

Kenang Sosok Kwik Kian Gie sebagai Guru sekaligus Sahabat, Ganjar Pranowo: Ekonom Kritis dan Penuh Idealisme

Kenang Sosok Kwik Kian Gie, Hatta Rajasa: Selalu Terbuka dalam Perbedaan Pendapat

Mengenang Sosok Kwik Kian Gie, ‘Kader Banteng’ yang Pernah Melawan PDIP di Pemilu 2019

Profil Hulk Hogan, Pegulat Gaek WWE yang Meninggal Akibat Henti Jantung

Profil Ozzy Osbourne, Pernah Menggigit Kepala Kelelawar di Panggung hingga Dijuluki Godfather of Heavy Metal
