Distribusi Sapi Hidup Sebabkan Harga Mahal
MerahPutih Bisnis - Kementerian Perdagangan mengakui bahwa harga daging sapi dalam negeri sulit untuk mencapai harga nasional yaitu kisaran Rp90.000 per kilogram.
Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Sri Agustina, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga sapi di dalam negeri relatif tinggi. Salah satunya adalah sistem pengangkutan sapi yang diangkut masih dalam bentuk sapi hidup.
"Padahal seharusnya kita sudah mulai bisa mengangkut sapi dalam bentuk potongan. Jadi dipotong di sentra produksi dan dibawa ke beberapa daerah konsumen dalam bentuk dipotong itu akan jauh lebih murah. Karena angkutannya cost-nya jadi lebih kecil dengan volume yang lebih besar," tutur Sri di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (6/1).
"Contoh kaya Lampung dekat dengan Palembang. Punya RPH (rumah potong hewan) ngambilnya dari Lampung. Tapi kalau sampai di Palembang harga daging sapinya jadi mahal. Kenapa? Karena dia ngangkutnya sapi hidup yang diangkut truk. Untuk satu truk cuma cukup sampai 12 ekor. Coba kalau dipotong-ptong diangkut dalam bentuk potongan itu sudah berapa ton. Nah, itu yang ke depan harus coba dilakukan," jelasnya.
Namun diakui Sri, untuk mencapai ke tahap tersebut membutuhkan waktu dan perencanaan yang cukup matang. Sebab setiap RPH memerlukan cold storage yang cukup besar dan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Selain itu, kita juga harus mereferensi konsumen untuk sedikit beralih," katanya.
Sebagai informasi, selema sepuluh terakhir harga daging sapi di beberapa kota seperti Bogor, Bandung, dan Jakarta merangkak naik hingga Rp200.000 per kilogram dari harga biasanya. Kenaikan harga daging sapi memang biasa terjadi menjelang Natal dan akhir tahun. Namun hingga hari ini, Rabu (6/1), harga daging sapi belum kunjung turun juga. (rfd)
BACA JUGA: