MEMBACA buku masih menjadi hal yang dihindari oleh banyak orang. Lantaran membaca buku dianggap kegiatan membosankan.
Padahal, membaca buku memiliki banyak manfaat. Peran buku ternyata jauh lebih luas dan lebih dalam dari sekadar memperkaya informasi dan pengetahuan baru.
Artikel riset berjudul "Five Studies Evaluating the Impact on Mental Health and Mood of Recalling, Reading, and Discussing Fiction" menyatakan bahwa membaca telah terbukti memiliki efek positif pada suasana hati.
Beberapa penelitian lain juga membahas efek membaca, terutama membaca buku fiksi. Hasilnya positif di setiap penelitian.
Peneliti menemukan bahwa membaca, mengingat, bahkan mendiskusikan buku fiksi memang bisa membuat kita lebih bahagia.
Membaca dapat mengubah suasana hati kita menjadi lebih baik, meningkatkan kesehatan mental, mengurangi stres, bahkan memperpanjang rentang hidup manusia.
Laman anxietycentre.com menunjukkan bahwa membaca enam menit sehari dapat membantu kita mengurangi stres hingga 68 persen.
Ini bisa menjadi alternatif untuk refreshing karena kita semua tidak mampu untuk pergi ke tempat eksotik setiap kali kita stres. Membaca memiliki efek yang hampir sama untuk menurunkan tingkat stres.
Merahputih.com memilihkan buku-buku berbahasa Indonesia yang mungkin bisa kamu baca untuk menurunkan stresmu dan mencapai kebahagiaan yang sesuai dengan kamu.
Baca juga:
Rasa Pedas Memantik Perasaan Gembira

1. Filosofi Teras karya Henry Manampiring
Lebih dari 2000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme atau filosofi teras adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan.
Jauh dari kesan filsafat yang memiliki stereotipe topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.
2. Nyaman Tanpa Beban karya Kim Suhyun
Buku yang menghangatkan hati. Penulisnya membawamu untuk bisa membangun hubungan kepada dirimu sendiri. Jika dapat memahami diri sendiri, kamu akan mudah merasa bahagia tanpa harus bergantung pada hal atau orang lain.
Buku ini juga mengajakmu menyediakan waktu bagi diri sendiri serta membangun batasan tertentu terhadap orang lain bahkan teman terdekat sekalipun.
Baca juga:

3. Nanti Juga Sembuh Sendiri
Nanti Juga Sembuh Sendiri merupakan buku yang sebenarnya bisa menjadi ‘cermin’ atau ‘teman curhat’ paling dalam para pembacanya agar bisa jujur dengan perasaannya sendiri. Begitu banyak orang yang denial dan berpura-pura kuat dan enggak punya teman cerita.
Buku ini layaknya ‘diary’. Pembaca tidak perlu membaca dari awal. Cukup membuka bab atau tulisan yang sesuai dengan kondisi hati saja.
Buku ini berisi kata-kata sederhana. Mungkin jauh dari kata-kata indah, tetapi kesederhanaan dan apa adanya itu yang biasanya lebih bisa diterima oleh mereka yang tidak baik-baik saja.
4. Berani Tidak Disukai
Apakah kebahagiaan adalah sesuatu yang kamu pilih? Buku ini akan menyajikan jawabannya secara sederhana dan langsung.
Berdasarkan teori Alfred Adler, satu dari tiga psikolog terkemuka abad kesembilan belas selain Freud dan Jung, buku ini mengangkat percakapan yang menggugah antara seorang filsuf dan seorang pemuda.
Dalam lima percakapan yang terjalin, sang filsuf membantu muridnya memahami bagaimana masing-masing dari kita mampu menentukan arah hidup kita, bebas dari belenggu trauma masa lalu dan beban ekspektasi orang lain.
Buku yang kaya akan kebijaksanaan ini akan memandumu memahami konsep memaafkan diri sendiri, mencintai diri, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak penting dari pikiran.
Cara pikir yang membebaskan ini memungkinkanmu membangun keberanian untuk mengubah dan mengabaikan batasan yang mungkin kamu tentukan untuk dirimu. (ahs)
Baca juga: