DI Inacraft 2023 yang digelar di JCC Senayan, Jakarta Pusat, ada booth sangat mencuri perhatian. Booth bernama Xusha itu terlihat lebih berwarna-warni dan segar dibandingkan suasana sekelilingnya.
Di dalamnya, kita dapat melihat beragam kerajinan tangan yang diolah dengan keseriusan mulai dari jam, gelang-gelang, anting, hingga tas rajut. Produk yang ditampilkan Xusha boleh dibilang sangat kekinian.
Baca Juga:
Adalah Putri Utami, otak dibalik segarnya produk Xusha. Perempuan yang akrab disapa Tami itu menceritakan perjalanan berdirinya Xusha.
"Aku bikin Xusha dulu dari tahun 2015, cuma memang awalnya cuma hobi kemudian sedikit pelan-pelan lah gitu berkembang. Xusha itu bikin macem-macem, memang basic-nya adalah bikin aksesori, printil-printil karena emang tangannya gak bisa diem ya, jadi segala macem dibikin," ungkap pemilik dari usaha yang berbasis di Bandung itu kepada merahputih.com, Sabtu (4/3).

Kisah Xusha berawal dari hobi masa kecil Tami untuk membuat gelang-gelang yang pada saat itu populer disebut friendship bracelet. Lama-kelamaan ia memerhatikan tren friendship bracelet tak pernah pudar dan membosankan, sehingga ia akhirnya menekuni pembuatan kerajinan ini.
"Makin lama, makin ke sini ternyata friendship bracelet tuh gak ada yang bosan ya, ternyata masih senang aja tuh orang-orang pakai. Nah, tapi kan kalau gelang terus bosen ya, jadi coba untuk diaplikasikan ke jam tangan," ungkapnya.
Tak hanya memanjakan mata, Xusha rupanya juga cukup peduli dengan lingkungan. Baru-baru ini Tami bekerja sama dengan perajin manik-manik yang terbuat dari limbah kaca. Meskipun material yang dipakai terbuat dari limbah, produk aksesori gelang dibuatnya tetaplah cantik.
Baca Juga:
Inacraft 2023 Tingkatkan Kepedulian Terhadap Ragam Budaya Sulawesi Selatan
"Jadi dari limbah kaca itu dilebur, terus dicetak jadi manik-manik, limbah kaca yang dipakai juga bermacam-macam, mulai dari bekas botol hingga kalau orang Sunda bilang itu barangkal, kaca yang ada dari sisa-sisa bongkaran rumah," jelas Tami.
Selain memiliki produk yang ramah lingkungan, Xusha juga mencoba menjaga tradisi Indonesia dalam karyanya, salah satu caranya adalah dengan membuat produk tali jam dengan teknik macrame terinspirasi motif kekayaan tenun Nusantara.

"Ini beberapa yang baru aku bikin, ada yang mengambil motif tenun asal Kalimantan yaitu Tenun Tumpal, sama tenun Naisa Molo dari NTT," jelasnya.
Tami juga jeli melihat perkembangan zaman ketika orang-orang memilih untuk menggunakan smart-watch. Ia juga memproduksi strap yang bisa dikenakan pada produk smartwatch yang populer saat ini.
Produk Xusha dihargai mulai dari Rp 55 ribu. Tami juga banyak membuka peluang bagi masyarakat untuk bisa terlibat dalam produksinya ini. Ia melibatikan siswa magang, memberdayakan perajin dan ibu-ibu PKK untuk membantunya membuat produk yang ditampilkan di Xusha.
"Harapannya, Xusha bisa lebih berkembang lagi, lebih eksplor lagi gitu. Aku bisa bikin inovasi produk baru lagi," tutup Tami. (dsh)
Baca Juga: