SULAWESI Selatan punya beragam warisan budaya adiluhung. Dari naskah La Galigo sampai kapal Phinisi. Naskah La Galigo bahkan diakui oleh UNESCO--Lembaga PBB yang mengurusi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan--sebagai Warisan Tak Benda. Ketebalan naskah ini mengalahkan naskah Mahabharata.
“Naskah ini adalah naskah terkenal dan terpanjang di Indonesia mengalahkan naskah legendaris Mahabharata,” ucap Sukarniaty Pondolele dalam acara Ragam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan Indikasi Geografis Indonesia, di Jakarta Selatan, Kamis (2/3).
Acara itu menjadi bagian dari Pameran Inacraft 2023 yang mengangkat tema “The Authentic Of South Sulawesi”. Melalui acara ini, Pemerintah Sulawesi Selatan berupaya mengangkat ragam warisan budaya adiluhung Sulawesi Selatan sekaligus memajukan industri kerajinan Sulawesi Selatan.
Baca juga:

La Galigo berisi cerita kehidupan manusia. Sawerigading menjadi tokoh utamanya. Naskah ini kemungkinan berasal dari tradisi lisan abad ke-14. Penulisnya menyusun kalimat indah dalam bentuk puisi. Setiap penggal frasa terdiri dari lima suku kata.
Naskah ini sebermula terserak, lalu dikumpulkan oleh seorang perempuan sastrawan Bugis bernama Colliq Pujie bersama seorang Belanda, BF Matthes, pada pertengahan abad ke-19. Ada 6.000 halaman atau 300.000 baris teks yang berhasil diselamatkan dan diawetkan. Naskah ini terdiri atas 12 jilid.
La Galigo tersimpan dalam Museum La Galigo. Museum juga menyimpan koleksi yang sangat besar berkaitan dengan warisan budaya tak benda. Misalnya naskah-naskah cerita rakyat dari berbagai tempat di Sulawesi Selatan.
“Pada 2 minggu lalu, Bapak Gubernur Sulawesi Selatan diberi kesempatan oleh UNESCO untuk mempresentasikan yang berkaitan dengan local language dan berjumlah sebanyak 12 local language dari 700 yang ada di Indonesia. Ini merupakan pondasi besar dalam mengembangkan warisan budaya tak benda,” sebut Sukarniaty.
Baca juga:
Sultan Aji Muhammad Idris, Pahlawan Nasional Pengusir VOC di Sulawesi Selatan

Sukarniaty memiliki harapan besar terhadap warisan ragam budaya ini. Ia mengatakan ada beberapa hal yang harus didorong terkait warisan budaya tak benda. Contohnya pemberdayaan menggunakan local language yang kemudian dikembangkan dari beberapa cerita rakyat dengan melakukan kegiatan edukasi.
Kebijakan-kebijakan ini muncul agar budaya Sulawesi Selatan semakin maju seperti pesta adat Jane-Jane, tari Bondersan, tenun Toraja, dan bahasa Wotu
Selain La Galigo, Sulawesi Selatan juga patut berbangga dengan kapal Phinisi. Serupa La Galigo, kapal ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya ikonik daerah tersebut. Kapal Phinisi menjadi ikon untuk acara Inacraft 2023 dan dipajang di pintu masuk.
Kapal Phinisi menjadi bukti ketangguhan orang-orang Makassar dan Bugis dalam urusan pelayaran. Serentang abad ke-17, jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Australia, pelaut Makassar dan Bugis lebih dulu sampai di pantai utara Australia. Mereka mencari teripang hingga bertemu dengan orang-orang Aborigin.
Orang-orang Aborigin mengabadikan kedatangan orang-orang Makassar dan Bugis dalam lukisan tangan di goa mereka. Ada citra kapal Phinisi dalam lukisan tersebut. (dkr)
Baca juga:
Kapal Phinisi Terbalik di Labuan Bajo, Wartawan Istana Selamat