Kesehatan

Vape Miliki Profil Risiko Rendah Dibanding Rokok Konvensional

Febrian AdiFebrian Adi - Rabu, 01 Maret 2023
Vape Miliki Profil Risiko Rendah Dibanding Rokok Konvensional
Perbedaan bahaya vape atau rokok konvesional selalu menjadi bahasan. (Foto: Unsplash/CDC)

DEBAT tentang lebih berbahaya mana antara rokok konvensional atau rokok elektrik (vape) masih terus berlangsung. Dr. Ahmad Besaratinia, peneliti University of Southern California, menunjukkan penelitian terbarunya tentang vape.

Mengutip dailymail (20/2), semakin sering dan lama seseorang menggunakan rokok elektrik, semakin banyak pula kerusakan DNA di sel-sel mulut mereka.

Sementara itu Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) Prof. Dr. rer. Nat. Rahmana Emran Kartasasmita, M. Si mengungkapkan tembakau yang dipanaskan seharusnya memiliki lebih sedikit komponen zat berbahaya. Begitu pernyataan Emran lewat keterangan resmi seperti diberitakan Antara, Selasa (28/2)

Dengan begitu, produk-produk tembakau yang dipanaskan seperti vape disebut memiliki profil risiko yang rendah dibanding rokok konvensional.

Baca juga:

Vape atau Rokok, Mana yang Lebih Aman?

Vape ternyata memiliki profil risiko lebih rendah dibanding rokok konvensional. (Foto: Unsplash/Relx)

SF-ITB telah melakukan kajian literatur ilmiah yang berjudul "Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur" pada 2022. Kajian literatur ilmiah bertujuan menghitung perkiraan tingkat risiko produk tembakau yang dipanaskan.

“Tujuan dari kajian ini adalah mencari data kualitatif dan kuantitatif terkait berbagai senyawa dalam produk tembakau yang dipanaskan dan rokok sebagai pembanding, serta penggolongan karsinogenitasnya dengan merujuk IARC (The International Agency for Research on Cancer atau Badan Internasional untuk Penelitian Kanker),” ungkap Emran yang sekaligus merupakan anggota peneliti kajian ilmiah literatur tersebut.

Hasil kajian tersebut menunjukkan produk tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok. Walaupun tak sepenuhnya bebas risiko, paparan zat berbahaya dan potensi bahaya pada produk ini lebih rendah.

Baca juga:

Perlu Tahu nih, Bahaya Vape

Lebih sedikit profil risiko tak berarti baik untuk kesehatan. (Foto: Unsplash/Romain)

Lebih lanjut, Emran menekankan pentingnya riset yang komprehensif terhadap produk tembakau alternatif untuk mengurangi misinformasi yang beredar di masyarakat saat ini. Kajian juga akan memperkaya teks akademik dan bermanfaat untuk para pengambil kebijakan serta peneliti lain.

Penelitian tentang vape juga pernah dilakukan Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas Padjajaran. Penelitian itu dibuat oleh Dr. Amaliya, drg., Ph. D, Dr. drg. Agus Susanto, M.Kes, Sp. Perio. (K), bersama drg. Jimmy Gunawan, Sp. Perio dan diberi tajuk "Respons Gusi Pada Pengguna Vape Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan".

Amaliya menjelaskan bahwa penelitian klinis itu bertujuan untuk mengetahui sejauh mana produk tembakau alternatif berdampak bagi pertahanan gusi terhadap bakteri plak gigi pada pengguna rokok elektronik dibandingkan dengan gusi pada perokok aktif.

Penelitian itu dilakukan mengingat produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik diklaim memiliki risiko lebih rendah dari rokok konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbaikan kualitas gusi pada pengguna produk tembakau alternatif yang telah berhenti dari merokok. Perbaikan itu punya kualitas yang setara dengan para non-perokok. (far)

Baca juga:

Ratusan Vapers Pamerkan Hasil Rontgent Paru-paru, Vape Lebih Bahaya dari Rokok?

#Rokok #Vape #Bahaya Vape
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.
Bagikan