VAPPING atau mengisap vape sebagai pengganti rokok tembakau dianggap lebih sehat. Para peneliti di University College London mengungkap 50.000 hingga 70.000 perokok di Inggris berhenti mengisap tambakau yang dibakar setiap tahun karena beralih ke vape.
Namun, ternyata risiko gangguan kesehatan yang ditimbulkan merokok dengan vape ini juga cukup berbahaya dan tidak main-main, mulai dari batuk hingga kanker paru-paru. Cara kerja vape ini dengan cara memanaskan cairan menjadi uap atau aerosol. Cairan vape biasanya mengandung gliserin atau propilen glikol, nikotin, dan zat perasa atau zat tambahan lainnya. Nikotin sendiri diketahui merupakan zat yang umum ditemukan dalam rokok biasa (konvensional).
BACA JUGA:
Beberapa pendapat mengatakan vape lebih aman karena tidak terdapat beberapa zat berbahaya pada rokok biasa seperti tar dan karbon monoksida. Namun perlu kamu ketahui, seperti dilansir Healthline, terdapat berbagai zat kimia pada vape dan itu tetap berbahaya dan berisiko menyebabkan gangguan kesehatan.

Berbagai zat kimia terkandung dalam vape dan itu tetap berbahaya serta berisiko menyebabkan banyak gangguan kesehatan. (foto: freepik/prostooleh)
Dalam vape ditemukan kandungan zat beracun dan zat penyebab kanker (karsinogen) walau kadarnya lebih rendah daripada rokok biasa. Namun, jumlah zat tersebut tidak akan berkurang apabila pengguna vape juga masih merokok konvensional.
Pada uap hasil pemanasan cairan vape pun mengandung zat kimia berbahaya lainnya, seperti formaldehida, akrolein dan logam berat. Beberapa bahan kimia ini disinyalir dapat menempel pada paru-paru dan memicu berbagai gangguan kesehatan. Terdapat juga beberapa risiko kesehatan yang akan terjadi jika kamu merokok vape, yaitu:
1. Penyakit jantung
Nikotin merupakan bahan utama yang terdapat dalam cairan vape. Zat ini tergolong beracun karena dapat meningkatkan tekanan darah dan memacu adrenalin. Kondisi ini dapat meningkatkan detak jantung dan risiko terkena serangan jantung, serta memperparah kondisi penderita penyakit jantung.
2. Risiko pada ibu hamil dan janin
Bagi ibu hamil, penggunaan vape maupun rokok biasa sudah seharuanya dihindari. Nikotin pada vape atau rokok diketahui dapat mengganggu perkembangan otak dan organ tubuh janin.
BACA JUGA:
3. Kecandunan nikotin
Nikotin pada vape juga ternyata dapat menyebabkan kecanduan. Ketika kamu sudah terbiasa mengonsumsi nikotin lalu menghentikannya secara tiba-tiba, perokok berisiko mengalami gejala putus nikotin, seperti merasa sedih dan cemas, kelelahan, serta sulit tidur.

Bahan kimia vape dapat menempel pada paru-paru dan memicu berbagai gangguan kesehatan, salah satunya popcorn lung atau bronkiolitis obliterans. (foto: freepik/arthurhidden)
4. Gangguan paru-paru
Diasetil merupakan bahan kimia yang terkandung dalam zat perasa vape. Bila terhirup, bahan kimia ini berisiko membahayakan tubuh, khususnya paru-paru. Yang dapat terjadi karena menghirup diasetil adalah penyakit bronkiolitis obliterans atau popcorn lung.
Gejalanya meliputi:
- Batuk kering yang tidak kunjung sembuh
- Sesak napas
- Bersuara tinggi saat bernafas (mengi)
- Demam
- Sakit kepala
- Iritasi pada kulit, mata, hidung, dan tenggorokan.
5. Berisiko kanker
Satu lagi zat kimia dalam cairan vape yaitu formaldehida. Zat ini biasanya digunakan sebagai pengawet dan menjadi bahan baku beberapa bahan bangunan. Menghirup formaldehida sangat berbahaya karena dapat meningkatkan risiko terkena kanker di tubuhmu.(dgs)
BACA JUGA: