Studi Terbaru: Konsumsi Alkohol Tidak Sehat untuk Usia di Bawah 40 Tahun


Bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun, setiap peningkatan minum mengkhawatirkan. (Foto: freepik/wavebreakmedia_)
TIDAK ada jumlah alkohol yang sehat jika untuk kamu yang berusia di bawah 40 tahun. Sebagian besar karena kematian terkait alkohol akibat kecelakaan mobil, cedera, dan pembunuhan. Demikian menurut sebuah studi global baru.
Namun, jika kamu berusia 40 tahun atau lebih dan tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya, penelitian baru menemukan sejumlah kecil alkohol dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, stroke, dan diabetes.
"Penyakit itu kebetulan menjadi penyebab utama kematian di sebagian besar dunia," kata peneliti senior Emmanuela Gakidou, profesor ilmu metrik kesehatan di Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, AS.
"Jadi ketika kamu melihat dampak kesehatan kumulatif, terutama di kalangan orang dewasa yang lebih tua, itu menunjukkan bahwa jumlah kecil sebenarnya lebih baik untuk kamu daripada tidak minum. Untuk semua penyebab lainnya, itu berbahaya di semua tingkat konsumsi," Gakidou menjelaskan seperti diberitakan CNN (14/7).
Namun, penelitian itu tidak menemukan efek perlindungan untuk penyakit seperti TBC, hipertensi, fibrilasi atrium, penyakit hati, epilepsi, pankreatitis dan banyak kanker.
"Pedoman konsumsi alkohol, baik yang global maupun nasional, biasanya menekankan perbedaan antara tingkat konsumsi untuk laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Apa yang disarankan oleh studi kami adalah bahwa pedoman global, pedoman nasional, dan pedoman lokal akan lebih efektif jika mereka menekankan usia, bukan jenis kelamin," kata Gakidou.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya rekomendasi alkohol yang disesuaikan dengan wilayah dan populasi tertentu. Demikian dikatakan wakil presiden sains dan kesehatan untuk kelompok perdagangan Distilled Spirits Council Amerika Serikat Amanda Berger kepada CNN.
"Yang penting, tidak ada yang boleh minum alkohol untuk mendapatkan manfaat kesehatan potensial, dan beberapa individu tidak boleh minum sama sekali," ujarnya.
Baca juga:
Risiko tertinggi usia di bawah 40 tahun

Laporan yang dirilis Kamis (14/7) di jurnal Lancet, adalah yang pertama melaporkan risiko alkohol berdasarkan wilayah geografis global, usia, jenis kelamin, dan tahun, menurut Institute for Health Metrics and Evaluation yang menyiapkan penelitian tersebut.
Analisis tersebut melihat data 30 tahun pada orang berusia 15 hingga 95 tahun dari 204 negara dan wilayah yang dikumpulkan oleh Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk Factors Study, kemudian melacak kematian dini dan kecacatan dari lebih dari 300 penyakit.
Analisis tersebut memperkirakan bahwa 1,34 miliar orang di seluruh dunia mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang berbahaya pada 2020. Lebih dari 59 persen orang yang meminum alkohol dalam jumlah yang tidak aman berusia antara 15 dan 39 tahun. Lebih dari dua pertiganya adalah laki-laki.
Di setiap wilayah geografis, penelitian ini menemukan bahwa minum alkohol tidak memberikan manfaat kesehatan apa pun bagi orang di bawah usia 40 tahun, tetapi meningkatkan risiko cedera, seperti kecelakaan kendaraan bermotor, bunuh diri, dan pembunuhan.
Studi tersebut mendefinisikan minuman standar sebagai 10 gram alkohol murni, yang mungkin berupa segelas kecil anggur merah 100 mililiter, kaleng standard 355 milliliter, atau sebotol bir dengan 3,5 persen alkohol, atau 30 mililiter spirit yang merupakan 40 persen alkohol berdasarkan volume.
Baca juga:
Kesimpulan yang perlu dikritisi

Sambil memuji analisis yang dilakukan dengan baik, beberapa ahli yang tidak terlibat dalam penelitian menyatakan keprihatinan tentang kesimpulan penelitian.
Statistik menunjukkan ada lebih dari 14 kali lebih banyak kematian akibat alkohol di Inggris antara usia 70-74 tahun daripada usia 20-24 tahun. Demikian dikatakan peneliti senior Colin Angus di Sheffield Alcohol Research Group di University of Sheffield, Inggris dalam sebuah pernyataan.
Menurutnya, data bertentangan dengan pernyataan dalam studi baru ini bahwa kita harus fokus pada peminum usia yang lebih muda.
"Penelitian ini merupakan interpretasi risiko berdasarkan hasil untuk penyakit kardiovaskular - terutama pada orang tua," kata rekan peneliti klinis Dr Tony Rao di Institute of Psychiatry, Psychology and Neuroscience di King's College, London, Inggris.
"Kami tahu bahwa setiap manfaat kesehatan yang diakui dari alkohol pada jantung dan sirkulasi diimbangi dengan peningkatan risiko dari kondisi lain seperti kanker, penyakit hati dan gangguan mental seperti depresi dan demensia," kata Rao dalam sebuah pernyataan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Maret 2022 menemukan hanya satu pint bir atau segelas anggur sehari dapat mengecilkan volume keseluruhan otak, dengan kerusakan yang meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah minuman harian.
Rata-rata, orang berusia 50 tahun yang minum satu pint bir atau enam gelas anggur sehari dalam sebulan terakhir memiliki otak yang tampak dua tahun lebih tua daripada mereka yang hanya minum setengah bir.
"Rekomendasi bahwa mereka yang berusia di bawah 40 tahun tidak boleh minum sama sekali sama sekali tidak realistis," Matt Lambert, CEO Portman Group, sebuah kelompok yang didanai industri yang mengatur pemasaran alkohol di Inggris, mengatakan dalam sebuah email.
Gakidou, penulis senior studi tersebut, mengakui bahwa tidak realistis untuk berpikir bahwa orang dewasa muda akan berhenti minum. Namun, kami pikir penting untuk mengomunikasikan bukti terbaru sehingga setiap orang dapat membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka.
Bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun, setiap peningkatan minum mengkhawatirkan karena banyak orang dewasa yang lebih tua menggunakan obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan alkohol, memiliki kondisi kesehatan yang dapat diperburuk oleh alkohol, dan mungkin lebih rentan terhadap jatuh terkait alkohol dan cedera tak disengaja lain. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
