Selingkuh Menular


Individu yang belajar tentang perilaku tidak setia orang lain cenderung tidak setia. (Foto: freepik/stefamerpik)
DALAM sebuah penelitian yang diterbitkan pada Agustus di jurnal Archives of Sexual Behavior, peneliti Birnbaum dan rekan (2022) meneliti apakah individu yang belajar tentang perilaku tidak setia orang lain kemudian cenderung tidak setia dalam hubungan romantis mereka sendiri.
Para penulis beralasan belajar tentang prevalensi perselingkuhan, yang beberapa peneliti memperkirakan mungkin setinggi 70 persen, dapat menurunkan keinginan seseorang berkomitmen pada pasangan serta meningkatkan keinginan pada pasangan alternatif nan menarik.
Tujuan penelitian ialah mengetahui apakah ketika orang lain memiliki hubungan di luar komitmen monogami dapat membuat orang merasa lebih nyaman ketika memiliki perselingkuhan yang sama. Untuk menguji prediksi mereka, para peneliti melakukan tiga studi terpisah dengan partisipan dalam hubungan monogami heteroseksual.
BACA JUGA:
Dalam studi pertama, mahasiswa sarjana dari Israel yang berada dalam hubungan berkomitmen yang berlangsung setidaknya 4 bulan menonton video yang memperkirakan prevalensi perselingkuhan pada 86 persen hubungan atau 11 persen hubungan.
Mereka kemudian meminta peserta untuk menulis tentang fantasi seksual yang melibatkan orang lain selain pasangan mereka saat ini. Studi menunjukkan bahwa manipulasi prevalensi ketidaksetiaan tidak memmengaruhi keinginan untuk pasangan individu saat ini atau pasangan alternatif.

Namun, studi 2 dan 3 menunjukkan hasil yang berbeda. Dalam studi 2, mahasiswa sarjana dari Israel yang berada dalam hubungan heteroseksual berkomitmen yang berlangsung setidaknya 12 bulan membaca 'pengakuan' dari orang lain yang menggambarkan perselingkuhan romantis, seperti mencium rekan kerja dengan penuh gairah dan menyembunyikannya dari pasangan mereka, atau kecurangan dalam tugas sekolah, misal menyalin esai dari siswa lain.
Peserta kemudian diminta untuk melihat 16 foto individu yang menarik dan tidak menarik dan untuk menanggapi secepat mungkin apakah individu tersebut bisa menjadi pasangan romantis potensial.
Peserta yang telah membaca tentang perselingkuhan romantis menjawab 'ya' untuk lebih banyak foto, menunjukkan minat mereka pada lebih banyak calon pasangan baru ketimbang peserta dalam kondisi kecurangan akademik.
Sementara itu, dalam studi 3, mahasiswa sarjana dari Israel yang berada dalam hubungan heteroseksual berkomitmen yang berlangsung setidaknya 4 bulan membaca hasil survei dengan prevalensi perselingkuhan romantis atau kecurangan akademik diperkirakan 85 persen.
BACA JUGA:
Selingkuh itu Dilakukan dengan Kesadaran Penuh, Ini Ciri-cirinya
Peserta kemudian berinteraksi dengan asisten peneliti menggunakan platform pesan instan. Peserta mengunggah foto diri mereka dan diperlihatkan foto laki-laki atau perempuan yang menarik sebagai mitra pengiriman pesan mereka.
Asisten peneliti bertanya tentang hobi, minat, dan preferensi makanan peserta dan di akhir wawancara menyatakan, “Kamu benar-benar membangkitkan rasa ingin tahu saya. Saya berharap dapat melihatmu lagi dan kali ini secara langsung.”
Tanggapan peserta terhadap permintaan terakhir ini dianalisis untuk minat mereka melihat pewawancara lagi. Akhirnya, peserta ditanya tentang ketertarikan mereka kepada pewawancara serta komitmen mereka terhadap pasangan hubungan mereka saat ini.
Hasil studi 3 menunjukkan individu yang terpapar informasi selingkuh romantis menunjukkan komitmen yang lebih rendah terhadap hubungan mereka saat ini jika dibandingkan dengan kondisi kecurangan akademik. Mereka juga menemukan bahwa terlepas dari kondisi perselingkuhan, laki-laki kurang berkomitmen pada hubungan mereka saat ini daripada perempuan.
Selain itu, individu yang membaca hasil survei perselingkuhan romantis dan yang menganggap pewawancara lebih menarik cenderung mengakhiri pesan mereka kepada pewawancara dengan ekspresi keinginan untuk bertemu lagi.

Paparan terhadap norma-norma perzinahan dapat membuat tujuan komitmen jangka panjang berkurang. (Foto: freepik/Drazen Zigic)
Penulis mengatakan paparan perselingkuhan dapat menormalkan perilaku itu dan membuat hubungan kita saat ini lebih rentan terhadap perselingkuhan. Mereka menyimpulkan norma perselingkuhan mungkin membuat kita kurang termotivasi untuk melindungi hubungan, membuat terbuka terhadap potensi perselingkuhan di masa depan.
Namun, penulis menekankan bahwa melihat individu alternatif sebagai kemungkinan pasangan baru dan bahkan keinginan untuk melihat orang yang menarik lagi tidak selalu sama dengan terlibat dalam perselingkuhan.
Para penulis berspekulasi paparan terhadap norma-norma perzinahan dapat, misalnya, membuat tujuan komitmen jangka panjang berkurang. Dengan demikian, hal itu mengurangi perasaan bersalah atau melunakkan perlawanan terhadap perselingkuhan dengan mengurangi motivasi untuk melindungi hubungan saat ini.
Namun, mereka juga mengingatkan perlunya penelitian lanjutan untuk mengklarifikasi bagaimana paparan perselingkuhan dapat memengaruhi keinginan untuk terlibat dalam perselingkuhan.(aru)
BACA JUGA:
Langkah-Langkah Ekstrem Stalking Pacar yang Diduga Selingkuh
Bagikan
Berita Terkait
Buat Calon Pengantin nih, Rekomendasi 5 Restoran Terbaik untuk Wedding Venue di Jakarta

Gen Z Spill 2 Tantangan sebelum Menikah, Ekspektasi Orangtua dan Biaya

5 Tanda si Dia Effort dalam Hubunganmu

3 Tanda Cintamu Bertepuk Sebelah Tangan, Tinggalkan Saja

Pentingnya Komitmen untuk Bikin Hubungan Langgeng

5 Tahap Berdamai saat Kena Ghosting

Korea Selatan Sambut Generasi Baru, Angka Kelahiran Catatkan Rekor Tertinggi dalam 14 Tahun

Lajang Berhak Bahagia, Aktivitas Seru ini Bisa Dilakukan Sendirian

Memahami Kata Gaul 'Bestie', Apa cuma buat Cewek?

BI Checking ke Calon Pasangan, Penting enggak Sih?
