Robo-Honeycomb, Teknologi Baru Mempelajari Lebah


Bisa menemukan hal baru untuk memperluas pengetahuan.(Unsplash/Annie Spratt)
MENGENAKAN baju anti lebah, mendekati kerumunan lebah, mengecek keadaan sarang mereka, begitu terus setiap harinya di peternakan lebah. Belum lagi kalau lebahnya ada yang beruntung bisa menembus jaring-jaring di kepalamu, kamu hanya bisa berdoa dalam hati semoga ia tidak menyengatmu.
Untungnya, dengan kemajuan teknologi saat ini ada berbagai terobosan baru yang mumpuni untuk mempelajari dan mengurus lebah tanpa perlu susah payah mengenakan baju seperti itu dan mendekatinya sarang setiap hari.
Baca Juga:

Mungkin kamu sudah pernah dengar robot menyamar seperti lebah yang diprogram untuk bisa interaksi dengan koloni lebah. Ini dirancang untuk mempelajari tingkah laku lebah. Sekarang, ada terobosan baru lagi yaitu robo-honeycomb yang bisa membantu pekerjaanmu mengurus lebah dengan lebih efisien.
Peneliti dari Swiss École Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL) dan University of Graz di Austria berkolaborasi dalam mengembangkan robot yang disamarkan sebagai lembaran sarang lebah dan mengintegrasikannya ke dalam koloni lebah madu.
Dengan menggunakan robo-honeycomb, kamu tak perlu lagi melakukan pekerjaan monoton seperti mengecek sarang mereka secara berkala.
“Tugas yang membosankan dan berulang dapat diotomatisasi seperti mengukur suhu yang sangat penting untuk kesehatan sarang dan siklus hidup lebah. Dalam praktik aslinya, mengukur suhu di dalam sarang tidaklah sederhana. Namun, perangkat ini setelah terintegrasi dengan baik di koloni, lebah akan mengelilingi sensor [tertanam di dalamnya],” kata Rafael Barmak, salah satu peneliti teknologi ini.
Baca Juga:
Memperingati Hari Bumi dengan Mempelajari Lebah Madu Bersama Google Doodle

Untuk dapat menciptakan robo-honeycomb para peneliti merangkai sarang lebah seperti bingkai dengan panel elektronik di atasnya. Di bagian tengah terdapat papan sirkuit tercetak yang di dalamnya terdapat aktuator termal, sensor, dan elektronik pendukung agar bisa berfungsi. Mereka menggunakan mikrokontroler sebagai prosesor yang akan mengatur semua pekerjaan.
Dengan menggunakan perangkat ini, peneliti bahkan bisa mendeteksi keruntuhan koloni lebah. Ini terjadi ketika suhu turun hingga di bawah 10 derajat celcius yang menyebabkan lebah tidak dapat mengepakkan sayap untuk menghasilkan panas.
“Kami melihat lebah berhenti bergerak, lalu kami melihat data termal dan menyadari bahwa mereka dalam masalah,” kata Barmak. Akan hal ini, para peneliti memutuskan untuk menggunakan aktuator termal yang bisa menyalakan panas dan dengan begitu lebah bisa terselamatkan.
“Hal terpenting dari penemuan robot ini adalah lebah memungkinkan untuk dipelajari dengan cara yang baru dan kita bisa menemukan hal baru untuk memperluas pengetahuan,” tutup Barmak. (kmp)
Baca Juga:
Racun Sengatan Lebah Madu Dapat Membunuh Sel Kanker Payudara
Bagikan
Berita Terkait
Super Awet! Huawei Watch GT 6 Series Mampu Bertahan hingga 21 Hari

Huawei Watch GT 6 Series Rilis di Indonesia, Smartwatch Premium dengan Fitur Kelas Atas

Apple Hadapi Investigasi di Prancis, Siri Diduga Rekam Suara Pengguna Tanpa Izin

OPPO Find X9 Ultra Bisa Jadi HP Flagship Pertama dengan Kamera Telefoto Periskop Ganda

OPPO A6 Pro Jago dengan Kapasitas Baterai Besar 7000 mAh, Tahan Lama Bahkan Bisa Jadi Power Bank Darurat

Ukuran Baterai Vivo X300 dan X300 Pro Terungkap, Kapasitasnya Besar!

OPPO Find X9 dan Find X9 Pro Sudah Raih Sertifikasi Global, Siap Meluncur 16 Oktober

S25 Edge Gagal Total, Samsung Bakal Hadirkan Model Plus di Galaxy S26 Series

Baru Meluncur di Pasaran, Xiaomi 17 Series Tembus 1 Juta Penjualan dalam Sehari

Uji kamera Xiaomi 17 Pro Max, iPhone 17 Pro Max, dan Samsung Galaxy S25 Ultra: Mana yang Lebih Baik?
