Pengamat Sebut Jokowi Ingin Pilpres 2024 Diikuti 2 Poros
Presiden RI Joko Widodo (tengah) mengecek bawang merah dan bawang putih di Pasar Wonokromo Surabaya, Sabtu (18/2/2023). (ANTARA/HO-Biro Adpim Jatim)
MerahPutih.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai akan memegang tongkat komando gabungan koalisi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, guna meneruskan kekuasaannya yang sudah dibangun selama dua periode atau 10 tahun.
Menurut pengamat politik sekaligus CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, Jokowi akan memimpin gabungan Koalisi Indonesia Bersatu, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dan PDIP, untuk melawan Koalisi Perubahan.
Baca Juga
Di HUT PPP, Jokowi Sebut Prabowo dan Mahfud MD Maju Pilpres 2024
"Nampaknya Jokowi akan memimpin barisan fusi gabungan koalisi KIB, KKIR dan PDIP yang merupakan representasi pemerintahan Presiden Jokowi, yang koalisi akan melanjutkan legacy pemerintahan Jokowi," ujar Pangi saat dihubungi, Senin (20/2).
Pangi berpendapat, bahwa pertarungan Pemilu tahun depan akan dirancang Jokowi hanya untuk dua poros. Dua poros ini yakni poros koalisi perubahan dan poros koalisi pemerintahan Jokowi.
"Nampaknya Jokowi akan mendesain dua poros dalam pertarungan kontestasi elektoral pilpres 2024," papar dia.
Baca Juga
Didukung Jokowi Mania Maju Pilpres 2024, Prabowo: Saya Tambah Muda 23 Tahun
Pertarungan dua poros dinilai menguntungkan kubu koalisi pemerintahan, ketimbang harus saling menjatuhkan dalam mencari perolehan suara. Selain itu jika harus melawan koalisi perubahan dengan tiga poros, PDI Perjuangan pernah merasakan kekalahan pada Pilkada Jakarta tahun 2017.
"Nampaknya Jokowi lebih percaya diri melawan Anies kalau hanya ada dua poros, ketimbang tiga poros, model seperti DKI Jakarta, akan menjadi pembelajaran bagi Jokowi, Ahok menang putaran pertama, putaran kedua pemilih AHY yang enggak masuk putaran kedua, migrasi memilih Anies, akibatnya Ahok kalah telak," ujarnya.
Lebih lanjut, Pangi menuturkan model dua poros memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Benar jika menggunakan model dua poros hanya terjadi satu kali putaran saja. Namun kekurangannya adalah akan tercipta polarisasi yang menimbulkan kereterbelahan antar kelompok masyarakat.
"Kalau dua poros ada plus minusnya, plusnya adalah akan hanya ada satu putaran saja, minusnya akan membuat politik kita terbelah lagi karena ada mengentalnya polarisasi dan keterbelahan karena bipolar, head to head berhadap hadapan dan tidak ada pemecah gelombang," tutupnya.
Adapun, sampai saat ini baru Anies Baswedan yang telah mendapat dukungan sebagai calon presiden (Capres) 2024 dari koalisi perubahan yang diisi oleh partai NasDem, Demokrat dan PKS. (Asp)
Baca Juga
Demokrat Sebut Hal yang Wajar saat Jokowi Mania Alihkan Dukungan ke Prabowo
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
DKPP Ungkap 31 Perkara Politik Uang di Pemilu dan Pilkada 2024, Perlunya Sinergi Kuat dari Bawaslu hingga KPU
Masih Dibangun, Jokowi Belum Tempati Rumah Hadiah Negara Setelah 1 Tahun Lengser
Prabowo: Terus Terang Aja Loh, Saya Tuh Nggak Dendam Sama Anies
16 Dokumen Syarat Pendaftaran Capres-Wawapres Tertutup Bagi Publik, Termasuk Fotokopi Ijazah
Prabowo Kembali ke Jakarta Usai Kunjungan Kerja di Solo, Jokowi Ikut Mengantar HIngga Pangkalan Udara
Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu
Anies Punya Cucu Pertama, Ingin Dipanggil ‘Bang’ tapi Dilarang sang Istri
Penyelidikan Ijazah Palsu Presiden Jokowi Berlanjut, Polda Metro Jaya Klarifikasi Data Sekolah dan Kampus
Anggota Watimpres Era Presiden Jokowi, Djan Faridz Jalani Pemeriksan KPK
Surat Suara Bekas Pemilu 2024 Laku Dijual Rp 210 Juta dalam Lelang Daring