Kuliner Imlek
Selisik Ritual Teh Pai Pernikahan Adat Tionghoa
KEDUA mempelai berlutut di hadapan orang tua. Mereka memberi hormat tiga kali. Mempelai pria lantas mengambil bergantian dua cangkir teh hijau di atas nampan. Memberi hormat, lalu menyuguhkan teh kepada orang tua mempelai perempuan nan duduk bersandar kain dekorasi merah bergambar dua naga, burung hong, atau bunga peony, bertuliskan shuangxi atau kebahagian berlipat. Prosesi Teh Pai tersebut merupakan tradisi turun-temurun Peranakan Tionghoa pada upacara pernikahan.
Setelah dilaksanakan di rumah mempelai perempuan, sebagai medium melepas kepergian anak perempuan keluar rumah, Teh Pai akan diadakan lagi di rumah mempelai laki-laki. Ritual Teh Pai dianggap sebagai bentuk proses komunikasi intim dan mendalam antara pengantin dengan orang tua.
Teh Pai pada pernikahan Tionghoa disebut juga sebagai rites of passage atau ritus peralihan ketika kedua mempelai menyuguhkan teh kepada orang tua. Ritual Teh Pai menjadi simbol peralihan mempelai perempuan keluar rumah dari anak gadis menjadi istri mempelai laki-laki.
Dalam tradisi pernikahan tradisional Tionghoa patrilineal (mengatur garis keturunan dari pihak ayah), calon pengantin perempuan dianggap keluar dari keluaga asalnya dan pindah menjadi keluarga suaminya. Teh Pai dianggap sebagai ritual mengantar dan melepaskan calon pengantin perempuan agar bergabung ke keluarga laki-laki.
Baca juga:
Teh Pai dianggap sebagai ritual sangat terhormat dan sakral karena menunjukkan perilaku simbolik bakti anak terhadap orangtua. Biasanya, orangtua akan memberikan pesan terakhir secara khusus kepada kedua mempelai sebelum memulai kehidupan baru.
Setelah selesai prosesi minum teh, biasanya keluarga akan memberikan hadiah berupa angpao atau perhiasan. Angpao bisa langsung dikantongi mempelai pria dan perhiasan bisa langsung dikenakan kepada kedua mempelai.
Biasanya, ritual Teh Pai paling sakral ketika ibu mempelai perempuan memberikan petuah-petuah terakhir kepada anak perempuannya. Salah satu pesan pentingnya nasihat kepada anak perempuan agar selalu berbakti kepada keluarga suami dan harus menjaga nama baik keluarga asalnya. Biasanya, proses ini akan terasa mengharukan dan melibatkan tangisan dari ibu dan anak perempuan.
Baca juga:
Pelaksanaan Teh Pai pun tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Ritual Teh Pai harus dilakukan persis di depan meja altar sembahyang dan diselenggarakan setelah upacara sembahyang kepada Thien (Yang Maha Kuasa dan para leluhur) supaya ritual dilakukan para keluarga masih hidup bisa disaksikan oleh para leluhurnya.
Ritual Teh Pai biasanya diselenggarakan pada pagi hari sebelum prosesi pemberkaan pernikahan di tempat ibadah.
Dalam kebudayaan Tionghoa, hubungan dengan anggota keluarga atau leluhur yang sudah meninggal memang masih berlanjut dan tidak pernah putus hubungan. Francis L.K. Hsu mengatakan pada bukunya Under The Ancestors' Shadow bahwa hubungan keluarga masih hidup dengan leluhur yang sudah meninggal bersifat continuum atau terus berlanjut, apalagi ketika ada anggota keluarga yang masih hidup hendak membentuk keluarga yang baru dari pernikahan.
Ritual Teh Pai pun telah dilakukan oleh komunitas Cina Benteng di Tangerang sejak 1407 Masehi dan terus diwariskan sampai sekarang melalui petuah secara langsung kepada generasi-generasi yang lebih muda. (SHN)
Baca juga:
Mengenal Laksa, Semangkuk Cinta dari Peranakan Tionghoa-Melayu