Literasi Masih Rendah, 3.212 Guru Dibekali Pelatihan Metode Blended Learning
Pemkot Solo menggelar sarasehan dengan ribuan guru siswa di Balai Kota, Kamis (16/12). (MP/Ismail)
MerahPutih.com - Programme for International Student Assessment (PISA) mencatat kualitas literasi pendidik di Indonesia masih sangat rendah. Padahal, di tengah situasi pandemi tidak tahu kapan akan menjadi endemi, seorang guru dituntut berinovasi.
Pemkot Solo pun menggandeng platform digital Hafecs dan Guru Inovatif untuk mengukur kualitas pendidikan di Kota Begawan.
Chief Business and Innovation Guru Inovatif William Rahadi mengatakan, di masa pandemi COVID-19 ini, guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang berbasis blended learning. Hal ini sangat penting untuk tetap menjaga kualitas pendidikan nasional.
Baca Juga:
PSI Desak Anies Revisi Pergub Kepengurusan RT dan RW
"Para guru dan murid dari Soloraya kami jaring untuk mendapat pembekalan dan pemantauan para guru selama dua bulan untuk diukur kualitas pendidikannya," ujaran Rahadi, Kamis (16/12).
Dikatakannya, untuk di Solo ini ada sebanyak 3.212 guru dan 12.300 murid yang dilibatkan dalam program pengawasan dan pelatihan.
Untuk itu, program dari Hafecs dan Guru Inovatif ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Solo dengan menggunakan metode blended learning, baik secara literasi maupun secara numerasi.
"Sebelum mengikuti program ada pretest dan test untuk mengetahui angka literasi dan numerasi guru dan murid," kata dia.
Baca Juga:
Tuntut Hukum Mati Terdakwa Asabri, Guru Besar Unpad: Jaksa Terlampau Tendensius
Setelah pembekalan selama dua bulan, kata dia, harapannya ada peningkatan dari para guru dan murid dalam mendidik siswa.
Dari sisi guru, ada peningkatan kualitas 20 persen dalam metode pembelajarannya.
"Sebelum mendapat pembelajaran angkanya berada di posisi 60 persen, setelah mendapat pembekalan menjadi 80 persen," tutur dia
Begitu juga murid yang awalnya hanya berada di posisi 50 persen, lanjut dia, juga meningkat menjadi 68 persen. Rencananya program ini akan dilanjutkan di beberapa kota lain, seperti Jakarta dan Surabaya.
Kota Solo dipilih karena saat ini menjadi pusat perhatian secara nasional. Selain di Solo, kabupaten lainnya di Soloraya juga menjalankan program sama. Ternyata peringkat berdasarkan hasil literasi numerasinya, Solo berada di peringkat ketiga.
”Untuk peringkat pertama dari sisi guru diraih Karanganyar, sedangkan dari murid diperoleh Sukoharjo,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Etty Retnowati menambahkan, tantangan guru di masa pandemi COVID-19 ini, harus menguasai IT. Terlebih situasi sekarang belajar daring juga diperlukan untuk antisipasi jika terjadi sesuatu.
"Guru tidak lagi hanya mengajar dengan textbook, tapi juga bisa mengembangkan dengan metode pembelajaran yang melibatkan IT,” tandasnya. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga:
Usulan Hukum Kebiri untuk Guru Pemerkosa 12 Santri di Bandung
Bagikan
Berita Terkait
Merasa Jadi Korban selama Bertahun-tahun, 2 Guru dari Luwu Utara Terharu Usai Dapat Surat Rehabilitasi dari Prabowo
Dua Guru Luwu Utara Korban Kriminalisasi Dana BOS Akhirnya Bisa Kembali Mengajar Tanpa Stigma
Prabowo Beri Hak Rehabilitasi bagi 2 Guru Luwu Utara, Mensesneg: Guru Harus Dilindungi, Bukan Dihukum
2 Guru di Luwu Utara Diberhentikan Usai Bela Rekan Honorer, DPR Minta Pemerintah Tinjau Ulang
Insentif Guru Honorer Naik Rp 100 Ribu, Mendikdasmen Harap Memacu Motivasi
TransJakarta Arah Monas Dialihkan Imbas Demo Guru Madrasah, Halte Balai Kota & Gambir Tutup
Polisi Kerahkan 1.597 Anggota tak Bersenjata untuk Jaga Ketat Demo Buruh di Kawasan Istana Negara
Politikus DPR Dukung Insentif Guru Non-ASN Naik Rp 100 Ribu, Bentuk Perhatian
P2G Tolak Bahasa Portugis di Sekolah, Tak Relevan di Bisnis dan Kendala Guru LPTK
Asih Nih! Guru Yang Belum D4 dan S1 Bakal Dapat Beasiswa Mulai 2026