Kuda Lumping Kesenian Rakyat Pandeglang

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Jumat, 05 Februari 2016
Kuda Lumping Kesenian Rakyat Pandeglang

Pertunjukkan kuda lumping Pandeglang, di Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. (Foto: Facebook/Explore Pandeglang)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Budaya - Kuda lumping Pandeglang merupakan salah satu pertunjukkan seni tradisional yang berasal dari Kabupaten Pandeglang, Banten. Kuda lumping dari Pandeglang itu juga disebut kuda lumping Banten. Kesenian kuda lumping sarat dengan pertunjukkan mistis karena dilangsungkan dengan ritual-ritual untuk membuat para pemain kuda lumping trance atau tidak sadarkan diri.

Pertunjukkan kuda lumping Pandeglang dapat dilihat saat hajatan-hajatan, misalnya sunatan atau pernikahan. Keluarga yang menggelar hajaran biasanya mengundang perkumpulan kuda lumping untuk ikut bersuka-ria bersama masyarakat lainnya. Tidak hanya hajatan, beberapa kelompok kuda lumping juga secara inisiatif sendiri tampil saat hari-hari besar seperti 17 Agustusan.

Secara sederhana, untuk membedakan kuda lumping dari daerah Jawa dengan kuda lumping Pandeglang yaitu dari bentuk kuda lumping. Kuda lumping dari Jawa Tengah dan Jawa Timur berbentuk pipih terbuat dari kulit hewan. Sedangkan kuda lumping Pandeglang berbentuk hewan kuda tiga dimensi terbuat dari bambu dan ditutup dengan injuk.

Kelompok kuda lumping biasanya merupakan kelompok kesenian pencak silat. Namun, memang tidak semua perkumpulan silat memiliki kelompok kuda lumping. Pertunjukkan kuda lumping selalu lekat dengan pertunjukkan silat. Anak-anak asuhan sebuah kelompok pencak silat akan tampil juga saat pertunjukkan kuda lumping.

Pertunjukan kuda lumping Pandeglang satu paket dengan kesenian musik tradisional kuda lumping. Suara seruling kuda lumping Pandeglang sangat khas dengan lengkingan panjang. Pemain kuda lumping yang sudah mengangkat kudanya, biasanya dua orang dari satu kelompok, akan diiringi oleh musik berkeliling kampung. Saat berangkat atau perjalanan itulah, para sesepuh akan memakai mantra-mantra agar para pemain kuda lumping kemasukan roh.

Para pemain yang sudah kemasukan roh tidak akan merasa capai meski harus diiring keliling kampung memanggul kuda lumping yang cukup berat. Saat keliling kampung itu, pemain kuda lumping terus diiringi musik dan warga yang memenuhi jalan-jalan. Pemain yang sudah kerasukan selalu dihindari karena tendangan dan terjangan selalu mereka lakukan tanpa mereka sadari.

Setelah keliling kampung hingga berjam-jam. Kuda lumping akan kembali ke tempat semula atau ke tempat empu yang punya hajat. Di sinilah, Anda akan melihat atraksi mistis dari para pemain kuda lumping. Pemain kuda lumping akan beratraksi semacam debus, misalnya memakan beling, membuka kelapa dengan mulut, memakan padi, atau hal-hal lain yang tidak biasa. Bagian penyadaran pemain kuda lumping selalu menarik, karena para sesepuh yang akan menyadarkan kembali pemain akan mendapat perlawanan hebat kuda lumping.


BACA JUGA:

  1. Kuda Lumping Pandeglang, Kuda Tiga Dimensi Beraura Mistis
  2. Mitologi Anak Makassar Jago di Samudra
  3. Vihara Avalokitesvara, Simbol Romantisme Dua Agama
  4. Seniman Kota Tua: Karya Seni Juga Bagian dari Budaya
  5. Bangunan Vihara Yang Sen Bio Hasil Rancangan Arsitek Tiongkok
#Provinsi Banten #Kesenian Khas Banten #Kuda Lumping Pandeglang
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Bagikan